Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Cahaya Ditengah Gelapnya Malam

Share

Cahaya Ditengah Gelapnya Malam

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah Lee Nara selesai berbicara Lengkukup hanya bisa menarik nafasnya dalam, sebelum akhirnya ia keluarkan dengan pelan. 

Ia menyadari telah melakukan sebuah kesalahan yang mungkin akan menimbulkan masalah baru bagi dirinya dikemudian hari. 

Lengkukup sempat menyesali perbuatannya karena tidak langsung membunuh pria itu, yang kini berhasil lolos dari tangannya, terlebih lagi masih ada 2 orang yang ia ketahui masih selamat atas pembantaian yang ia lakukan beberapa hari yang lalu. 

"Andai saja aku membunuhnya waktu itu..." gumam nya pelan. 

"Apa yang barusan kau ucapkan?" tanya Lee Nara menelisik, ketika ia sempat memperhatikan Lengkukup. 

"Tidak! aku hanya menyesal tidak langsung membunuhnya...!" timpal Lengkukup. 

"Kenapa kau tertarik sekali dengan pembunuhan? bukankah tidak baik melakukan itu semua?" tanya Lee Nara memastikan. 

"Kau tidak akan mengerti!"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Kitab Surgawi   Kedatangan Bandit Gunung

    Ketika Lee Nara menaiki tubuhnya, Lengkukup bahkan tidak sedikitpun mengeluh, akan tetapi lingkaran tangan Lee Nara yang terlalu erat sempat membuat dirinya menahan nafas beberapa saat sebelum akhirnya ia mulai terbiasa.Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat baru baginya, terlebih usianya yang sedikit berbeda dengan Lee Nara, sempat membuatnya merasa seperti sedang dipermainkan.Namun, karena tidak ingin membuang waktu lebih lama, Lengkukup akhirnya mulai melangkahkan kaki, setapak demi setapak untuk melewati jalan tersebut."Kau sebenarnya ingin kemana?" tanya Lee Nara memastikan."Sebuah desa!" ujar Lengkukup."Hemp! Aku pikir kau akan mengajakku kesuatu tempat untuk berdua saja," timpal Lee Nara kemudian terkekeh."Kalau boleh aku tau, desa apa yang sedang kau tuju?" tanya nya kembali."Suban Dara, kau tempatnya?" jawab Lengkukup dengan memberi pertanyaan kepada Lee Nara.Ketika m

  • Legenda Kitab Surgawi   Sesuatu Yang Dicari

    Kini semuanya seperti sebuah taruhan, yang mungkin akan menyelamatkannya, atau malah sebaliknya, ia sempat berfikir jika semua itu bukanlah sebuah keberuntungan akan tetapi sebuah kesialan, karena telah melakukan kesalahan.Lengkukup sempat menduga jika semua orang yang berada dihadapannya, telah mengetahui identitas aslinya, dan sempat menatap Lee Nara beberapa kali, sebelum kembali menjadi waspada.Dirinya menebak, jika semua orang yang sedang mengepungnya, menginginkan sesuatu dari dirinya, sehingga hal itu sempat membuatnya berfikir keras sembari mencari jawaban yang pasti."Keluarlah! kalian tidak perlu bersembunyi lagi," ucap Lengkukup. "Apa yang kalian inginkan dariku?" tambahnya seraya melipat sebelah tangan kebelakang."Kau mempunyai sesuatu yang kami cari!" sahut salah seorang yang tiba-tiba melangkahkan kaki kearah Lengkukup."Aku merasa tidak memilikinya! benda apa

  • Legenda Kitab Surgawi   Kebenaran Yang Tersembunyi

    Ketika itu, Lengkukup langsung terdiam, sesaat Lee Nara mengambil kalung giok itu dari tangannya.Tidak pernah ia duga sebelumnya, jika Lee Nara akan bertindak demikian, akan tetapi hal tersebut membuatnya sedikit terpukul karena telah membuat hati Lee Nara menjadi terluka olehnya.Dirinya juga menebak, jika Lee Nara tidak benar-benar berniat buruk terhadapnya, sehingga mungkin ia akan meminta penjelasan terhadap tindakan Lee Nara itu, karena iapun dapat memastikan jika kelompok Bandit Gunung itu, akan membunuhnya cepat atau lambat."Bagus! bawa kalung itu kesini!" ucap pria bertopeng itu.Dalam beberapa langkah, Lee Nara akhirnya mencapai mereka dan ia lantas memberikan kalung giok itu kepada pria bertopeng besi itu.Bertepatan dengan dirinya memberikan kalung tersebut, Lee Nara sempat melirik kearah saudaranya dan tanpa ia sadari jika pria be

  • Legenda Kitab Surgawi   Ketakutan Lee Bara

    Pada saat itu, Lee Bara hanya bisa menelan ludahnya sendiri, karena tidak bisa berbuat apa-apa selain melihat Lee Nara diperlakukan dengan tidak pantas.Penyesalan mulai menjalar diseluruh kepalanya, terlebih lagi dirinya tidak bisa menyelamatkan adik semata wayangnya itu.Namun, dirinya masih tetap berusaha melepaskan diri dengan cara meronta sekuat tenaga, akan tetapi usahanya tersebut tidak membuahkan hasil, melainkan beberapa pukulan yang cukup keras mengenai wajahnya."Lepaskan!" pekik Lee Bara."Berteriaklah sekuat tenaga! tidak akan ada yang membantu," ucap salah seorang yang memegangi dirinya.Ketika itu, beberapa rekannya yang lain menghampiri keberadaan Lengkukup, akan tetapi mereka sangat terkejut karena mendapati Lengkukup sudah menghilang dari pandangan mata.Mereka sempat mencari namun tidak kunjung menemukannya, sehingga membuat mereka berfikir jika Lengkukup telah melarikan diri.

