Share

Bab 103

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2025-01-25 22:53:42

"Hei, siapa yang kau sebut busuk, hah?" teriak Vina tak terima. "Justru yang busuk itu temanmu! Dia lah yang mencuri karya desain milik Lily."

Dengan cepat Lily menarik lengan Vina dan menenangkannya. "Sudahlah, Vina. Jangan sampai ikut terpengaruh."

"Kau tidak ingin membela diri? Dia sudah menjelek-jelekkanmu, Lily."

Selain Vina, beberapa timnya yang mendengar keributan juga mulai keluar dan menunjuk wajah Olivia dengan berani.

"Iya, justru kalianlah yang menjiplak karya milik Nona Lily. Kalau bukan karena Nona Lily berbakat, kami pasti sudah dianggap plagiat. Padahal kalian lah yang mencuri karya desain milik Nona Lily secara diam-diam."

Para tamu mulai gaduh karena saling berspekulasi.

Seorang MC yang masih berada di situ pun nampak bingung dan berinisiatif menengahi permasalahan.

"Mohon untuk tetap tenang. Acara ini bukan untuk ajang menjadi yang terbaik, jadi lebih baik tidak saling menyerang."

Olivia ingin kembali bersuara untuk membuat para tamu terpengaruh ucapannya, namun ti
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 104

    Kenapa ibu diam saja?" tanya Finley dengan marah. Sungguh dirinya tak tahu kalau sang ibu pernah di marahi oleh Olivia bahkan dimaki olehnya. Ibunya tidak memiliki permasalahan apapun, hanya tak sengaja menumpahkan minuman dan mengenai bajunya. Segitu sombongnya kah? Jika tahu begitu, Finley sudah akan membuat perhitungan dengannya lebih awal. "Terus memang harus apa? Aku tak ingin membesarkan masalah. Sangat merugikan untuk mengurusi hal-hal sepele dan orang yang tidak berguna sepertinya." Itu memang tipikal Donna Alberta. Wanita yang selalu menunjukkan kasih sayang dan kelembutan memang jarang memiliki sifat pendendam.Namun bukan berarti dia hanya akan diam jika seseorang yang berada di sekitarnya menjadi target kejahatan. "Tapi Lily, khusus untukmu, kamu tidak boleh diam saja. Aku tak sudi wanita itu tadi mengataimu semena-mena." Donna menatap ke arah Lily dengan menyipitkan matanya. "Kau harus membuktikan kalau dirimu tidak bersalah."Sejujurnya Lily pun tidak berniat untuk

    Last Updated : 2025-01-26
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 105

    Olivia memegangi pipinya yang terasa panas dan berdenyut sakit. Dia membalas tatapan tajam Ernes dengan mata merah dan berkaca-kaca."Ernes, kau tahu apa yang kau lakukan barusan?" tanyanya dengan nada mengancam."Apa? Kenapa memangnya? Kau ingin mengancamku?" tanya Ernes menantang.Setelah itu dia mendekatkan wajahnya hingga dia dapat melihat dengan jelas kedua pupil mata Olivia yang sangat dia benci."Dengarkan aku baik-baik Olivia... aku sudah menantikan hari ini sejak lama. Aku sudah menemukan pendonor darah yang cocok untuk Alina."Kedua pupil mata Olivia melebar dan mulutnya terbuka setengah. Namun sedetik kemudian dia tertawa yang membuat Ernes mengerutkan keningnya."Ernes, kau hanya ingin mengancamku, bukan? Setahuku golongan darah Ab- itu sangatlah langka. Kau harusnya bersyukur karena aku sukarela mendonorkan darahku pada Alina disaat dia butuh."Sudut bibir Ernes berkedut. "Sukarela katamu? Aku telah membayar darahmu dengan perceraian dan perpisahan dengan keluarga yang ak

    Last Updated : 2025-01-26
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 106

