Raksa menarik semua tenaga dalamnya dan mengalirkannya ke seluruh tubuhnya, dia juga tidak lupa melepaskan hawa pembunuh untuk menekan tubuh Syak Lanar."Mari kita lihat sekuat apa dirimu!!!"Raksa bergerak menyambut serangan dari Syak Lanar. Pertemuan dua pedang yang di alirkan tenaga dalam berjumlah besar menghasilkan gelombang besar yang membuat bebatuan terangkat ke atas.BOMMMM!!!Raksa dan Syak Lanar terpental jauh ke belakang, akibat pertemuan dua tenaga dalam berjumlah besar itu."Jumlah tenaga dalammu luar biasa, aku jelas tidak menduganya ... " Ucap Raksa.Raksa jelas merasa terkejut saat menyadari jumlah tenaga dalam milik Syak Lanar. Dia ingat betul saat pertama kali bertemu dengan Syak Lanar, dia berpikir jika sosok Syak Lanar hanya beruntung saja memiliki kemampuan pendekar suci. Namun, setelah keduanya terlibat pertarungan, dia sadar jika Syak Lanar lahir dengan bakat yang luar biasa dan memang di takdirkan menjadi seorang pendekar tangguh."Jangan menilai seseorang han
Raksa akhirnya memutuskan menggunakan aura setan dan Ajian Pemanggil Setan bersamaan untuk meningkatkan tenaga dalamnya dengan drastis, dengan nyawa sebagai bayarannya."Aku ingin lihat, apa kau memang mampu mengimbangiku," ucap Raksa dingin dan suara yang serak pula.Raksa dengan cepat mengalirkan energi kegelapan pada pedangnya. Dalam tiga tarikan nafas, Raksa sudah berpindah tempat dan melesatkan serangan ke arah Syak Lanar.Kecepatan Raksa meningkat drastis, dia dengan cepat mampu mendesak Syak Lanar. Permainan pedangnya yang mengutamakan kecepatan, serta power yang besar benar-benar mematikan gerakan dari Syak Lanar.Selain itu, aura setan yang masuk di dalam tubuhnya membuat dia memiliki fisik yang jauh lebih kuat dan prima, serta kuda-kuda tarungnya menjadi jauh lebih mantap."Bagaimana? Kau mulai menyadari perbedaan kekuatan di antara kita?" Raksa mengubah kuda-kudanya dan arah pedangnya dengan cepat, sehingga membuat gerakan dari Syak Lanar menjadi patah dan alhasil satu saya
Abinawa dan Sumbayu berdiri di atas pohon pinus, mereka melihat dengan jelas pertarungan telah pecah di dalam Sekte Naga Putih. Hampir di setiap penjuru terjadi pertarungan dan pembunuhan."Mereka benar-benar gila, apa yang sebenarnya menjadi tujuan utama mereka, sehingga mengorbankan begitu banyak nyawa," ucap Abinawa menggelengkan kepalanya dengan pelan. Dia benar-benar tidak habis pikir bagaimana mereka tega mengorbankan banyak nyawa untuk tujuan tertentu."Tujuan mereka untuk menjadi penguasa, dengan iming-iming menciptakan kedamaian di dunia yang baru," sahut Sumbayu yang berdiri di sebelahnya."Kita harus mulai dari mana lebih dulu?" Tanya Abinawa.Tidak ada jawaban dari Sumbayu. Sumbayu terlihat sedang memaksa otaknya untuk berpikir cepat guna merancang strategi dan siasat."Tidak ada siasat yang bisa kita gunakan, karena pertempuran sudah pecah," jawab Sumbayu.Abinawa menarik nafas panjang, dia menarik pedang di punggungnya."Sepertinya kita harus berkerja keras, Naga Langit,
Pertarungan antara Praduta dengan Pancaka dengan cepat menarik perhatian dan di jauhi oleh pasukan ke-duanya, apalagi setelah melihat kekuatan dan energi yang keluar dari dalam tubuh keduanya yang sangat besar."Sangat di sayangkan, pendekar seperti dirimu harus renggas mati akibat kesetiaan yang tiada arti itu, kau mati sebelum melihat Sekte Naga Putih mencapai kejayaannya," ucap Pancaka.Bersamaan dengan itu pula, Pancaka berpindah tempat dengan cepat dan detik kemudian sudah berada di hadapan Praduta. Dia dengan cepat mengayunkan pedangnya membangun serangan cepat ke arah Praduta.Praduta yang sudah dalam posisi siap dan sudah menduga Pancaka akan membuat serangan kejutan, jelas mampu mengantisipasi serangan itu dengan cukup baik. Dia terlihat tidak mengalami kesulitan untuk menangkis setiap serangan yang di buat oleh Pancaka, Praduta terlihat mampu untuk sementara waktu mengimbangi kecepatan serangan yang di buat oleh Pancaka.Pancaka tidak terlalu terkejut, karena dia memang suda
