Malam Kian Merebak Tampak Dua Sosok Bayangan Hitam Sedang Bercengkrama Diatas Genteng Sebuah Rumah Mewah.Yang ternyata Adalah Bhoma dan Pancatyana. Bhoma Menyulut Rokok dimulutnya sambil membawa dua-cup berisi minuman Kopi panas.Begitu Pula dengan Pancatyana Melihat Rumah didepannya. Dipenuhi Banyak Mobil Seperti sedang akan ada sebuah Pesta besar Disana.
"Bagaimana Caranya Masuk Kedalam situ tanpa Memicu Keributan dari Luar…?,Paman…?,Kalo Tahu Tersangka Kita suka Merayakan Pesta."Tanya Bhoma pada Pancatyana sembari Meminum Kopi dan Menghembuskan Asap Rokoknya."Tenang Saja…,Ngger Sitija.Aku Akan Masuk lebih dulu. Biar Nanti Angger Sitija Menyusul Belakangan…!"Jawab Pancatyana."Caranya…,Paman?""Aku akan Bikin Keributan Ditengah Sana.Dengan cara berpura -pura mencuri sesuatu yang berharga di ruangan Bajingan itu. Ketika Aku Tertangkap.Aku Yakin Mereka Pasti Akan Mencoba Membunuhku…,Apa Kau lupa Ngger. Aku Bisa Berpura -purPancatyana tertawa terbahak-bahak terlihat sangat Mengerikan.Tiba -tiba Ada Sosok lain yang membantu Pancatyana."Duarr…!" Terdengar Suara ledakan besar.Tembok Hancur berantakan persis berada Didepan Pancatyana.Pancatyana tersenyum Pada Akhirnya Bhoma pun segera bergabung dengan Pamannya."Aku Tahu pasti Paman akan sedikit kewalahan…?"Tanya Bhoma."Pfff…,Memang Brengsek-brengsek ini Sedikit Merepotkan,Tapi Sekarang Sa'atnya, Kita Bikin Mereka Jadi Makanan para Cacing tanah…! " kata Pancatyana kearah Bhoma.Bhoma mengangguk kearah Sang Paman.Seraya memberikan Dua Buah Golok Machete kearah Sang Paman.Seperti Setan haus darah Pancatyana dan Bhoma mengamuk Sambil Terus Memburu dan membunuh Mereka yang mau menyerangnya.Bunyi tembakan Senapan Serbu,Karabin Dan Pistol bertubi -tubi kearah Mereka Berdua seraya tak dihiraukan.Membuat Suasana Menjadi Ricuh dan terjadi Kegaduhan diluar kendali. Para Tamu Undangan ya
Pancatyana berpura-pura Pingsan Dan Diseret Oleh Kelima Pria Besar berbadan kekar Menuju Suatu Ruangan.Yang masih didaerah dalam Rumah Dicky Tasman. Ruangan Itu Seperti Ruangan Bawah Tanah. Pancatyana merasa Berbeda dengan Ruangan Bawah tanah pertama tempatnya pertama kali disekap. Pancatyana pura -pura memejamkan matanya.Dan Dua dari kelima Orang itu mendudukkannya disebuah Kursi Penyiksaan Seraya mengikat Kedua tangan dan Kakinya. Sampai Akhirnya Ada yang Menyiram Muka Pancatyana dengan Air Seember.Tampak Seorang Lelaki Berusia Seperempat Abad Berpakaian Perlente Mendekati Pancatyana. Dan …"PLAK…PLAK…!"Terdengar Suara Tamparan. Mengarah ke Dua Pipi Pancatyana. Pancatyana Mengernyitkan kedua Matanya kearah Sang Lelaki."Kau Sudah Bangun Ternyata,Siapa Namamu?"Tanya Sang Lelaki sambil menarik Sebuah Kursi menghadap kearah Pancatyana."Apa…,Hha…Hha…Hha…!,Kau Tadi Bilang Apa…? "Tanya Pancatyana Tertawa terpingkal -pi
