Share

Bab 77

Penulis: Gilva Afnida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 21:32:26

Olivia sangat suka dengan pujian. Itu adalah hal yang selalu diingat oleh Fia.

Sorot mata Olivia sedikit berbinar lalu menyeka ujung matanya yang sedikit basah dengan tisu. "Benarkan? Dia sangat bodoh karena telah menyia-nyiakan aku. Apa bagusnya wanita jalang itu?"

Perhatian Fia masih tertuju pada pecahan gelas yang berserakan, namun sebisa mungkin dia harus menanggapi cerita Olivia agar wanita itu lebih tenang.

"Apa wanita yang menggoda pacarmu itu adalah rekan sesama model? Harusnya kau beri saja wanita itu sedikit pelajaran. Seperti yang biasanya kau lakukan."

Bekerja dengan Olivia selama enam bulan telah membuatnya mengerti tentang kejamnya dunia kerja. Untuk menggapai posisi paling atas, orang-orang rela menyingkirkan kawannya sendiri demi mempertahankan posisinya.

Olivia pernah berkata pada Fia saat tak sengaja memergokinya melakukan sesuatu yang keji pada salah satu rekan model, "Kalau bukan aku yang menyingkirkan mereka, pasti aku yang akan disingkirkan."

Olivia sudah lama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 78

    Melihat sorot mata Lily yang bergetar saat menceritakan masa lalunya, Finley tahu kalau dirinya masih tidak begitu mengenal tentang Lily. Banyak hal yang tidak dia ketahui, terutama penderitaan apa saja yang telah dialami Lily sejak dulu.Sebenarnya Finley ingin Lily mau bersikap terus terang padanya, namun wanita itu nampaknya malah terus menjaga jarak dengannya. Dia tahu kalau dirinya begitu serakah. Menginginkan Lily setelah merasa cukup membantu menyelesaikan beban hidupnya. Padahal dulunya dia adalah penyebab utama kesengsaraan yang dialami Lily selama ini.Entah sejak kapan perasaan Finley yang awalnya hanya dilandasi oleh rasa bersalah kini malah bertumbuh menjadi rasa kasih sayang.Finley tak mau mengungkit soal itu lagi. Sekarang dia bertekad menjadi orang egois yang hanya ingin memperjuangkan cinta."Baguslah, apapun yang kau lakukan aku akan mendukungmu. Bagaimanapun kau sendiri yang tahu bagaimana membalas dendam mu di masa lalu."Mendengar itu Lily menundukkan pandangann

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 79

    Finley meletakkan gelasnya dan menatap Vina dengan datar. "Ikut saja, acara itu telah bekerja sama dengan perusahaan ku.""Benarkah?" Mata Vina berbinar-binar kemudian menyadari sesuatu. "Apa karena itu kau datang kesini?"Finley menjawab dengan nada acuh tak acuh. "Ya, tapi bukan hanya itu tujuanku satu-satunya." Tatapannya yang sendu masih mengarah ke arah Lily.Vina tersenyum tipis, mengerti maksud dari ucapan Finley. Dia sudah hendak membuka mulutnya untuk menggoda Finley namun suara teriakan yang kencang terdengar dari dalam rumah yang membuat perhatian semua orang teralihkan."Arsan tenanglah!" Suara Inda juga terdengar dari dalam kamar.Mendengar keributan di dalam, Lily segera beranjak dari kursi dan segera masuk ke dalam.Finley dan Vina juga turut ikut masuk.Di dalam kamar, Arsan sudah mengetukkan kepalanya di tembok dan Inda berusaha memegangi keningnya agar tidak terluka.Melihat adegan yang tak biasa itu, membuat Finley teringat dengan masa lalunya yang menyedihkan. Kepa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 80

    Untungnya Ivan yang memiliki badan besar dan kuat itu bisa membantu mengatasi keadaan yang kacau di rumah Lily. Arsan sudah dibantu ditenangkan oleh Ivan dengan menahan badan Arsan. Setelah dirasa Arsan kehilangan banyak tenaga dan tidak melawa, Lily segera memberi obat penenang agar tenang dan terlelap dengan cepat.Keadaan Arsan sudah cukup membaik, jadi Ivan segera membawa Finley yang masih dengan keadaan sama seperti saat dia belum datang. Ivan berkata akan membawa Finley pulang ke ibu kota.Apartemen milik Finley berada di ibu kota yang jarak tempuhnya dua jam dari rumah Lily sekarang. Lily sempat memberikan beberapa makanan berat untuk Ivan sebagai ucapan terima kasih namun segera ditolak olehnya dengan sopan."Sudah sepantasnya saya membantu, Nona. Tidak usah merasa sungkan karena niat saya benar-benar hanya ingin membantu." Ucapan Ivan membuat Lily terharu karena masih ada orang baik yang dikirimkan oleh Yang Maha Kuasa padanya disaat keadaan benar-benar genting.Setelah Iva