    Di kediaman Kenneth.Wina dan Kenneth sedang berkumpul di meja makan dalam keheningan. Di depan meja bulat kayu itu, hanya ada mereka berdua dengan diiringi suara sendok garpu yang berdenting dengan piring. Para pelayan yang berjejer di belakang hanya berani menundukkan kepalanya sambil menutup mulut rapat-rapat.Makan malam selesai dengan cepat, Kenneth sudah hampir hendak beranjak dari kursinya namun Wina menahannya."Kamu mau kemana?" tanyanya dengan suara lembut."Seperti biasa, membaca laporan kerja di ruang kerja. Ada apa memangnya?"Wina sedikit ragu untuk mengatakannya. "Itu... kemarin aku mengunjungi fashion week dan bertemu dengan Lily Orlantha."Mendengar nama Lily disebut, raut wajah Kenneth berubah menjadi serius. Sudah lama sekali semenjak mereka bertemu dengan Lily. Kenneth kembali terduduk di atas kursi dan menatap istrinya."Bukankah dia sedang menjalani pendidikan fashion design di Paris?"Diam-diam Kenneth memang mencari tahu s

    Last Updated : 2025-01-28
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 107

    Sembari berjalan membuntuti Rosa, Lily memberanikan diri untuk bertanya padanya, "Nona Rosa, bisakah kau memberitahuku kenapa Nyonya Wina menyuruhku datang?"Rosa masih berjalan tegap di samping Lily saat menjawab, "Saya juga tidak tahu, tapi yang pasti Nona akan segera tahu setelah bertemu dengan Nyonya Wina."Lily menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil menggerutu dalam hatinya. 'Kalau itu sih aku juga tahu. Sia-sia aku bertanya.'Mengabaikan Rosa, Lily mengamati suasana rumah milik Kenneth. Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali dia kesini.Semua perabotan masih sama bahkan tata letaknya pun tidak banyak yang berubah. Beberapa pelayan terlihat sibuk. mereka berjalan kesana kemari melakukan tugas mereka masing-masing.Sejenak, Lily merasa dirinya seperti berada di mansion milik Max. Perasaannya sedikit tercubit, menjadikan wajahnya menjadi muram.Lily berjalan dengan kepala menunduk. Pandangannya hanya ada lantai lalu tanpa sadar dia sudah ber

    Last Updated : 2025-01-28
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 108

    "Te-terima kasih, Nyonya." Lily kembali meminum teh hangat di depannya. Sikap Wina terasa aneh malam ini. Wina tersenyum hangat melihat tingkah laku Lily yang canggung. Tatapannya kembali mengarah pada kalung yang dikenakan Lily."Kalungmu bagus. Kau membelinya dimana?" Sengaja Wina bertanya seolah tidak tahu apa-apa, agar Lily mau bercerita terus terang.Lily memegang liontin kalung dengan perasaan sendu. "Saya tidak membelinya, ayah saya yang memberikannya untuk saya sebagai hadiah ulang tahun ke-tujuh belas.""Kau pasti sangat sayang dengan ayahmu."Lily melirik Wina sebentar lalu kembali mengalihkan pandangan. Apa ini yang ingin ditanyakan oleh Nyonya Wina? Untuk mengetahui soal ayahnya?"Ya. Ayah saya selalu memperlakukan saya dengan baik. Makanya saya tidak menyangka kalau ayah saya pernah berbuat jahat pada putri Anda." Lily menundukkan kepala sambil meremas ujung gaun yang dikenakannya."Sekali lagi saya meminta maaf atas kesalahan ayah saya

    Last Updated : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 109

    Setengah jam kemudian. Setelah berbasa-basi sejenak, Lily pamit undur diri dengan alasan ada pekerjaan lain yang menantinya di rumah.Wina pun tidak memaksa lalu mengantar Lily keluar dari rumahnya dan memastikan Lily sudah memasuki mobil dengan aman. Tak lama dari itu, dia memanggil Rosa."Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?""Suruh orang untuk memantau Lily. Pastikan dia selamat sampai di rumahnya nanti."Meskipun Rosa kebingungan dengan sikap Wina, Rosa tidak berani bertanya lebih lanjut. "Baik, Nyonya."Setelah kepergian Rosa, Wina pun segera beranjak ke ruang kerja--tempat Kenneth berada.Ruang kerja milik Kenneth berada di pojok. Wina langsung membuka pintu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Hal itu membuat Kenneth menatapnya dengan tatapan tajam."Sayang, kenapa tidak mengetuk pintu? Itu tidak sopan." Kenneth memang kaku dalam beberapa hal. Tapi Wina tidak mempermasalahkan karena dia sedang tergesa-gesa."Maafkan aku, tapi

