Beranda / Fantasi / Legenda Kitab Surgawi / Bab 322: Pertarungan di Tengah Kabut

Share

Bab 322: Pertarungan di Tengah Kabut

Penulis: ACANKUN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kabut semakin pekat, menyelimuti seluruh hutan dengan aura dingin yang meresap hingga ke tulang. Sosok Tong Guan melangkah maju, senyum liciknya tidak pernah hilang dari wajahnya. Ilusi-ilusi dari masa lalu masih bergerak perlahan, mengelilingi Ling, Lengkukup, dan En Jio, seolah menghisap kekuatan mental mereka.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya En Jio, keringat dingin menetes di pelipisnya. Meski dia adalah seorang ahli sihir, kekuatan kabut ini terasa sangat mengerikan dan menakutkan.

"Jangan biarkan dirimu terjebak oleh ilusi mereka," ujar Lengkukup, suaranya keras dan tegas. Dia memegang pedangnya dengan kedua tangan, matanya menatap lurus pada Tong Guan. "Fokus pada kenyataan. Itu satu-satunya cara kita bisa menang."

Tong Guan tertawa, suaranya menggema di seluruh hutan. "Kenyataan? Apa itu kenyataan, jika semua yang kau lihat adalah ilusi?" Dia mengangkat tangannya, dan kabut semakin berputar-putar, menciptakan angin kencang yang memutar semua di sekitar mereka. Sosok-sosok
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 323: Jejak di Jalan Berbahaya

    Matahari mulai terbenam, mewarnai langit dengan nuansa merah jingga yang indah. Namun, keindahan ini tidak menghapus rasa cemas yang menyelimuti hati Ling, Lengkukup, dan En Jio. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak di dalam hutan, berusaha mencari jalan keluar setelah menghadapi Tong Guan. Meskipun kemenangan mereka terasa manis, ancaman yang ditinggalkan Tong Guan tetap menghantui pikiran mereka."Kita harus segera keluar dari hutan ini," kata En Jio, melangkah cepat di depan. "Setiap detik yang kita habiskan di sini semakin berbahaya."Ling mengangguk setuju. "Aku juga merasakannya. Mungkin kita harus mencari tempat yang lebih aman dan merencanakan langkah berikutnya."Namun, sebelum mereka bisa melanjutkan perjalanan, suara gemuruh mengejutkan mereka. Tanah di bawah kaki mereka bergetar, dan semak-semak di sekitar bergetar hebat. Mereka bertiga saling berpandangan, merasakan sesuatu yang mengancam datang mendekat."Apa itu?" tanya Lengkukup, bersiap dengan pedangnya.Tanpa peri

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 324: Rencana dalam Kegelapan

    Malam telah menyelimuti hutan Siluman, dan suara-suara aneh menggema di antara pepohonan. Ling, Lengkukup, dan En Jio duduk di sekitar api unggun kecil, mencoba merencanakan langkah mereka selanjutnya. Dengan cahaya api yang menerangi wajah mereka, suasana terasa sedikit lebih hangat meskipun ancaman masih mengintai."Apa kita punya peta untuk wilayah ini?" tanya Lengkukup, membuka tasnya dan mengeluarkan berbagai dokumen yang ia kumpulkan selama perjalanan mereka.En Jio menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu ke mana kita harus pergi. Tapi kita perlu menemukan seseorang yang bisa memberikan informasi tentang posisi Tong Guan."Ling menatap api, merenungkan kata-kata temannya. "Ada beberapa kelompok yang mungkin bisa membantu kita. Namun, kita harus berhati-hati. Ada kemungkinan Tong Guan sudah mendapatkan informasi tentang kita dan menyiapkan jebakan.""Jadi, kita harus berpura-pura tidak tahu," kata En Jio. "Kita bisa berpura-pura mencari makanan atau barang-barang berharga. Itu bisa