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 81

    Satu jam setelahnya. Lily dan Inda sudah berada di rumah sakit untuk memeriksakan Arsan. Dia ingin konsultasi dengan dokter perihal perilaku Arsan yang tiba-tiba tidak terkendali lagi.Kebetulan dokter spesialis anak belum datang, jadi mereka harus menunggu selama beberapa saat sampai dokter tersebut datang.Awalnya, dalam poli tersebut hanya ada rombongannya. Namun lambat laun rombongan pasien lain mulai berdatangan. Arsan nampak mulai gelisah saat melihat banyak orang yang berada di sekitarnya.Lily menyadari itu, jadi dia memegang tangan Arsan agar sedikit tenang. Dalam hatinya dia Takut kalau Arsan akan tak terkendali seperti saat di rumah tadi pagi. Namun dia segera tersadar kalau dia sedang berada di rumah sakit. Kalaupun Arsan menjadi tak terkendali lagi, akan ada banyak petugas medis yang bisa membantunya menangani Arsan.Karena Arsan semakin terlihat gelisah, jadi Lily berinisiatif untuk bertanya pada perawat kapan dokter akan datang.Saat masih bertanya, Inda mendatanginya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 82

    "Tuan, Nona Lily ingin bertemu. Apa sebaiknya saya suruh masuk saja?" Hana berdiri di depan ranjang Finley, menjaga jarak dari Finley yang berdiri di balkon kamar. Finley nampak tengah menikmati semilir angin pagi yang begitu dingin. "Suruh dia pulang." Sosoknya yang memunggungi Hana, membuat Hana tak dapat melihat bagaimana ekspresi yang ditampakkannya saat ini.Dengan raut wajah kecewa, Hana menjawab, "Baiklah, akan saya sampaikan." Lalu Hana berbalik badan dan keluar kamar.Helaan napas panjang keluar setelah mendengar suara pintu kamar yang tertutup. Finley menundukkan kepalanya--menatap ke arah bawah. Di sana ada mobil milik Lily yang terparkir rapi. Tak lama dari itu, terlihat Lily berjalan keluar dari rumahnya dan masuk ke dalam mobil.Pandangan Finley mengikuti kemana arah mobil itu pergi lalu menghilang dari pandangan. Kejadian beberapa hari yang lalu membuat kenangan pahit yang selama ini dia pendam kembali terbuka lebar. Finley baru menyadari betapa lemahnya dia.Dia kir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 83

    Usai pulang dari rumah Finley, Vina mengajak Lily ke studio desain yang sengaja dia sewa untuk Lily. Nantinya, dia akan menyuruh Lily membuat desain di situ untuk proyek fashion show mereka."Bagaimana? Kalau ada hal-hal yang tidak kamu suka, aku bisa merenovasinya lagi." Lily menatap ke sekeliling studio yang sudah disewa oleh Vina. "Ini sudah bagus, aku tidak terlalu mempedulikan soal desain ruangan. Yang terpenting semua peralatan sudah tersedia.""Tentu saja, aku sudah menyiapkan semuanya untukmu." Vina mendekatkan diri ke arah Lily. "Aku sangat berharap kalau fashion show ini nanti akan berlangsung dengan baik. Elvi harus mendapat tempat dulu di hati masyarakat, baru aku berani meluncurkan produk di sini."Vina sudah menceritakan soal papanya yang ingin kerja sama untuk membuat Vina bisa melaunchingkan produk-produk Elvi di sini. Tentu saja Lily menyetujuinya. Dia sudah lama berada di Paris. Soal urusan sekolah desain sudah selesai dan sudah lama putus kontrak dengan Larissa B