    Last Updated : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 110

    Soal permasalahan pelanggan di butik sudah terkondisikan. Saat malam sudah menyapa dan butik sudah mulai sepi, Lily mulai membuka ponsel untuk membuka pesan-pesan masuk yang belum sempat dia baca.Beberapa diantaranya ada pesan dari Vina dan Finley yang menanyakan soal keadaan butik.Selain itu ada pesan dari Donna yang menyuruhnya untuk makan siang. Perasaan Lily menjadi hangat. Donna sudah berlaku bagaikan seorang ibu baginya.Setelah mengetik balasan untuk Donna, Lily menggulir layarnya lagi dan mendapati pesan dari Max yang muncul.Tangan Lily terhenti sejenak. Dia merasa asing saat mendapatkan pesan dari Max yang mana dulunya dia sangat tidak dipedulikan.Kini, entah mengapa Max hampir mengiriminya pesan setiap hari.Mula-mula di menanyakan soal kabar Arsan, tapi lambat laun dia akan menanyakan soal kabar Lily dan menyuruhnya untuk jangan lupa istirahat.Bukannya senang, Lily malah merasa aneh. Dia tidak terbiasa mendapat perlakuan Max yang hangat.

    Last Updated : 2025-01-29
  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 111

    Serena merasa ucapan Lily kemarin benar. Ada baiknya dia menanyakan pada Ernes langsung soal kebenaran dari Olivia yang hamil.Selain itu, Serena juga segera ingin tahu soal kelanjutan hubungannya dengan Ernes. Jika memang itu adalah anak Ernes, maka lebih baik bagi Serena untuk mundur.Toh selama dua tahun belakangan dia berhasil hidup tanpa kehadiran Ernes. Jadi jika selanjutnya dia akan begitu lagi, tentu tidak akan terlalu sulit.Saat ini Serena sudah berada di dalam gedung perusahaan milik Ernes. Resepsionis yang melihat Serena sedang berjalan ke arahnya pun segera tersenyum. Dia kenal baik dengan Serena karena bertahun-tahun sudah menjadi istri Ernes.Selain itu, posisi keluarga Serena sebagai salah satu pemilik saham juga sangat dihormati kehadirannya disitu."Nyonya Serena," panggil sang resepsionis ramah.Serena melambaikan tangannya. "Aku sudah bukan seorang Nyonya lagi."Resepsionis yang bernama Dewi itu menutup mulutnya terkejut. "Maafkan

    Last Updated : 2025-01-29

Latest chapter

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 157

    Di tengah terpaan angin sepoi malam yang dingin. Vina memegang erat cangkir mug yang berisi susu cokelat hangat.Vina sendiri merasa heran, sejak kapan dirinya jadi menyukai segelas susu rasa cokelat sedang dulunya dia lebih menyukai kopi susu yang diberi es batu di dalamnya.Mungkin sejak dirinya diberitahu dokter untuk tidak mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol dan kafein. Vina jadi lebih memperhatikan minuman yang akan dia minum.Sebuah senyuman tipis terbit di wajahnya yang manis sambil mengelus perutnya yang masih rata."Meskipun nanti kau lahir dari keluarga yang tidak lengkap, tapi aku pastikan kasih sayang untukmu tidak akan pernah kurang," ucapnya pada janinnya yang berada di dalam rahim.Vina belum bisa menerima kehamilannya, sampai seminggu yang lalu dia memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan dan melihat janin kecil yang tumbuh dengan menakjubkan.Suara detak jantung janin yang teratur dan pernyataan dokter kalau janinnya berkembang sehat dan baik membuat pe

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 156

    "Apa? Hamil?" Lily hampir berteriak jika tidak mengingat kalau dirinya ada di sebuah acara penting."Finley, kau becanda kan?" bisik Lily takut ada seseorang yang mendengar.Helaan napas keluar dari mulut Finley. "Aku tahu ini terdengar seperti lelucon. Tapi aku berkata jujur, kami tak sengaja melakukan..."Finley ikut memelankan suaranya. "...hubungan intim saat kami mabuk."Lily tidak tahu lagi apa yang harus dia katakan karena saat ini dia benar-benar terkejut.Vina dan Finley? Berhubungan intim? Terdengar tidak masuk akal."Aku tahu kamu pasti kaget, tapi ini benar adanya. Aku hanya khawatir padanya karena beberapa hari ini dia tidak bisa dihubungi. Dia bahkan bersembunyi, seolah tidak mau diajak bertemu." Raut wajah Finley nampak muram membuat Lily sedikit merasa kasihan.Keheningan terjadi sesaat."Kamu datang ke acara ini berharap aku bisa memberi informasi soal Vina?" tanya Lily yang dijawab Finley dengan anggukan kepala."Sayangnya aku sudah lama tidak menghubunginya," ujar L

