Abinawa memutar otaknya dengan cepat, mencari cara untuk dapat berkomunikasi dengan sosok Sentika. Setelah termenung beberapa saat, Abinawa tersenyum lebar. Seolah mendapatkan jawaban dari kebimbangannya itu."Tidak ada cara lain, hanya ini cara yang ku miliki," ucap Abinawa dan bergegas langsung bergerak dengan cepat.Mengandalkan kemampuannya, tidak sulit untuk Abinawa melewati penjagaan prajurit tingkat bawah itu, sebelum dirinya tiba di depan halaman kediaman dari Sentika."Apa yang kau inginkan, nak?" Ucap Sentika yang sepertinya sudah mengetahui kedatangan Abinawa sejak awal."Tidak salah jika kau di sebut salah satu pendekar terhebat di dunia persilatan, bahkan kehadiranku saja sudah dapat kau rasakan," sahut Abinawa sembari menundukkan badannya memberi hormat kepada Sentika.Sentika hanya tersenyum tipis, dia jelas sudah memperhatikan setiap gerak yang di lakukan oleh Abinawa semenjak pertarungan beberapa waktu yang lalu. Bahkan kedatangan dari Abinawa sudah di ketahui oleh S
Setelah kepergian Abinawa, Sentika jelas langsung bergegas. Dia jelas tidak ingin sesuatu yang tidak inginkan terjadi di Pulau Es Utara dan mencoreng nama baik Pulau Es Utara di mata dunia persilatan.Salah satu tujuan utamanya ialah menemui Astika dan membicarakan mengenai penguatan keamanan. Sentika merasa perlu menjelaskan juga kepada Astika selaku penguasa Pulau Es Utara saat ini."Astika, aku perlu bicara denganmu," ucap Sentika.Astika mengernyitkan dahinya, jelas tidak biasanya Sentika ingin berbicara serius dengan dirinya selama ini."Kau tidak bermaksud untuk membatalkan sayembara yang sudah di mulai ini bukan?" Tanya Astika penuh selidik kepada Sentika.Sentika tertawa dan menggelengkan kepalanya dengan cepat, lantas menjelaskan jika ada hal yang penting yang ingin di bicarakan olehnya.Astika dapat bernafas lega mendengar jawaban dari Sentika. Setidaknya dia tidak akan menanggung malu karena membatalkan sayembara yang telah di mulai ini."Baiklah, ada hal penting apa yang m
Sayembara di Pulau Es Utara terus berlangsung. Pertarungan demi pertarungan terus di gelar di atas gelanggang.Banyak para pendekar mulai berguguran, akan tetapi tidak sedikit pula yang tersenyum puas karena berhasil melangkah ke babak selanjutnya.Baruna Wardhana menjadi salah satu unggulan utama yang akan keluar sebagai Jawara Sayembara kali ini dan mempersunting sosok Ayundia. Selain itu, sama seperti sayembara sebelum-sebelumnya, akan ada nama-nama kuda hitam yang memiliki kemampuan luar biasa dan bukan berasal dari sekte besar."Luar biasa, sayembara selalu menghadirkan moment munculnya nama-nama pendekar pilihan yang selama ini tersembunyi dan kalah terkenal dari mereka yang berasal dari sekte besar," ucap Arga yang juga menjadi salah satu peserta sayembara.Kedatangan Arga sendiri tidak memiliki hasrat untuk menjadi Jawara, akan tetapi lebih kepada ingin menguji sebatas mana kemampuan yang di milikinya saat ini.Di sisi lain, salah satu yang mencuri perhatian adalah penampilan
Suasana lembah itu bergemuruh, para pendekar yang memiliki kemampuan tingkat tinggi itu tampak sudah bersiap dengan jubah dan perlengkapan lainnya.Seorang pemuda berdiri dengan gagah di hadapan para pendekar itu."Aku Dwi Pangga, akan memimpin kembalinya Elang Hitam ke dunia persilatan... Kita akan memulai penaklukan dunia persilatan dan menunjukkan jika Elang Hitam adalah yang terkuat," Dwi Pangga berseru dengan lantang dan di depan ratusan pendekar Elang Hitam itu.Mereka semua dengan semangat juang bersorak menyambut kembalinya mereka ke dunia persilatan.Setelah itu, Dwi Pangga bersama ratusan pendekar lainnya langsung bergerak meninggalkan lembah itu. Dwi Pangga kali ini sangat percaya diri dengan kemampuannya, dia yakin tidak banyak yang bisa mengimbangi kekuatannya saat itu.Salah satu tujuan utama mereka adalah menaklukkan sekte-sekte kecil yang berdiri tidak jauh dari jurang atau lembah tempat mereka bersembunyi selama ini."Jika mereka tidak ingin bergabung bersama kelompok