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 84

    "Papa?"Max berdiri terpaku menatap seorang gadis kecil yang memiliki rambut panjang dan mata bulat yang indah sedang berlari menghampirinya.Tangan gadis kecil itu segera menarik tangan Max setelah sampai. "Papa baru pulang?" tanyanya dengan kepala sedikit dimiringkan. Cara bicaranya yang belum begitu jelas menjadikan kesan imut pada gadis kecil itu.Karena tak tahu bagaimana menghadapi anak kecil, Max langsung menarik tangannya hingga terlepas dari tangan gadis kecil itu. "Aku bukan papamu."Wajah Max yang galak membuat sorot mata gadis kecil itu menjadi layu.Max merasa sedikit bersalah tapi dia tidak mengenal siapa gadis kecil yang tiba-tiba memanggilnya papa itu."Elena?" Suara Serena terdengar dari ambang pintu. Max menolehkan kepalanya dengan cepat. Wanita itu sudah nampak cantik dan rapi mengenakan setelan blus dan celana panjang berwarna pastel. "Pasti kau mengira Om itu papa kan?" tanyanya sambil berjalan mendekati gadis kecil yang dipanggil Elena.Elena menganggukkan kepal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 85

    Max dan Serena serempak mengarahkan pandangan ke arah yang ditunjuk oleh Elena.Degup jantung Serena berdebar lebih kencang begitu mengetahui jika itu adalah Ernes. Pria itu nampak tampan dan juga santai dengan setelan kemeja lengan panjang motif bergaris yang lengannya digulung ke atas sampai siku serta celana panjang berwarna hitam.Elena sudah meronta-ronta untuk dilepas oleh si pengasuh. "Nona Elena!" teriak si pengasuh kalut melihat Elena yang langsung berlari setelah terlepas dari pengasuh.Mendengar teriakan itu, Serena segera tersadar namun Elena sudah masuk dalam kerumunan orang-orang. "Elena!" pekiknya.Max juga sempat melihat Elena yang masuk ke dalam kerumunan. "Sial!" umpatnya. Setelah itu dia langsung pergi mencari Elena di tengah orang-orang yang berdesakan."Kalian di sini saja jaga Alina, aku akan pergi mencari Elena," titahnya pada dua pengasuh. Setelah para pengasuh menganggukkan kepalanya, Serena segera bergegas untuk masuk berdesakan di antara para kerumunan.Beb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 167

    Atas instruksi sang sopir, Lily berhasil mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang paling dekat. Sang sopir langsung ditangani oleh dokter dan dijadwalkan operasi untuk mengambil sisa peluru yang masuk ke dalam kaki.Sesaat kemudian, Lily dijemput oleh Kenneth dan beberapa pengawal. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Kenneth sambil meneliti tubuh Lily dengan seksama. "Tidak ada yang terluka, Kan?"Lily menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, Pa. Hanya Pak sopir yang terluka di bagian kaki karena terkena tembakan."Helaan napas berat keluar dari mulut Kenneth. "Syukurlah. Dia sudah menjalankan tugasnya dengan baik."Mendengar itu, Lily menatap Kenneth dengan air muka serius. "Pa, sebenarnya apa yang terjadi?""Masuk dulu ke dalam mobil. Akan Papa ceritakan semuanya di dalam nanti," jawab Kenneth.Mereka pun masuk ke dalam mobil. Saat beberapa meter mobil sudah berjalan, Lily mendesak Kenneth untuk berbicara."Begini, Lily. Sebenarnya dari dulu Papa sudah mengetahui ada sesuatu yang

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 166

    Di tengah perjalanan pulang, Lily masih memikirkan soal ucapan Inda. Sengaja dia pulang tanpa berpamitan dengan Max karena ingin menghindar dulu. Untuk saat ini, Lily sendiri tidak tahu apakah bisa menahan diri jika bertemu dengan Max lagi. Pesona yang dipancarkannya sekarang sangat berbeda dengan dulu.Kalau dulu Max nampak dingin, tak tersentuh dan juga kaku. Kalau sekarang, Max terlihat lebih hangat dan juga terang-terangan terus menggoda Lily. Bagi Lily itu tentu saja bahaya. Mereka adalah pasangan mantan suami-istri, bukan suami-istri yang saling mencintai.Ponselnya yang sudah dia charge sebelumnya terus berdering. Lily melihat layar ponsel sejenak lalu mengabaikan dering tersebut.Panggilan telepon itu datang dari Max. Lily ingin menghindarinya sejenak sampai dia sudah siap.Beberapa saat kemudian, ponselnya kembali berdenting singkat. Sebuah pesan dari Vina masuk.[Aku tahu kamu sibuk, tapi bisakah kamu datang ke rumah untuk menemaniku? Aku sangat sedang butuh seseorang seka