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 325: Ujian Pertama

    Ling berdiri di tengah medan uji, menghadapi bayangan terburuknya. Suasana menjadi tegang, dan rasa takut merayap ke dalam dirinya saat sosok-sosok menakutkan mulai muncul satu per satu. Dari kegelapan, mereka mulai memperlihatkan bentuk yang samar, seolah berasal dari kedalaman jiwanya yang paling gelap."Apa yang kau inginkan dariku?" Ling bertanya, suaranya bergetar meski dia berusaha keras untuk tetap tenang. Setiap sosok tampak menggoda ketakutannya, berusaha menjerat pikirannya dengan kenangan pahit dan rasa sakit yang telah lama terpendam.Salah satu bayangan menampakkan diri sebagai sosok ibunya, dengan wajah yang lembut namun penuh kesedihan. "Kenapa kau tidak bisa menyelamatkanku, Ling? Kenapa kau membiarkan mereka membunuhku?" Suaranya lembut namun tajam, seolah menusuk jantungnya.Ling menggigit bibirnya, berjuang melawan air mata yang hampir keluar. "Aku berusaha! Aku akan membalas dendam!" Dia mengingat kembali tekadnya untuk mengalahkan penyihir yang bertanggung jawab a

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 326: Pilihan Terakhir

    Ling, Lengkukup, dan En Jio berdiri di persimpangan jalan, di mana dua jalan terbentang di depan mereka. Suasana di sekeliling terasa mencekam, seperti alam semesta menanti keputusan yang akan mereka buat. Di satu sisi, jalan yang berkilau dengan cahaya berwarna emas, menjanjikan kekuatan dan kemungkinan menuju Tong Guan, tetapi dengan ancaman yang tidak diketahui. Di sisi lain, jalan yang lebih gelap dan berkelok-kelok, yang menawarkan keamanan, tetapi menjauhkan mereka dari tujuan yang telah mereka tetapkan."Apa yang harus kita lakukan?" tanya En Jio, mengamati kedua jalan tersebut. "Kita sudah menghadapi banyak rintangan. Apakah kita siap untuk mengambil risiko ini?"Ling merasa hatinya bergetar. "Kita tidak bisa mundur sekarang. Kita telah berjuang begitu keras untuk sampai di sini. Jalan yang berkilau mungkin memiliki risiko, tetapi itu mungkin juga membawa kita lebih dekat ke Tong Guan.""Tapi kita harus memikirkan konsekuensinya," Lengkukup menambahkan, menatap jalan yang gela

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 327: Jalan Menuju Tong Guan

    Setelah melewati ujian yang menegangkan, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka ke Tong Guan. Jalan berkilau di depan mereka kini terlihat lebih menawan, dipenuhi cahaya lembut yang memandu langkah mereka. Namun, di dalam hati mereka, ada ketegangan yang menggelayuti. Setiap langkah terasa lebih berat, seolah ada sesuatu yang besar sedang menunggu di ujung jalan."Kita harus tetap waspada," kata Ling, suaranya mantap. "Meskipun kita telah melewati ujian, masih banyak tantangan yang harus kita hadapi.""Setuju," Lengkukup menjawab. "Kita belum tahu apa yang menanti kita di depan. Kekuatan dan keberanian kita akan diuji lagi."En Jio mengangguk, matanya menyapu ke sekeliling untuk memastikan tidak ada ancaman yang mengintai. "Jika kita bersatu, kita pasti bisa mengatasi apa pun yang datang."Perjalanan mereka berlanjut dengan semangat baru, tetapi suasana di sekeliling mulai berubah. Langit di atas mereka menjadi gelap, awan-awan hitam menggulung menutupi cahaya. Semi

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 328: Bayangan di Balik Tong Guan

    Setelah kemenangan yang menegangkan, Ling, Lengkukup, dan En Jio akhirnya melanjutkan perjalanan menuju gerbang besar Tong Guan. Kabut tipis menyelimuti jalan setapak yang mereka lewati, membuat suasana terasa semakin mencekam. Di kejauhan, terlihat sebuah benteng besar dengan menara-menara tinggi menjulang. Itu adalah Tong Guan, tempat yang mereka tuju setelah berbagai rintangan berat."Akhirnya kita sampai," kata En Jio sambil menghela napas lega. "Tapi aku merasakan sesuatu yang aneh di tempat ini."Lengkukup mengangguk setuju, tatapannya penuh kewaspadaan. "Aura gelap masih terasa kuat. Kita harus bersiap untuk yang terburuk."Ling menatap gerbang raksasa di depan mereka. "Apa pun yang menunggu di dalam, kita tidak boleh lengah." Dia mengencangkan genggaman pada gagang pedangnya, siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.Mereka bertiga melangkah mendekati gerbang besar itu. Di saat yang bersamaan, angin berdesir kencang, membawa suara-suara samar yang terdengar seperti bisikan. P

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 329: Rahasia Tersembunyi di Tong Guan

    Langkah mereka terasa berat saat melewati aula besar yang sekarang sepi, setelah penjaga berzirah itu tumbang. Meski berhasil mengalahkan musuh kuat itu, rasa waspada terus menyelimuti mereka. Jalan di depan mereka dipenuhi dengan bayangan yang bergerak seperti makhluk-makhluk tak kasat mata yang mengawasi setiap langkah mereka.“Perasaan ini semakin aneh,” ujar Lengkukup dengan tatapan tegas. “Seolah kita sedang diawasi.”Ling, yang memimpin di depan, mengangguk pelan. “Ini bukan tempat biasa. Tempat ini penuh dengan keajaiban kuno. Kita harus bersiap menghadapi hal yang lebih dari sekadar penjaga tadi.”Dari balik kegelapan, cahaya samar mulai terlihat. Mereka mendekati sebuah ruang terbuka yang berbeda dari bagian-bagian benteng sebelumnya. Di sini, langit-langit lebih tinggi, dengan pilar-pilar besar yang menjulang ke atas. Cahaya keemasan memancar dari pusat ruangan, memantul di dinding-dinding batu yang dihiasi dengan ukiran kuno.Di tengah ruangan, ada sebuah altar besar, dan d

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 330: Pertarungan Tak Terduga

    Ling merasakan jantungnya berdebar kencang, bukan hanya karena ketegangan menghadapi musuh yang tampak berbahaya, tetapi juga karena kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya dari gulungan kuno itu. Dia mengangkat pedang, bersiap untuk bertarung, sementara Lengkukup dan En Jio berada di sampingnya, menghadapi sosok misterius yang menghadang.“Siapa kau sebenarnya?” Lengkukup menantang, suaranya menggema di ruang besar itu. “Apa yang kau inginkan dari gulungan ini?”“Aku adalah penjaga kegelapan,” pria berwajah tirus itu menjawab dengan nada sinis. “Gulungan itu adalah kunci untuk menguasai kekuatan yang akan mengubah dunia. Dan sekarang, kau semua akan menemui akhir yang layak bagi pengganggu!”Dengan gerakan cepat, sosok itu meluncurkan gelombang energi gelap ke arah mereka. Ling berlari ke depan, melindungi kedua temannya dengan mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan.“Tebasan Tujuh Bintang!” teriak Ling, mengayunkan pedang dengan segenap kekuatan. Sebuah gelombang angin mema

Bab terbaru

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 344: Cahaya di Tengah Kegelapan

    Ling terdiam dalam keheningan, tatapannya masih terpaku pada tempat di mana sosok berjubah putih itu menghilang. Lengkukup dan En Jio berdiri di sisinya, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Namun, pertanyaan yang menggantung di udara tidak segera menemukan jawaban."Siapa dia?" En Jio akhirnya memecah kesunyian, suaranya bergetar lemah. "Penjaga Kuil Tianlong? Aku tidak pernah mendengar tentang sosok seperti itu..."Lengkukup, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, hanya menggelengkan kepala. "Dia muncul tepat saat kita membutuhkannya. Entah siapa atau apa tujuannya, kita sebaiknya bersyukur."Ling menghela napas panjang, tubuhnya masih lelah setelah serangan besar yang hampir menghabisi kekuatannya. "Kita harus segera pergi dari sini. Tempat ini penuh dengan kegelapan, dan aku merasakan sesuatu yang tidak beres."Mereka bertiga mengangkat diri, meskipun tubuh mereka masih t

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 343: Perlawanan Terakhir di Kaki Gunung Tianfeng

    Sima Yan berdiri tegak di hadapan Ling, Lengkukup, dan En Jio. Aura kegelapan yang memancar dari tubuhnya membuat udara di sekitar mereka terasa berat. Pedangnya yang besar dan hitam berkilauan dengan cahaya merah yang jahat, menandakan kekuatan yang luar biasa.Ling mengepalkan tangannya lebih kuat di sekitar gagang pedangnya. Napasnya terasa berat, dan dadanya bergemuruh dengan adrenalin. Dia tahu ini bukan hanya pertarungan melawan seorang musuh yang kuat, tapi juga perjuangan untuk tetap hidup."Kita tidak bisa membiarkan dia menang!" desis Ling dengan penuh semangat, meski dia tahu dalam hatinya bahwa mereka mungkin tidak akan bertahan dari pertarungan ini.Lengkukup berdiri di sampingnya, menatap dingin ke arah Sima Yan. "Kita bertarung sampai napas terakhir. Tidak ada pilihan lain."En Jio, yang masih terluka, mengangguk dengan susah payah. Meskipun kondisinya jauh dari ideal, dia tahu tidak ada waktu untuk mundur.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 342: Bayangan di Balik Gunung Tianfeng

    Ketika mereka keluar dari gua, lembah yang dulunya gelap sekarang diterangi cahaya redup matahari yang mulai tenggelam. Udara terasa lebih berat, seolah sesuatu yang jahat menyelimuti mereka dari kejauhan. Langit di atas Gunung Tianfeng mulai berubah menjadi merah darah, pertanda bahwa bahaya semakin dekat.

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 341: Pertempuran di Lembah Kematian

    Suasana di dalam ruangan besar itu mendadak tegang. Pria berjubah hitam yang berdiri di hadapan mereka tampak mengintimidasi, dengan senyum penuh kebencian yang menyiratkan keyakinan mutlak pada kekuatannya. Cahaya dari kristal elemen hijau memantul di zirah hitamnya, mempertegas aura kegelapan yang menyelimuti tubuhnya."Aku adalah pengawal elemen ini," ucap pria itu dengan suara rendah yang bergetar. "Namaku Hei Long, dan kalian tak akan bisa melewati gerbang kehidupan ini."Ling menatap pria itu dengan tajam, mempersiapkan diri. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain melawanmu."Lengkukup dan En Jio mengambil posisi di sebelah Ling. Meskipun mereka tahu bahwa Hei Long adalah lawan yang kuat, mereka tidak punya waktu untuk ragu. Kristal elemen hijau itu adalah kunci untuk melengkapi kekuatan Kitab Dewa Naga, dan mereka harus mendapatkannya, apa pun risikonya."Serahkan saja elemen itu

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 340: Perjalanan Menuju Lembah Kematian

    Malam mulai menyelimuti perbukitan, namun Ling, Lengkukup, dan En Jio terus melangkah. Suasana semakin mencekam saat kabut tipis mulai muncul, menyelimuti jalanan setapak yang semakin sempit. Hutan lebat di kiri dan kanan mereka seolah menjadi dinding kegelapan yang tak tertembus. Hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di tengah keheningan itu."Kita semakin dekat," kata Lengkukup, matanya terus mengawasi setiap gerakan di sekitar. "Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa di sini."Ling mengangguk setuju. Dari kitab Dewa Naga yang berada dalam genggamannya, ia bisa merasakan energi yang semakin kuat. "Lembah itu tak jauh lagi. Energi dari elemen berikutnya sangat jelas terpancar dari sana."En Jio, yang biasanya penuh semangat, kali ini tampak lebih tenang. "Apa kalian sudah siap? Kalau pasukan hitam benar-benar menunggu di sana, ini akan menjadi pertempuran yang sulit."

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 339: Kabar di Balik Perbukitan

    Setelah berhasil mengalahkan Pengawal Bayangan dan mengamankan elemen es, Ling, Lengkukup, dan En Jio melanjutkan perjalanan mereka menuju perbukitan yang lebih rendah, meninggalkan puncak es yang mencekam di belakang. Udara di sini lebih hangat, tapi suasana tegang masih melingkupi mereka. Masing-masing terdiam, merenungkan pertempuran yang baru saja mereka lalui.“Kita sekarang memiliki dua elemen,” kata Lengkukup, memecah keheningan. “Tapi musuh kita pasti semakin sadar dengan keberadaan kita.”Ling mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Mereka tidak akan tinggal diam dan membiarkan kita mengambil semua elemen begitu saja.”En Jio, yang biasanya ceria, kali ini terlihat lebih serius. “Kalau mereka sudah mengirim Pengawal Bayangan, berarti kekuatan besar sedang memantau kita. Kita harus siap menghadapi mereka, kapan pun mereka menyerang.”