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 155

    "Lily?"Suara dari arah belakang yang memanggil membuat Lily menoleh. Kedua matanya terbelalak lebar mendapati Finley berjalan perlahan ke arahnya."Finley?" serunya yang membuat orang-orang disekitarnya terheran-heran."Ah, Tuan Finley. Kau sudah bersedia datang ke acaraku. Sungguh suatu kehormatan untukku." Arneth dan Samantha mendekati Finley yang membuatnya menghentikan langkah.Finley menoleh ke arah mereka berdua dan berkata, "Oh, Nyonya Arneth? Kau sudah sembuh? Ku dengar kau sehabis mengalami cidera di pergelangan tangan setelah bermain golf."Arneth tersenyum senang mendengar Finley sedikit perhatian padanya. "Benar, tapi sudah sembuh berkat putri saya yang telaten mengurus."Beberapa keponakan Kenneth memutar kedua bola matanya malas. Semua orang yang melihat pasti bisa menduga kalau Arneth sedang mempromosikan putrinya di depan Finley."Apa Tuan sedang mencari sesuatu?" tanya Samantha dengan memegang lengan Finley. Berada dekat dengan Finley adalah suatu kebanggan. Ketampan

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 154

    "Dia adalah putriku, Laura Owen," jelas Kenneth sambil memperhatikan reaksi dari anggota keluarga besarnya.Beberapa dari mereka nampak terkejut hingga tidak bersuara tapi ada juga yang tertawa sinis seperti Samantha."Paman Kenneth, apa karena saking putus asa nya Paman sampai menganggap wanita murahan itu sebagai Laura?" Kenneth menatap tajam ke arah Samantha yang lagi-lagi bermulut tajam."Jangan marah dulu, Paman. Itu karena ucapan Paman terdengar mengada-ada." Ucapan Samantha dibenarkan oleh anggota keluarga yang lain."Samantha benar, Ken. Ucapanmu terdengar mengada-ada. Mana mungkin Laura yang dulunya sudah dinyatakan meninggal malah tiba-tiba muncul sebagai wanita yang sehat? Aku yakin dia pasti sudah menipumu!"Wina nampak panik, tetapi tidak dengan Lily. Dia yakin kalau Kenneth telah menyiapkan semuanya untuk menjelaskan kebenaran pada anggota keluarganya sendiri."Usir dia sekarang, Ken! Aku tidak sudi kalau dia mengotori hariku yang bahagia!" seru Arneth memojokkan Wina,

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 153

    Sama seperti dirinya, Wina mengenakan gaun buatan Lily yang nampak mewah.Gaun panjang berwarna hijau emerald yang sudah lama Lily buat akhirnya dia pakai sekarang. Warna gaun itu menjadikan kulit Wina nampak lebih putih dan bersih. Meski gaun tersebut memiliki potongan yang sederhana, tetapi hiasan berupa berlian putih dua karat yang berada di sekeliling gaun menjadikannya nampak mewah dan istimewa.Lily menatap bangga pada hasil buatannya sendiri. Terlebih aura old money yang terpancar dari tubuh Wina menjadikan gaun itu melekat sempurna ditubuhnya."Mama juga nampak luar biasa," ujar Lily tersenyum bangga."Berkat karyamu yang sangat luar biasa, Sayang."Wina juga merasa begitu bangga mengenakan gaun buatan putrinya sendiri. Apalagi saat bercermin, Wina seperti merasa tidak mengenali diri sendiri.Bahkan perias yang memoles wajahnya tadi sempat terkejut dan menatapnya kagum dengan gaun yang nampak mewah."Anda terlihat sepuluh tahun lebih muda, Nyonya," puji si perias tadi tanpa di