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 165

    Lamunan Lily buyar saat Max menurunkan Lily di depan bath tub. Selimut langsung terlepas karena Lily tidak memeganginya. Otomatis, Lily memegangi tubuhnya dengan kedua tangan.Max kembali tertawa lalu meraih dagu Lily dengan lembut."Ngapain ditutupin? Aku udah melihat semuanya, Lily. Sekujur tubuhmu itu rasanya... sangat manis."Ucapan Max terdengar sangat lembut dan mesra. Apalagi sorot matanya yang nampak berkabut dan penuh gairah, membuat Lily membayangkan lagi adegan saat mereka bermesraan di atas ranjang. Seharusnya Lily segera menjauh karena tidak ingin terlena lagi oleh bualan manis dari mantan suaminya itu. Tapi apa daya, Lily ingin sekali lagi merasakan kehangatan yang ditawarkan oleh Max.Alhasil, saat bibir Max mendarat di bibirnya, Lily langsung membalas dan terjadi pergulatan lagi di dalam kamar mandi.Entah mereka melakukannya yang ke-berapa kali, yang jelas perlakuan Max membuat Lily menjadi candu.Inikah yang dinamakan gairah? Membuat candu dan begitu dahsyatnya hin

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 164

    Pagi menjelang. Matahari masih nampak malu-malu untuk keluar, angin dingin berhembus kencang yang membuat Inda merapatkan jaketnya untuk menutupi tubuhnya yang menggigil kedinginan.Semalam hujan terus turun yang membuat jalanan masih basah, membuat Inda yang baru pulang dari kampung halaman berjalan perlahan memasuki rumah agar tidak terpeleset.Keningnya mengernyit saat melihat ada dua mobil yang terparkir rapi di depan rumah. Seingatnya, hanya Max yang seharusnya datang ke rumah untuk menemani Arsan. "Yang satu mobil milik Tuan Max dan yang satunya lagi milik siapa?" Inda bertanya dalam gumaman.Mengabaikan hal itu, Inda segera masuk agar mengetahui siapa yang datang ke rumah selain Max.Begitu masuk, Inda terkejut melihat ada seorang pria yang tertidur di atas sofa. Dari seragamnya, Inda yakin kalau dia hanyalah seorang sopir.Firasatnya menjadi tidak baik. Tempat pertama yang dia tuju adalah kamar Arsan. Inda selalu khawatir pada Arsan karena telah meninggalkannya selama sehari

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 163

    Sekujur tubuh Lily meremang. Otaknya membeku saat Lily dapat merasakan bibir Max yang kenyal, basah dan juga dingin, menempel erat di bibirnya yang hangat.Detik selanjutnya, Lily langsung tersadar. Dia segera melepaskan diri lalu memukul bahu Max dengan keras."Apa-apaan kamu, Max?"Namun Max malah menyengir kuda. "Pipimu merah padahal itu baru permulaan." Lily memegang pipinya yang memang terasa panas. "Apa maksudmu pipiku tidak-"Belum sempat Lily meneruskan ucapannya, Max sudah membungkam mulut Lily lagi dengan bibirnya. Kedua mata Lily membulat. Dia memberontak sekuat tenaga, tapi tenaga Max begitu kuat. Tangan kiri memegang leher Lily sedang tangan kanannya meraih pinggang Lily dengan kuat.Lily berusaha memukul dada Max agar ciumannya terlepas, tapi malah ciuman Max semakin dalam. Dia ingin protes, tapi bibirnya yang terbuka malah membuat Max semakin mudah melancarkan pagutannya.Pagutan Max terasa begitu lembut di bibir bawahnya, diiringi dengan pagutan yang lain di bibir a