Pancaka benar-benar mendominasi pertarungan pasca penggabungan tenaga dalamnya dengan aura setan, dia unggul telak atas Praduta dalam pertukaran jurus kali ini.Pancaka terlihat berhasil mendaratkan mata pedangnya pada tubuh Praduta. Sementara Praduta, dia masih terkejut dengan meningkatkannya kecepatan dari Pancaka secara tiba-tiba, sehingga membuatnya tanpa sadar membuka celah pada pertahanannya."Sial, sepertinya dia sejak awal memancingku agar membuka celah pertahanan dengan meningkatnya kecepatanku ... " Umpat Praduta.Praduta jelas berusaha untuk menutup celah yang terbuka itu, akan tetapi sayangnya serangan Pancaka datang lebih cepat yang memaksa Praduta untuk berkerja lebih keras.Bammm!!!Bammm!!!Bammm!!!Tiga serangan cepat yang di lesatkan oleh Praduta mengenai tubuh Praduta dengan sempurna dan melemparkannya jauh ke belakang.Praduta mengalami pendarahan hampir di sekujur tubuhnya, dia juga merasakan sulit untuk bernafas beberapa saat. "Dia sangat kuat, bagaimana bisa di
Pancaka langsung melompat mundur dan menjaga jarak saat seseorang berhasil menangkis serangan pamungkasnya."Siapa kau!!!" Seru Pancaka.Sosok itu diam, tidak menjawab. Dia tampak melemparkan perhatiannya ke sekeliling area pertarungan."Aku tidak menduga, jika aliran putih juga rela menjual kesetiannya demi kekuatan... " Ucap Abinawa dengan pelan.Abinawa jelas mengenali sosok Pancaka, karena mereka pernah bertemu di Sayembara Pendekar Muda beberapa tahun yang lalu, sebelum Abinawa menghilang di telan bumi."Kau mengenaliku?" Tanya Pancaka."Haha, itu tidak penting. Yang terpenting karena kau sudah datang kemari, maka jangan pernah berpikir untuk dapat pergi bersama dengan nyawamu!!!" "Paman, mundur lah sedikit," pinta Abinawa.Praduta melangkah mundur menuruti permintaan dari Abinawa, sekalipun dia tidak mengenali sosok Abinawa. Namun, batinnya mengatakan jika sosok Abinawa bukanlah sosok yang jahat."Pancaka, pendekar muda yang beberapa tahun yang lalu di percaya sebagai salah sat
Abinawa dengan cepat mampu mengontrol dan mendikte pertarungan dengan mengandalkan jurus Naga Langit. Jurus Naga Langit yang memiliki pola rumit dan variasi gerakan yang berbeda dari kebanyakan jurus berpedang menjadi keunggulan bagi Abinawa.Keris Perak yang terus-menerus berputar-putar menjadi salah satu senjata andalan Abinawa. Selain itu, Keris Perak juga sebagai pelindung bagi tubuh Abinawa."Siapa kau sebenarnya?" Tanya Pancaka sekali lagi, karena dia jelas merasa penasaran siapa sosok Abinawa ini."Kau bodoh sekali, sudah ku bilang siapa aku tidak penting, yang penting itu aku berhasil mengirim dirimu untuk bertemu Malaikat Kematian!!" Jawab Abinawa.Pancaka yang mendengar jawaban dari Abinawa hanya mendengus kesal. Merasa pertanyaannya tiada jawaban, Pancaka akhirnya memusatkan konsentrasinya untuk keluar dari tekanan dan berbalik menyerang.Dia juga menggunakan aura setan untuk menekan dan memadatkan udara, guna memperlambat gerakan dari Abinawa. Hal itu terlihat mulai membu
Praduta awalnya khawatir dengan keselamatan Abinawa, kini tertegun karena menyaksikan bagaimana hebatnya sosok Abinawa, terlepas dari usianya yang masih sangat muda.Praduta yang sejak awal tidak mampu mendesak Pancaka sampai pada tahap tidak memiliki kesempatan untuk menyerang balik, jelas di buat kagum dengan sosok Abinawa."Siapa gerangan pemuda itu? Memiliki kekuatan pendekar suci di usia muda jelas menunjukkan jika dia adalah jenius bela diri. Ternyata dunia persilatan masih menyimpan banyak misteri dan pendekar tangguh di dalamnya," ucap Praduta sambil terus mengikuti jalannya pertarungan di antara Abinawa dan Pancaka.***Sementara itu, Batik Saka terlihat terus memainkan pedangnya dengan indah dan melumpuhkan setiap pendekar yang di temui olehnya. Kali ini, dia tidak seorang diri lagi, akan tetapi saat ini Dwi Tunggal sudah bergabung bersama dengan dirinya, selain itu terdapat sosok Sumbayu yang tidak mereka kenali akan tetapi berpihak kepada mereka."Kau tidak bisa hanya melu