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 152

    "Nona, lihat apa?" Suara Grace memecah lamunan Lily.Helaan napas lega keluar dari mulut Lily saat melihat ke arah jalanan. Sudah tak lagi terlihat mobil milik Max yang baru saja meninggalkan rumahnya lewat jalan yang berlawanan arah dari Grace barusan.Tadinya Lily sudah hendak menyuruh Max pergi karena takut Grace melihat, tapi untungnya Max pergi sebelum Lily mengusirnya setelah menerima telepon yang Lily sendiri tidak tahu itu dari siapa.Wajah Max nampak khawatir dan juga marah saat menerima telepon tadi."Nona tidak apa-apa?" Grace kembali bertanya karena tak kunjung mendapat jawaban dari Lily.Lily menggeleng lemah. "Tidak apa-apa, aku hanya mengkhawatirkan mu tadi karena kamu tidak kunjung datang.""Maaf, Nona. Tadi jalanan cukup padat dan sempat macet." Grace menyeka keningnya yang sedikit berkeringat sambil menghela napas terlihat lelah. "Aku bahkan hampir pingsan karena cuaca yang cukup terik di luar," lanjutnya dengan mengeluh.Bibir Lily mengulas senyuman tipis dan menat

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 151

    Max mendongak. Matanya tak sengaja melihat ke arah belakang Arsan--tepatnya yang berdiri di depan pintu.Max berdiri perlahan dan tertegun melihat kedatangan Lily yang secara tiba-tiba.Lily yang ditatap lama seperti itu menjadi salah tingkah hingga dia tak tahu harus menatap ke arah mana.Inda yang seolah paham pun berjalan mundur ke arah dapur. Dia ingin membiarkan ruang untuk kedua mantan majikannya itu bertemu.Berjalan perlahan, tatapan Max tak beralih dari Lily. Degupnya tiba-tiba berdebar lebih kencang. Tubuh Lily nampak lebih kurus dari terakhir kali bertemu.Untungnya luka-luka yang dulu pernah Max lihat sudah memudar, hanya menyisakan kulit putih yang bersih dan sehat.Tepat berada di depan Lily, Max bersuara, "Hai, apa kabar?" Lily sedikit terkejut, lalu menyelipkan anak rambut yang jatuh ke belakang telinganya. Entah mengapa dia begitu canggung berhadapan dengan Max. Rasa kecewa dan sakit di hatinya pada Max dulu entah menguap kemana."Kabarku baik," jawab Lily singkat."

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 150

    Vina sedikit terkejut namun beberapa saat kemudian dia menyadari kalau lambat laun ibunya akan mengetahui soal kehamilannya.Tangan Vina memegang perutnya yang masih rata sambil bertanya, "Bagaimana Mama bisa tahu?"Sandra memegang keningnya yang berdenyut nyeri. "Ternyata itu benar," ujarnya lirih.Kemudian Sandra duduk di atas sofa panjang yang letaknya tak jauh dari ranjang Vina."Dokter yang memeriksa mengambil darahmu untuk cek lab. Dari sana Mama tahu kalau kamu hamil," lanjutnya.Dari ranjangnya, Vina menatap ibunya dengan rasa bersalah. Dapat dia rasakan betapa kecewanya sang ibu, melihat dari gerak-geriknya."Maafkan aku, Ma."Sandra menatap putri satu-satunya tersebut dengan sorot mata serius."Katakan pada Mama, siapa ayah dari janin itu? Mama tidak pernah tahu kamu pernah dekat dengan seseorang."Vina menggigit bibir bawahnya dengan resah."Itu-"Ucapan Vina terhenti oleh suara pintu yang dibuka dengan keras."Vina, apa benar kalau kamu hamil?" tanya Ayahnya, nampak marah

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 149

    "Ku rasa insiden di masa lalu tidak perlu kita ungkit lagi, Ma." Lily menatap ibunya penuh kelembutan. kedua bola matanya nampak berkaca-kaca jika mengingat pernikahannya di masa lalu."Aku sudah bercerai dengan Max dan tidak ingin berhubungan apa-apa lagi dengannya," lanjutnya lirih.Grace yang sudah mendengar soal pernikahan Lily dengan Max pun menyentuh bahu Lily dan mengusapnya lembut."Nona benar. Untuk apa masih memikirkan masa lalu? Lebih baik mengikhlaskan kejadian buruk di masa lalu dan memilih melanjutkan kehidupan kini dengan sebaik-baiknya," tutur Grace memberi nasehat. Lily hanya tersenyum menanggapi itu."Sepertinya kamu sudah benar-benar ikhlas. Padahal Mama sudah menyiapkan rencana kalau kamu memang ingin membalaskan dendammu pada Max," ucap Wina.Lily menggigit bibir bawahnya. "Bukannya dia telah menyelamatkanku sewaktu penculikan kemarin terjadi? Anggap saja dia telah menebus kesalahannya di masa pernikahan kita dulu."Wina menatap Lily cukup lama sebelum akhirnya m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status