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 162

    "Tapi tadi dia nyariin kamu, Max. Bukan nyari seekor anak anjing," kata Lily. "Kecuali kalau anak anjing itu panggilannya juga sama denganmu."Alih-alih tersinggung, Max malah tertawa. "Mungkin Arsan ke sana karena berharap aku akan datang untuk menemuinya di sana. Aku cukup sering datang ke warung itu."Meskipun Lily sangat terkejut mendengar perkataan Max soal dia yang sering datang ke warung itu, Lily memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut. Baginya urusan Max tidak lagi menjadi urusannya.Lalu pandangan Lily jatuh ke arah baju Max yang tepiannya basah. "Bajumu basah. Apa kau bawa baju ganti?""Tidak.""Kalau gitu pakai handuk yang ada di kamar mandi dulu, nanti aku buatkan baju baru untukmu.""Kau akan buatkan baju untukku?""Ya. Kenapa? Di sini gak ada baju pria yang ukurannya pas buat kamu, kecuali kalau kamu mau pakai baju wanita. Gimana? Kamu mau?""Enggak," jawab Max menggeleng cepat. "Aku hanya takut kalau merepotkanmu."Wajah Max yang terlihat takut membuat Lily menahan t

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 161

    "Adik, Nona?" Kedua alis si sopir saling menyatu. "Kayaknya gak ada siapapun yang keluar lewat sini, Nona. Dari tadi saya duduk di kursi teras ini kok."Pikiran Lily langsung kacau. Arsan bukanlah anak yang suka keluar dan bertemu dengan orang. Kalau sampai Arsan panik dan tantrum di jalan, itu bisa membahayakan dirinya sendiri. Apalagi jalanan sangat ramai oleh kendaraan pribadi.Lily memutuskan untuk mengecek seluruh isi rumah sekali lagi. Setelahnya dia baru sadar kalau Arsan keluar melalui pintu belakang, tepatnya yang menjadi penghubung antara teras belakang dengan dapur. "Kemana kamu, Arsan?" gumam Lily penuh khawatir.Karena Lily tidak tahu harus mencari dimana, Lily mengajak sang sopir untuk mencari Arsan dengan mobil. "Mau dicari kemana, Nona?" tanya si sopir."Kemana aja, Pak. Asal adik saya bisa ketemu.""Tapi, Non. Kata Nyonya Wina, Anda harus segera pulang. Kalau saya gak bisa nganterin Nona pulang tepat waktu, bisa-bisa saya yang akan kena omel nantinya.""Gak usah kha

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 160

    Lily tersentak dan menjadi canggung. "Mmm... baru saja," jawabnya sambil menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Seketika dia tersadar atas apa yang dilakukannya. Dia pun kembali meluruskan anak rambutnya.Max tersenyum lebar. Rasanya dia sudah lama tidak melihat Lily. Wajahnya nampak lebih segar dan pipinya semakin bulat. Jika dia pikir-pikir, keadaan Lily jauh berbeda dibanding saat menikah dengannya dulu."Mau ketemu dengan Arsan? Kebetulan aku mau pulang karena ada urusan, jadi aku bisa menitipkannya padamu sebentar," ucap Max."Memangnya Inda kemana? Kenapa dia menitipkannya padamu?""Tadi pagi dia ditelepon kalau ada saudaranya yang meninggal. Jadi dia harus pulang selama sehari semalam. Mungkin besok pagi dia baru pulang."Kening Lily mengerut dalam. "Kok dia gak ngabarin aku? Malah ngasih tahu kamu?"Max mengangkat kedua bahunya. "Entah. Mungkin karena kamu sulit untuk dihubungi? Ini bukan pertama kalinya kok. Dia juga pernah menitipkan Arsan padaku selama dua hari.""Dua

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 159

    Di tengah keramaian kafe, Lily melihat Vina yang duduk di salah satu kursi sendirian di antara banyaknya pengunjung. Dia sudah menghubungi Vina untuk bertemu di kafe saja.Mata Lily berkilat senang, pasalnya sudah lama dia tidak bertemu dengan sahabatnya itu. Tangannya segera terangkat untuk melambai dan memanggil namanya. Sahabatnya itu segera menoleh dan senyuman lebar langsung merekah di wajahnya."Lily!" teriaknya sambil berdiri menyambut kedatangan Lily.Mereka berdua pun saling berpelukan erat."Bagaimana kabarmu?" tanya Vina begitu pelukan mereka sudah terlepas."Aku baik. Bahkan lebih baik."Vina bernapas lega, ada perasaan senang melihat wajah Lily yang nampak lebih cantik dan segar. "Syukurlah... apa Tuan Kenneth dan Nyonya Wina memperlakukanmu dengan baik?""Tentu saja. Mereka orang tua kandungku, tidak mungkin mereka menyia-nyiakan anak yang telah lama mereka kira sudah meninggal." Lily meneliti wajah Vina yang nampak kusam dan juga letih. "Lalu bagaimana denganmu? Kuden

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status