  • Legenda Kitab Surgawi   Penyelamat Lee Nara

    Pada saat itu, Lee bara hanya bisa terdiam karena merasa tidak memiliki pilahan lain, selain melepaskan pedangnya dari genggaman yang begitu erat sebelumnya.Bahkan dirinya sempat mengutuk pria bertopeng itu, dengan sebuah kata-kata makan yang cukup sakit untuk didengar.Namun, perkataan Lee Bara hampir tidak dengarnya, ketika dirinya tertawa lantang karena merasa diatas angin, melihat kedua orang itu tidak bisa berbuat banyak atas tindakan yang ia lakukan."Sekarang berbaliklah! Biarkan menyelesaikan ini terlebih dahulu," ucapnya."Ka-kakak tolong!" ujar Lee Nara dengan suara yang begitu pelan namun masih didengarnya.Lee Nara sempat menolak berkali-kali dan tidak membiarkan pria tersebut menyentuh tubuhnya, akan tetapi ia bahkan tidak memiliki cukup tenaga untuk melawan, sehingga ia hanya memejamkan mata, seraya meminta pertolongan dengan suara kecil yang diikuti suara rintihan pelan menyertai.Di sa

  • Legenda Kitab Surgawi   Seorang Penghianat

    Pada saat itu, Lengkukup baru saja menyadari jika kekuatan pria tersebut sangat jauh meningkat, ketika ia belum menggunakan jurus dua pedang miliknya.Dari beberapa pertukaran jurus, ia menyadari jika pria itu tidak hanya membuat saja, bahkan saat ini Lengkukup merasa sedikit kesulitan untuk mengatasi jurus dua pedang tersebut.Hal itu sempat membuat Lengkukup berdecak, karena bukan tidak mungkin, jika dirinya akan menggunakan kekuatan Iblis, meski tidak begitu diperlukan untuk mengatasi pria itu."Rupanya, kau tidak membual atas ucapan mu!" ujar Lengkukup."Cih! omong kosong, bersiap lah!" pekiknya kembali.Ketika itu, Lengkukup hanya menanggapi pria setengah baya itu hanya dengan senyuman tipis, seraya bersiap menerima serangan dua pedang yang terarah kepadanya.Namun, Lengkukup bahkan tidak bergeming sedikitpun ketika beberapa jurus hendak mengenai tubuhnya, dan dengan cepat ia memberikan serangan balasan

  • Legenda Kitab Surgawi   Pengakuan Lee Nara

    Lengkukup sempat menyipitkan kedua matanya, sebelum ia menjawab perkataan Lee Nara tentang kalung giok, yang beberapa saat yang lalu sempat dirampas oleh Bandit Gunung tersebut.Ketika itu, Lengkukup sempat mengambil nya kembali sebelum ia pergi meninggalkan jasad yang telah terbujur kaku itu, dan secara kebetulan dirinya kembali bertemu dengan Lee Nara.Beberapa saat yang lalu, dirinya bahkan berniat meninggalkan Lee Nara karena menganggap akan lebih baik dirinya bersama saudara kandungnya, akan tetapi sialnya, ia bahkan berjumpa kembali dengan Lee Nara, sebelum ia sempat pergi lebih jauh."Kemana perginya saudaraku?" tanya Lengkukup memastikan."Aku meninggalkannya!" jawab Lee Nara sembari membuang muka lalu sedikit membusungkan dada."Kau tidak boleh seperti itu terhadap kakakmu! akan kuantar kau kembali padanya," ujar Lengkukup sembari menarik paksa tangan Lee Nara."Berhenti! aku sudah memutuskan jika aku a

  • Legenda Kitab Surgawi   Musuh Yang Mengintai

    Ketika itu Lengkukup hanya bisa terdiam, karena merasa bersalah atas sikap yang ia berikan terhadap Lee Nara.Lengkukup sempat berfikir, jika wanita itu akan sedikit membencinya, karena telah memaksa dia untuk berkata jujur.Namun, jika tidak ia lakukan, maka dirinya tentu tidak bisa dengan mudah menerima Lee Nara kembali, tanpa sebab yang pasti."Sudahlah! Jangan terlalu kau fikirkan," ujar Lengkukup seraya membantu Lee Nara untuk berdiri.Beberapa saat yang lalu, Lee Nara bahkan sempat terduduk lesu, ketika dirinya meratapi masa lalunya, yang kemungkinan besar sangat menyiksa untuknya.Namun pada akhirnya dia menyadari jika bersedih tidak memiliki arti apapun, melainkan akan menambah penderitaan yang baru.Ketika beranjak dewasa, Lee Nara telah mencoba berbagai cara untuk melupakan semua kejadian yang menimpa dirinya, aka

Bab terbaru

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status