Aksi demi aksi yang di lancarkan oleh Elang Hitam jelas mulai terdengar luas di dunia persilatan. Para pendekar dunia persilatan merespon informasi ini dengan mengirimkan utusan untuk melihat langsung lokasi bekas Elang Hitam melancarkan aksinya."Lapor, Ketua. Orang-orang yang kita kirim sudah kembali, dan mereka menyaksikan sendiri banyak sekte kecil sudah rata dengan tanah, tanpa ada sisa," ucap Sudartawa menyampaikan laporannya.Ganendra menghela nafasnya dengan berat, dia tidak pernah menduga jika kelompok Elang Hitam yang menghilang secara misterius beberapa tahun silam, kini telah kembali dan menyebar teror di penjuru dunia persilatan."Sudartawa, bentuk tim khusus untuk mencari tahu seberapa kuat kemampuan yang di miliki oleh Elang Hitam saat ini... " Perintah Ganendra."Lantas bagaimana dengan penyelidikan tenteng kelompok Sayap Emas, Ketua," tanya Sudartawa."Mengenai kelompok Sayap Emas, aku akan menugaskan Wirat untuk menggantikan peranmu. Elang Hitam jika tidak segera di
"Kau harus mengambil banyak pelajaran dari sayembara ini, hasrat untuk menjadi Jawara itu harus di tanamkan, akan tetapi tetap harus berpegang teguh pada sportifitas.Dan ingat, yang terpenting adalah mendapatkan pengalaman yang berguna untuk berkembangnya ilmu kanurganmu ke depannya," Abinawa memberi nasehat kepada Arya Dwi Raga.Arya Dwi Raga hanya menganggukkan kepalanya, dia akan selalu mengingat nasehat yang di berikan oleh Abinawa dengan baik.Mereka menikmati makan malam dengan lahap, sambil terus bercerita mengenai sayembara. Batik Saka dan Arya Dwi Raga terlihat begitu antusias, sementara Abinawa dan Batari Ambar lebih banyak menjadi pendengar karena mereka tidak ingin dalam sayembara, pun mereka sudah pernah merasakan di sayembara sebelumnya di Kota Bandar Agung."Setelah ini, aku yakin akan banyak pendekar yang datang berkunjung ke Sekte Naga Putih karena yakin sekte itu akan menjadi sekte yang berpengaruh dengan adanya kalian berdua," ucap Abinawa kembali memberikan pujian
Waktu terus berjalan, hari terus berganti. Hari ini tibalah babak perdelapan besar Sayembara Pulau Es Utara.Delapan pendekar yang berhasil melaju berasal dari tiga aliran berbeda, sehingga membuat persaingan semakin menarik untuk di saksikan.Baruna Wardhana, Walaskara, Arga, Arya Dwi Raga, Candra, Wikura, Arta, dan Bayu Ceka adalah nama-nama pendekar yang berhasil melaju hingga babak perdelapan besar."Arya dan Arta adalah dua nama yang memberi warna dalam sayembara kali ini, aku sangat berharap kedua pendekar muda ini akan melaju sampai babak empat besar, sehingga dapat terus menyaksikan setiap aksi-aksinya," ucap salah seorang penonton."Akupun berharap seperti itu, aku yakin masih banyak trik dan jurus yang belum di keluarkan dua pendekar muda ini,""Haha jangan terlalu berharap, karena lawan dua pendekar muda itu bukan sembarangan, Arya akan bertemu Bayu Ceka, pendekar kebanggaan Sekte Jurang Neraka, aku yakin dia tidak akan mudah untuk di taklukkan. Sementara Arta, dia akan men
"Jadi mereka sudah mencium pergerakan kelompok kita?" Tanya pemuda itu.Kelima orang itu menganggukkan kepalanya dengan serempak, lantas menjelaskan jika keamanan di Pulau Es Utara sudah meningkat dengan drastis, bahkan seorang pendekar suci ikut di turunkan dalam barisan keamanan.Pemuda itu menganggukkan kepalanya, dia mengelus dagunya selang beberapa menit kemudian tertawa kecil."Itu bukan masalah, bukankah sejak awal kita sudah memetakan kekuatan Pulau Es Utara ini? Apa kalian masih ragu dengan rencana dan strategi yang sudah aku susun?" Tanya pemuda itu."Kami tidak berani meragukan anda, tuan Liwan. Akan tetapi kami hanya mengantisipasi apa yang mungkin bisa terjadi ke depannya," jawab salah satu dari mereka, tanpa berani mengangkat kepalanya.Yups, pemuda itu adalah Liwandara salah satu petinggi yang di miliki oleh Sayap Emas. Liwandara sekaligus sosok yang memimpin dan bertanggung jawab atas penyerangan yang akan mereka lakukan pada Pulau Es Utara. Tujuan utama di lakukannya
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari