Share

Legend of Dark Lotus
Legend of Dark Lotus
Penulis: Ayriana Ren

1. Xiriu

Penulis: Ayriana Ren
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-20 15:57:51

Angin bertiup lembut membelai dedaunan yang dengan riang bergoyang. Gesekan demi gesekannya menciptakan musik alam yang amat indah, membuat siapa pun terlena akan alunannya.

Ditengah suasana damai itu, seorang bocah berparas cantik nampak asyik membaca buku di bawah pohon yang rindang. Kulitnya yang putih bersih bagaikan giok murni yang berkilau terkena sinar matahari.

Bola mata beriris kelam dengan kilau keemasan itu bergerak secara perlahan, mengikuti baris demi baris bacaan yang menyita seluruh perhatiannya. Ia sama sekali tak peduli dengan sang angin yang sejak tadi asyik menggoda rambut hitamnya yang lembut bagai sutra.

Baru saja ia akan membalik halaman bukunya, terdengar beberapa pasang langkah mendekat. Ia tak bergeming. Dengan tenang ia membalikkan halaman buku, lalu kembali membaca.

"Hei, Nona! Apa kau sendirian hari ini?"

Anak itu tak menjawab. Ia masih terlihat tenang membaca tanpa mempedulikan sepuluh pemuda yang kini berdiri mengelilinginya.

"Tuan Muda, sepertinya Nona Xi ini malu-malu. Apa kita bawa saja dia sekarang?"

"Hahaha ... benar, Tuan Muda. Selagi Kakak gadis ini tidak ada, sebaiknya kita menculiknya saja."

Pemuda yang sejak tadi dipanggil Tuan Muda itu mulai jengah melihat sikap Xi yang tak acuh. Dengan kasar ia menarik buku yang ada di tangan Xi dan merobeknya tanpa ampun.

Xi bangkit dari tempat duduknya dan menatap pemuda yang saat ini sedang menghancurkan buku itu dengan wajah datar.

"Apa kau sudah selesai, Tuan Muda Aiden?" Xi menghela napas melihat buku yang sudah hancur itu, "Awalnya aku ingin menitipkan buku ini untuk Ayahmu. Tapi apa boleh buat, semua sudah hancur. Aku harus berkata apa pada Kepala Desa nanti?" ucap Xi dengan wajah polosnya.

Pemuda itu langsung terbelalak. Dengan wajah ngeri ia menatap lembaran terakhir yang masih ada di tangannya. Reamus Rhoneline. Sebuah nama yang tak asing lagi baginya. Ya, nama Ayahnya terukir jelas di sana.

"K-kau! Kau!"

Kali ini Xi tersenyum miring melihat kepanikan di wajah pemuda itu. Matanya yang indah berkelip bagai bintang. Namun ini bukan saatnya Aiden mengagumi pemandangan itu.

"Beraninya kau!"

"Ah!"

Xi terpekik ketika salah satu teman Aiden menarik rambutnya dengan kasar. Aiden ikut terkejut, ia tak menyangka kalau temannya akan berbuat seperti itu pada seorang gadis kecil yang umurnya tak lebih dari tiga belas tahun. Menggoda tak masalah, tapi kalau sudah bermain fisik....

"Lepaskan tanganmu!"

Suara Xi berubah dingin.

"Apa? Kau mau mengancamku? Teriak saja! Tak akan ada yang menolongmu karena kakakmu tak ada di sini."

"Benar! Setelah kami menyanderamu, kakakmu -Rhein- yang sok hebat itu akan kami taklukkan dengan mudah."

Xi mendengus, "Jadi kalian ingin bermain kotor dengan menyanderaku? Yang benar saja, jika kalian saja tak mampu mengalahkan Kak Rhein, bagaimana mungkin kalian bisa mengalahkan aku?"

Para pemuda itu terlihat kebingungan sambil menatap Xi, "Apa maksudmu!?"

Dengan gerakan anggun Xi memelintir tangan pemuda yang masih mengcengkram rambutnya. Pemuda itu berteriak kesakitan, tapi Xi tak peduli. Dengan kejam ia meremukan tangan yang sudah mengotori rambutnya, lalu menendang pemuda itu sampai jatuh tersungkur.

"Kau tahu kenapa?" Xi menyeringai. "Karena Kak Rhein tak pernah menang bertanding denganku."

"Dasar bocah sombong! Hiyaaa!!"

Xi menghindar dengan cepat saat pemuda lainnya melempar tinju dengan brutal. Dengan mudah ia menangkis lalu kembali menjatuhkan lawan yang memiliki bobot dua kali dari tubuhnya.

Merasa tak terima temannya dipermalukan oleh gadis kecil, mereka pun langsung menyerang Xi tanpa ampun. Persetan dengan wajah cantik. Harga diri mereka sebagai lelaki terlalu besar untuk diinjak-injak seorang gadis kecil.

Melihat keadaan yang sudah diluar kendali, Aiden menjadi panik. Niat hati hanya ingin menggoda Xi karena anak itu sangat sulit dijinakkan. Itulah sebabnya ia menyewa beberapa pemuda dari desa tetangga untuk menakuti Xi. Tapi siapa sangka kalau malah terjadi hal seperti ini? Ini benar-benar di luar rencana!

"He-hei! Hentikan! Kalian tak boleh menyerang Nona Xi. Ini bukan rencana yang kita setujui!" Aiden berusaha melerai. Namun nahas, tanpa ia sadari sebuah tinju melayang ke arah wajahnya dan iapun jatuh tak sadarkan diri.

Xi yang masih dengan lincah menghindari serangan lawannya itu hanya menggeleng ketika Aiden pingsan.

Tuan Muda yang malang, lain kali kau harus benar-benar jeli dalam memilih teman, Aiden.

"Nona, sampai kapan kau akan melarikan diri terus? Mana bualanmu tadi?" Dengus salah satu pemuda yang nampak kesal karena serangannya selalu gagal.

Xi memiringkan kepalanya sedikit sambil mengerutkan dahi.

"Jadi kalian ingin aku serius?" Xi menyeringai, "Baiklah."

***

Derap langkah seorang pemuda berusia sembilan belasan menghentikan pergerakan Xi. Dengan cepat ia melempar sebatang ranting yang tadi digunakan untuk memukuli lawannya, lalu berbalik dan menampilkan senyum yang mampu membius siapa saja.

Rhein, pemuda yang baru saja datang itu hampir saja terlena. Namun ia segera mengerutkan dahi saat dilihatnya banyak pemuda yang menggeliat kesakitan di tanah.

"Xiriu, apa yang kau lakukan pada mereka?"

Xi mengedikkan bahunya tak acuh. Menatap malas para pemuda yang merintih kesakitan, bahkan dengan santai menendang tubuh yang menghalangi jalannya.

"Bukan apa-apa. Oh iya, apa kau mendapatkan pesananku?" Tanpa wajah berdosa Xi tersenyum penuh semangat melihat bungkusan yang sedang dipegang Kakaknya itu.

Melihat wajah polos sang Adik, hati Rhein kembali melunak dan tanpa sadar mengangsurkan bungkusan yang sejak tadi ada di tangannya. Namun, baru saja tangan Xi akan menggapai bungkusan itu, Rhein tersadar dan menarik kembali tangannya.

"Kau belum menjelaskan mengapa pemuda-pemuda ini babak belur seperti ini."

Xi mengerucutkan bibir mungilnya, "Mereka yang mulai duluan, aku hanya membela diri."

Rhein hanya menggelengkan kepalanya dan menghela napas. Kenapa adiknya yang begitu manis dan menggemaskan ini sangat bar-bar?

"Kau ini...."

Belum sempat Rhein mengucapkan kata-kata, seorang pemuda yang berada dibelakang tubuhnya bangkit dan mengeluarkan sesuatu yang berkilau. Mata Xi langsung membelalak ketika pemuda itu bergerak cepat dan menerkam Rhein.

"Kakak awas!"

Terlambat. Semua terjadi begitu cepat. Pemuda yang menerkam Rhein tertawa puas seperti orang gila.

"Hahaha, akhirnya aku bisa membalaskan dendamku. Matilah kau bocah sombong!"

Wajah Xi mengeras. Dengan tatapan penuh amarah Xi mengibaskan tangannya. Pemuda itu terpental jauh menubruk pohon. Bunyi bedebam yang ditimbulkan dari tumbukan itu membuat Rhein merasa ngeri.

Ah, semoga saja pemuda itu masih hidup. Walaupun aku tak yakin tulangnya akan baik-baik saja. Xi memang mengerikan jika sudah marah.

Lupa akan lukanya sendiri, Rhein malah mengasihani pemuda itu.

"Kakak, lukamu...."

"Aku tidak apa-apa, hanya.... Ugh!" Rhein tersenyum getir, lukanya cukup dalam. Mengapa aku seceroboh ini?

Dalam diam Xi mengumpulkan energi di tangan kanannya. Cahaya biru berpendar indah. Dengan hati-hati ia menempelkan telapak tangannya ke atas luka Rhein yang terus mengeluarkan darah.

"Xi, kau tak boleh melakukan ini. Kau bisa...."

"Diamlah, Kak. Hanya sebentar."

Xi terus berkonsentrasi. Dari luka Rhein perlahan keluar asap hitam tipis. Asap itu seperti terhisap ke dalam cahaya biru milik Xi. Bersamaan dengan itu, luka di punggung Rhein pun menutup. Rasa sakit perlahan hilang diganti oleh kehangatan yang sangat nyaman.

"Xi, aku baik-baik saja. Kau tak boleh menggunakan kekuatanmu lagi. Nanti kau akan...."

Belum sempat Rhein menyelesaikan kata-katanya, tubuh Xi langsung merosot kelelahan. Wajahnya terlihat sangat pucat saat Rhein menangkap tubuh itu sebelum jatuh ke tanah.

"Lihat perbuatanmu!" Rhein mendelik melihat adiknya yang lemah itu masih tersenyum. "Lukaku bisa dengan mudah disembuhkan. Tapi jika sesuatu terjadi padamu, aku bisa mati dihukum Ayah!"

"Jangan salahkan aku, Ayahlah yang harus disalahkan. Gara-gara peraturan anehnya itu aku terus saja digoda pemuda brengsek. Aku ini laki-laki, Kak. LAKI-LAKI! Kenapa aku harus berpakaian wanita?" Protes Xi masih dalam pelukan Rhein.

Rhein tersenyum geli sambil mengangkat tubuh Xi ke dalam gendongannya bak tuan puteri.

"Itu karena kau sangat cantik, Nona Xiriu. Lebih cantik dari gadis manapun."

"Kakaaaaak!"

Tawa mereka memecah kesunyian senja. Berjalan di antara daun-daun maple yang berguguran sambil bercanda ria.

Semua terlihat normal. Ya, cuaca yang normal. Namun mereka tak pernah tahu kapan badai akan bertiup.

***

Bab terkait

  • Legend of Dark Lotus   2. Tamu Tak Diundang

    Suasana begitu tegang. Mereka duduk saling berhadapan sambil menyesap teh hangat yang disediakan Nyonya Lacklan. Tak ada satu pun yang bersuara di keheningan itu. Hanya suara seruputan air, dan dentingan halus gelas ketika mereka meletakkannya kembali di meja.Aiden melirik ayahnya yang terlihat gugup. Dalam hati ia merutuk, apa keputusannya untuk meminta maaf adalah hal yang salah? Lihatlah, bahkan seorang kepala desa seperti Reamus akan panas dingin saat berhadapan langsung dengan kepala keluarga Lacklan.Namun, sebagai lelaki sejati Aiden harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Walau pada awalnya ia hanya berniat usil, namun apa yang sudah terjadi sungguh diluar batas. Maka dengan seluruh keberanian yang ada, ia pun akan mengakui kesalahannya."Tuan Lacklan, saya benar-benar menyesal. Saya telah bersikap kasar kepada Nona Xi dan bahkan hampir mencelakainya."Pria tua yang sejak tadi hanya menatap kedua tamunya dengan tenang itu mengeluarkan suara "hmm". Aiden menganggap itu seb

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Legend of Dark Lotus   3. Kenyataan

    Sudah tiga hari ini Xi hanya diam di kamarnya. Tidak, kurang tepat jika kamar ini disebut kamarnya. Karena sejak kejadian tiga hari lalu, Xi dan Rhein mengungsi di kediaman Kepala Desa Reamus.Wajahnya yang putih semakin pucat karena tak tersentuh sinar matahari. Matanya yang biasa berbinar indah, kini menjadi sembab dengan lingkaran hitam di sekelilingnya.Rhein yang melihat keadaan Xi tak dapat berkata apa-apa. Peristiwa pembantaian malam itu memang sangat mengerikan. Tak ada satu pun yang selamat kecuali mereka berdua. Selebihnya, semua menjadi mayat dengan tubuh yang terpotong-potong."Xi, makanlah sedikit," bujuk Rhein sambil meletakkan beberapa piring makanan di meja. Xi hanya melirik sekilas, lalu kembali melamun menatap jendela yang tak pernah dibuka."Makanlah, jika kau sampai sakit kakak akan merasa sangat bersalah kepada mendiang Ayah dan Ibu." Rhein tak menyerah membujuk Xi. Dengan sabar ia menyendok nasi dan lauk, lalu mendekatkannya di depan mulut Xi.Xi menatap makanan

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-20
  • Legend of Dark Lotus   4. Kenyataan 2

    Malam semakin dingin, tapi Xi masih berada di atas rumah pohon itu bersama Aiden. Setelah beberapa kali keluar-masuk kamar mandi, akhirnya Aiden kelelahan dan tertidur di samping Xi. Wajah pemuda itu terlihat sangat pucat. Jika saja Xi tak memberikannya pil hitam untuk obat pencernaan, mungkin saat ini Aiden sudah terkapar lemas di kamar mandi. Langit terlihat lebih muram malam ini. Bintang-bintang enggan bekerlip, sementara bulan yang seharusnya purnama lebih memilih sembunyi di balik awan. Xi hanya berharap kalau malam ini tak akan terjadi badai lagi. “Bagaimana keadaan Tuan Muda Xiriu?” Sebuah suara membuyarkan lamunan Xi. Hati-hati ia pun menengok ke bawah. Tuan Reamus dan Kakak. Apa mereka baru pulang? Kenapa mereka mengobrol di tempat seperti ini? “Sepertinya ia sudah jauh lebih baik. Terima kasih untuk Tuan Muda Aiden yang sudah bersusah payah menghiburnya.” Rhein tersenyum sopan sambil sedikit membungkuk untuk berterima kasih. “Hahaha, anak itu memang suka bertindak seena

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Legend of Dark Lotus   5. Kegelapan Malam

    Xi terus berlari tanpa memedulikan arah. Ketika hampir kehabisan napas, barulah ia sadar kalau sudah berada di tengah hutan sendirian. Gelap. Ia tak tahu di mana posisinya saat ini. Selain membaca buku dan bermain pedang, Xi lemah di segala bidang. Salah satunya adalah, ia tak mengenal arah mata angin. Jangankan membedakan mana barat dan mana timur, untuk pulang ke rumahnya saja ia terkadang bingung saat menemui persimpangan. Dengan tubuh gontai, Xi terus berjalan membelah malam. Saat ini bukan kegelapan ataupun binatang malam yang ia takutkan. Ia hanya mengkhawatirkan sang kakak. Rhein pasti sangat marah dan panik mencarinya. Mengingat hal itu, Xi pun tersenyum getir. “Kakak? Apa aku masih boleh memanggilnya seperti itu?” Walau hati Xi masih terluka, ia tahu betul kalau kakak dan orangtuanya tak pernah berniat buruk padanya. Mereka pasti memiliki alasan yang kuat. Itulah sebabnya ia bertekad untuk kembali dan meminta penjelasan yang lebih rinci. Siapa dirinya dan siapa orang tua k

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-21
  • Legend of Dark Lotus   6. Wanita Bergaun Ungu

    Sudah satu jam berlalu namun Xi belum juga kembali. Rhein jadi semakin gelisah. Kemana anak itu? Atau jangan-jangan dia tersesat?Sambil merutuki kecerobohannya, Rhein langsung berlari ke arah Xi pergi tadi. Bagaimana ia bisa lupa kalau Xi buta arah? Sudah berapa kali anak itu keluar rumah sendirian, namun malah tersesat ke sembarang tempat.Rhein masih ingat betul pertama kali Xi kesal karena tidak diizinkan untuk membeli "machi". Anak itu diam-diam kabur dari rumah dan berakhir di rumah serigala. Ya Tuhan, ingin rasanya Rhein mengarungi Xi saat itu juga. Apa dia tak bisa membedakan jalan menuju pasar yang ramai dengan jalan menuju hutan yang gelap?Untunglah saat itu Xi baik-baik saja. Para serigala yang mengeroyoknya dipukuli seperti anjing. Hewan pemuja bulan purnama itu dibuat tak berkutik di hadapan Xi. Jangankan untuk menyerang, baru mengendus aroma Xi dari jarak satu mil saja mereka sudah kocar-kacir."Kak Rhein!"Rhein menghentikan langkahnya dan menoleh. Didapatinya Aiden ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Legend of Dark Lotus   7. Penyesalan Rhein

    Sinar matahari yang menyilaukan menyapa dua pemuda yang nampak kelelahan di bawah pohon. Wajah mereka terlihat kuyu dengan lingkaran hitam yang menghiasi mata.Aiden menguap, lalu melirik Rhein yang sedang menusuk-nusukan ranting ke dalam tanah. Pemuda itu tak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Rhein. Jangan bilang kalau Rhein sangat frustasi dan ingin menggali kuburannya sendiri. Tidak, tidak, mau sampai kapan kuburan itu selesai jika hanya digali dengan ranting. Apa Aiden harus menemukan sekop atau semacamnya untuk membantu?Sibuk dengan pikirannya, Aiden mendengar suara ranting yang dipatahkan. "Eh? Apa Kak Rhein sudah selesai?" gumam Aiden dalam hati."Ini sudah hari ketiga, namun keberadaan Xi belum juga diketahui," ujar Rhein sambil memandang langit yang terhalang dedaunan."Apa tidak sebaiknya kita kembali dulu? Mungkin ayah menemukan beberapa petunjuk," ucap Aiden memberi usul.Bukan tanpa alasan Aiden mengusulkan untuk pulang, pasalnya mereka sudah berkeliling ke beber

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Legend of Dark Lotus   8. Adventure Guild

    Sudah beberapa hari ini Xi tinggal di gubuk asing bersama Asheera–gadis yang menyelamatkannya. Xi tak banyak bicara, hanya saja gadis berambut ungu itu tak pernah berhenti berceloteh dan menanyakan ini itu hingga membuat kepala Xi pusing tujuh keliling.Seperti saat ini."Tuan Muda, apa kau yakin akan terus berpakaian seperti ini? Identitasmu sangat membingungkan. Aku harus memanggilmu Tuan Muda atau Nona Muda nantinya?"Xi hanya mendesah pelan. Siapa juga yang mau untuk terus memakai pakaian perempuan seperti ini? Jika bukan karena ia sudah berjanji pada mendiang ayahnya, xi juga tak ingin seperti ini. Lagi pula batas waktunya hanya tinggal dua tahun lagi, jadi itu bukan masalah besar.Lalu ..."Tuan Muda, wajahmu ini sangat ... bagaimana aku harus mengatakannya, ya?" Asheera menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu menatap Xi lebih dekat. "Cantik, ini terlalu luar biasa, bahkan aku iri dengan kecantikanmu. Tuan Muda, apa kau yakin Tuhan tak salah meletakkan jenis kelaminmu?"Xi kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Legend of Dark Lotus   9. Adventure Guild 2

    "Selamat datang di Adventure Guild cabang kota Elven. Kami melayani berbagai macam misi sesuai dengan rank yang sudah ditentukan. Apa ada yang bisa kami bantu, Nona?" tanya wanita muda itu tersenyum ramah.Xi terdiam lalu melirik papan nama besar yang terpajang di sana. "Adventure Guild? Tempat apa itu?" gumamnya dalam hati."Oh, maaf Nona Marry. Kami bukan ingin membeli, tapi ingin menjual," ucap Asheera sambil mengedipkan sebelah matanya."Ah, ternyata Nona Asheera. Aku pikir Nona kecil yang sangat cantik ini butuh bantuan, ternyata dia datang bersama anda," kata Marry tersenyum ramah. "Jadi, kau ingin misi seperti apa?""Aku butuh misi yang mudah untuk Tu-, maksudku Nona Mudaku ini. Dia baru saja tertimpa musibah dan butuh uang saku. Kau jangan khawatir, walau tubuhnya mungil dan wajahnya sangat cantik, tapi kemampuan bertarungnya di atas rata-rata. Jadi kau tak perlu sungkan dalam memberinya tugas," ujar Asheera tanpa rasa bersalah.Xi menarik napas lalu mengembuskannya perlahan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02

Bab terbaru

  • Legend of Dark Lotus   21. Bunga Es Kematian

    Xi dan Asheera menunggu dengan cemas di atas. Jarak antara tepi jurang dengan goa di bawah sana tidaklah begitu jauh. Jadi kenapa Kai lama sekali? Apa dia menemui masalah?"Tuan Muda Xi, sebaiknya aku ikut turun ke bawah. Pemuda bodoh itu memang tidak bisa diandalkan!" gerutu Asheera sambil mengambil sulur yang masih menjuntai di tepi jurang."Baiklah, kita juga tidak bisa menunggu terlalu lama. Perasaanku sangat tidak enak dengan badai ini," ujar Xi mengiyakan.Asheera sekali lagi menengok ke bawah untuk memastikan ada atau tidak adanya kode dari Kai. Setelah ia yakin kalau teman seperjalanannya itu tak memberikan jejak apa-apa, ia pun menghela napas, "Ah, benar-benar payah!""Tuan Muda, aku akan ...."Kata-kata Asheera terhenti di tenggorokan. Tepat di belakang Xi, sesuatu yang mirip kuncup bunga muncul dari permukaan es. Benda itu perlahan membesar dan terus membesar.Xi yang menyadari keanehan Asheera ikut menoleh ke belakang. Ia sangat terkejut melihat benda aneh yang menyerupai

  • Legend of Dark Lotus   20. Negeri Yang Diselimuti Es 2

    "Kita akan selamat. Di bawah sana ada tempat berlindung."Wajah Xi terlihat begitu bersemangat ketika mengatakan hal itu. Matanya yang bulat berbinar indah bagai bintang di langit. Wajah seputih giok terlihat kontras dengan bibir plumnya yang merekah. Embusan angin membuat rambut hitamnya berkibar. Sesaat, Tuan Muda Kai hampir lupa untuk bernapas karena pemandangan indah di depannya.Sementara itu Asheera hanya bisa menggelengkan kepala. Kata orang, seindah apapun sesuatu, jika dipandang terus menerus setiap hari pasti akan ada masanya menjadi bosan. Namun nyatanya itu tidak berlaku untuk Xi. Sesering apapun Asheera memandangnya, wajah anak lelaki yang belum dewasa itu tetap saja memesona. Ia tak pernah bosan memandangnya walau dalam wajah cemberut sekalipun. "Mengapa kalian malah melamun?" tegur Xi dengan dahi berkerut."Ah, bukan apa-apa," ujar Asheera membuyarkan lamunanya. "Ngomong-ngomong, bagaimana cara kita ke sana?" tanya Asheera sambil menengok ke bawah jurang sana. Yang dik

  • Legend of Dark Lotus   19. Negeri Yang Diselimuti Es

    Sejauh mata memandang, hamparan es dan salju menutupi seluruh permukaan tanah. Tak ada pepohonan yang hijau apalagi suara nyanyian burung yang riang. Padahal ini sudah memasuki pertegahan musim semi.Xi menggosokkan kedua tangan, lalu meniup-niupinya untuk mengurangi rasa dingin. Benar kata Asheera, tempat ini tidak biasa. Hawa dingin yang dirasakan begitu padat dengan energi negatif. Pantas saja tidak ada orang yang berani memasuki tempat ini."Apa kau baik-baik saja, Tuan Muda?" tanya Asheera merapatkan mantelnya.Xi mengangguk. Uap napasnya mengepul keluar saat ia mengatakan "Ya". Beruntung sebelum memasuki kawasan ini Asheera sudah mempersiapkan beberapa keperluan seperti baju musim dingin dan mantel tebal. Jika tidak, mungkin nasib mereka akan sama dengan nasib pemuda yang bersikeras mengikuti mereka diam-diam tanpa persiapan apapun."Tuan Muda Kai, apa kau yakin akan melanjutkan perjalanan bersama kami? Aku tidak tahu seperti apa medan di depan sana. Dan aku khawatir kau akan ma

  • Legend of Dark Lotus   18. Permintaan Sang Gubernur

    Melihat siapa yang datang, Nona Marry langsung berdiri dan memberi hormat kepada tamunya."Tuan Guo, maaf kalau kami tidak menyambut di depan. Ini ..." Pria paruh baya itu melambaikan tangannya lalu duduk tepat di depan Xi. Dia terllihat sangat tertarik dengan dua orang yang akhir-akhir ini jadi pembicaraan karena berhasil membunuh dua iblis terkuat di Kota Elven.Awalnya Tuan Guo pikir mereka adalah dua orang pemuda tangguh. Namun siapa sangka kalau dua pemburu ini adalah wanita-wanita cantik dengan karakter unik."Maaf kalau kedatanganku mengganggu pembicaraan kalian," ujar Tuan Guo tersenyum sopan."Tidak, tidak, Anda sama sekali tidak mengganggu," kata Asheera melambaikan tangan dengan gugup. "Karena urusan kami sudah selesai, kami akan undur diri. Kalian bisa berdiskusi dengan tenang tanpa gangguan."Saat Asheera mengambil semua uangnya dan ingin menarik tangan Xi, Tuan Guo berdeham dan seluruh jalan keluar pun ditutup oleh penjaga yang mengawalnya."Tuan, apa maksudnya ini?" Xi

  • Legend of Dark Lotus   17. Legenda Pemburu Iblis

    Konon, seribu tahun yang lalu terjadi kekacauan di Benua Erstle. Para Dewa yang seharusnya menjaga dan melindungi benua itu justru berselisih. Mereka saling bertempur untuk menentukan siapa yang paling kuat di antara mereka.Akibat dari pertempuran itu, keseimbangan energi di dunia menjadi kacau. Energi positif yang berfungsi sebagai pelindung terserap habis karena digunakan oleh para dewa. Sementara energi kegelapan terus bertambah akibat residu dari pertempuran para dewa.Yin dan Yang, seharusnya energi itu seimbang agar tidak menimbulkan kekacauan. Namun, energi kegelapan yang semula tersegel akhirnya meledak dan menyebar ke dunia manusia. Akibatnya, setiap makhluk yang tersentuh energi itu akan berubah menjadi iblis dengan kekuatan yang mengerikan. Dewa Kegelapan yang bertugas mengontrol energi mengerikan itu tak dapat berbuat apa-apa. Walau ia memiliki kemampuan untuk memurnikan energi kegelapan, namun sudah terlambat baginya untuk menyerap energi yang sudah tersebar luas.Hingg

  • Legend of Dark Lotus   16. Tutorial Membunuh Iblis

    "Tuan Muda Xi, awas!" Asheera berteriak memperingatkan ketika serigala itu menyerang.Xi yang memang sudah waspada melompat di udara sambil menendang tubuh lawannya. Dengan lincah ia mengayunkan tubuhnya dan menebas tungkai kanan yang disusul tungkai kiri si serigala. Kini si manusia serigala pun berubah menjadi tongkat serigala."Dasar manusia keji! Bunuh aku jika kau berani!" teriak serigala itu putus asa.Xi mengangguk mengerti. Dengan cepat ia menusuk jantung serigala itu sampai menembus ke punggung. Serigala itu kembali melolong. Namun kali ini lolongannya terdengar begitu memilukan sebelum tubuhnya tumbang di atas tanah.Asheera melihat jelas mahakarya Xi, lalu menggeleng. "Tuan Muda, bagaimana bisa kau membunuh iblis dengan memutilasinya?"Xi mengerutkan dahinya lalu balik bertanya, "Apa ada ketentuan khusus untuk membunuh iblis?""Ah, itu ..."Belum sempat Asheera menjawab, ia kembali diserang oleh sisa-sisa manusia serigala yang masih hidup. Mereka terlihat sangat marah karen

  • Legend of Dark Lotus   15. Misi Kedua

    Matahari sudah mulai tenggelam saat Xi dan Asheera tiba di kaki gunung Dafa. Kali ini Asheera memakai baju yang lebih simple, yaitu rok pendek dengan atasan berwarna ungu. Selain itu dia juga mengenakan jubah yang senada dan ikat pinggang berwarna emas. Berbeda dengan Xi, anak itu memakai celana panjang dan tunik berwarna biru gelap dengan keliman perak. Walau itu masih jenis pakaian wanita, namun modelnya tidak terlalu feminin hingga cocok untuk dipakai siapa saja.Untuk mempermudah pergerakan, kali ini Xi juga mengikat rambutnya menjadi ekor kuda dengan pita merah. Di pinggangnya tergantung sebilah pedang dengan ukiran teratai yang terlihat cukup ringan untuk digunakan."Apa benar di sini tempatnya?" tanya Xi saat mereka mulai memasuki kawasan hutan."Benar, misi kali ini tidak terlalu sulit. Kita hanya diminta untuk membunuh sekawanan iblis serigala yang suka menyerang penduduk saat bulan purnama," jawab Asheera tenang.Xi mengangguk puas. Baginya, membunuh sekawanan serigala jauh

  • Legend of Dark Lotus   14. Pedang Kembar

    Sepasang pedang kembar dengan sinar ungu muncul di udara. Asheera tersenyum miring. Sebenarnya ia tak ingin mengeluarkan senjata jiwanya secepat ini, namun keadaan saat ini tidak memungkinkan untuk bertarung dengan tangan kosong.Xi tak terkejut saat Asheera mengeluarkan sepasang pedang yang tak biasa itu. Dalam hati ia sudah memiliki gambaran sekilas kalau Asheera bukan gadis yang sederhana. Walau identitas Asheera tidak jelas, selama gadis itu bersedia membantu dan menemaninya dari krisis ini, Xi rasa untuk yang lainnya itu bukanlah masalah besar.Berbeda dengan Xi, Tuan Muda Kai terlihat sangat kagum dengan sepasang pedang milik Asheera. Seumur hidup, baru kali ini ia melihat seseorang mengeluarkan senjata jiwa secara langsung. Padahal menurut buku pengetahuan yang pernah dibacanya, tak sembarang orang bisa mengeluarkan senjata jiwa. Satu dari seribu, itulah persentase para pengguna sihir yang dapat memanggil senjata jiwa milik mereka."Ka-kalian adalah ...." Madam Shu yang sejak t

  • Legend of Dark Lotus   13. Iblis Kupu-Kupu

    "Oh, bintang utama kita sudah sadar rupanya."Pintu dibuka. Seorang wanita paruh baya masuk membawa sebatang lilin yang menerangi seluruh ruangan. Kini Xi bisa melihat jelas. Jika saat ini tubuhnya diikat di sebuah tiang, maka tubuh Asheera dan dan Tuan Muda Kai digantung terbalik pada tiang penyangga. Ah, pantas saja sejak tadi Xi hanya bisa mendengar suara kedua orang itu tanpa bisa melihat keberadaannya. Ternyata mereka sedang melayang di udara."Madam Shu, senang berjumpa denganmu lagi," ujar Xi sopan sambil menundukkan kepalanya sedikit."Benar-benar anak yang menarik. Di saat semua sandera berteriak dan minta dibebaskan, kau malah masih bisa bersikap sopan," puji Madam Shu sambil menyalakan lampu yang berada di pojok ruangan."Jika aku berteriak dan minta dibebaskan, apa kau akan melakukannya?" tanya Xi retoris.Madam Shu tertawa dan berjalan mendekati Xi. Dia kemudian berjongkok dan menatap Xi lekat-lekat."Kau sangat pintar, setidaknya bocah sepertimu lebih paham situasi darip

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status