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 338: Bayangan di Balik Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen es dari Puncak Es, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak bisa beristirahat lama. Meski mereka baru saja mengalahkan serigala es yang menjaga elemen tersebut, perasaan cemas tidak pernah benar-benar pergi. Keheningan yang melingkupi pegunungan bersalju seolah menyembunyikan ancaman yang belum terungkap.“Ling,” kata Lengkukup tiba-tiba, matanya tajam menatap ke kejauhan. “Kita sedang diawasi.”Ling yang sedang mengatur napas setelah pertempuran, langsung siaga. Dia mengeluarkan pedangnya dengan gerakan cepat, memfokuskan seluruh indranya untuk mendeteksi ancaman yang disampaikan Lengkukup. Seiring angin dingin yang menusuk, bayangan mulai terlihat di balik kabut tebal.En Jio, yang sebelumnya sedang bercanda untuk menghilangkan ketegangan, kini mengalihkan pandangannya dengan wajah serius. “Sepertinya, penjaga elemen es bukan satu-satunya yang harus kita hadapi.”Dari kabut yang semakin pekat, muncul sosok-sosok berpakaian hitam. Mereka bergerak dengan k

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 337: Perjalanan ke Puncak Es

    Setelah berhasil mendapatkan elemen api dari Gunung Berapi Hitam, Ling, Lengkukup, dan En Jio tidak memiliki banyak waktu untuk merayakan keberhasilan mereka. Tantangan berikutnya, elemen es, menanti mereka di ujung dunia yang berlawanan, di Puncak Es yang dilapisi salju abadi.“Kita tidak bisa berlama-lama di sini,” ujar Ling, napasnya masih terengah-engah setelah pertarungan yang menegangkan. “Puncak Es jauh, dan kita tidak tahu apa yang menanti kita di sana.”Lengkukup menyetujui, mengangkat elemen api dengan hati-hati. Cahaya merah yang menyala dari elemen itu berdenyut lembut, memberikan rasa hangat yang kontras dengan suhu yang akan mereka hadapi di perjalanan berikutnya.“Kau benar, Ling,” katanya. “Kita harus segera bergerak. Semakin lama kita menunda, semakin besar kemungkinan musuh kita mengetahui keberadaan elemen ini.”En Jio, yang telah berhasil mengalihkan perhatian naga api, berjalan mendekat. Dia tersenyum puas, meskipun wajahnya dipenuhi keringat. “Aku tidak sabar unt

  • Legenda Kitab Surgawi   Bab 336: Menuju Gunung Berapi Hitam

    Dengan hati yang penuh semangat dan ketegangan yang meningkat, Ling, Lengkukup, dan En Jio meninggalkan pasar malam. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan menjadi salah satu yang paling menantang yang pernah mereka hadapi. Mereka harus mendapatkan dua elemen yang berlawanan, dan langkah pertama adalah menuju Gunung Berapi Hitam.Di jalan, Ling merenungkan kata-kata lelaki tua itu. Kekuatan tidak hanya datang dari kemampuan fisik, tetapi juga dari keputusan yang mereka buat. Perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kunci, tetapi juga tentang menemukan diri mereka sendiri dan menguji batasan mereka.Sesampainya di tepi hutan, mereka berhenti sejenak. Ling bisa merasakan perubahan udara, dari segar menjadi panas dan berbau sulfur. “Kita sudah dekat dengan gunung,” ujarnya.“Kau yakin kita siap menghadapi makhluk yang menjaga elemen api?” Lengkukup bertanya, merasakan ketegangan di udara.“Kita harus percaya satu sama lain,” jawab Ling. “Kita sudah melalui banyak hal bersama. Ini hanya

DMCA.com Protection Status