Bandara Soekarno Hatta terlihat sangat padat. Bhoma Melihat kearah jam tangannya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan sambil membawa Tas Ransel dipundaknya diruang tunggu. Namun Dia dikejutkan Oleh Sosok yang menggandengnya. Seorang Wanita Cantik berkewarganegaraan Asing.Wanita berambut panjang berwarna Merah, bermata coklat dan bertubuh tinggi semampai.Wanita itu tersenyum Manis kearah Bhoma.sambil membawa koper pakaian beserta tas jinjing kecil."Agent Bhoma…"bisiknya kearah telinganya."Iya Agent Natasha…?"balasnya seraya berbisik kearah Wanita cantik itu."Boleh Aku Bersandar Di Pundak Lelaki tampan Sepertimu?"Tanyanya Dengan Bahasa Indonesia. Walaupun Aksen logatnya masih Bernada Luar Negara."Tentu Saja…,Nona Natasha…"jawab Bhoma."Ngomong-ngomong Pernah Belajar Dimana Bahasa Indonesia?,Nona Natasha?"sambung Bhoma bertanya kearah Natasha."Rahasia…!"jawabnya Sambil berbisik ke telinga Bhoma.Natas
Sesampainya Di Medan Bhoma dan Natasha Melanjutkan Perjalanan dengan menggunakan Mobil Pribadi Sang Perwira disertai Sopir Pribadinya. Menuju Kearah Jl H.M Said Kearah Kantor Sang Pimpinan. Setiba Disana Mereka Disambut Oleh Beberapa Petugas. Lalu Mempersilakan Masuk Kearah Ruangan Rapat. Disana Telah Ditunggu Oleh Beberapa Orang Perwira. Bhoma dan Natasha Menghormat ala Aparat kemudian dibalas Oleh para Perwira. Bertemu Dengan Keempat Pamannya Disana. Anchakagra, Yayahgriwa, Maudara dan Amisundha. Mereka Saling Berangkulan Dan saling Menepuk Punggung satu sama lain. A.K.P Raymond Segera Mempersilakan Mereka Duduk ke tempat masing -masing."Selamat Siang, Saya Ucapkan Untuk Semua Teman dan Atasan. Yang berada Di tempat ini Untuk Berdiskusi Tentang Rencana Penyergapan Tersangka Igor Medvedev. Serta Pembebasan Beberapa Sandera Yang Sa'at Ini Masih Berada Di Tangan Tersangka.Terma
Sementara Di tempat Yang Lain Dengan Waktu Yang Bersamaan. Brigjend Suta juga masih Berkumpul Dengan Anak Buah dan Wakil Instansi yang Dia Pimpin Di Ruangan Kantornya."Masalahnya Keponakan Saya Tidak Bisa Menikah Dengan Manusia,Pak…,Bapak Tahu Sendiri,Ada Salah Satu Sample Darah Yang Bisa Membunuh Dengan Mengeringkan Organ Tubuh Makhluk Hidup Lain.Sosok Bhoma Hanya Bisa Beristri dari Kalangan Kami Atau Para Apsari...,"Kata Pancatyana Kearah Pimpinannya."Apsari…?,Apakah Makhluk Sejenis Peri atau Bidadari, Makhluk Mitology…?"Kata Dokter Armand."Iya…,Pak…""Iya…,Terus…?"Tanya Brigjend Suta."Itu Adalah Darah Dari Bhoma…!"Jelas Pancatyana."Terus Bagaimana jalan Keluarnya…?,Soalnya Ayah Dari Natasha sedang Menuju Kearah Sana…?"Kata Brigjend Suta."Tenang Saja…,Pak. Saya yakin tidak akan terjadi apa-apa…',Pak…,Lagipula Sitija Atau Bh
Bhoma terbang Kembali kearah Markas. A.K.P Raymond,Kapten Deni dan Letda Nadya tersenyum kearah Mendaratnya Sang Anak Buah."Apakah Saudara Pancatyana Sudah sampai…?,Saudara Bhoma?"Tanya Kapten Deni kearah Bhoma."SIAAP…PAK,Sudah…"jawab Bhoma seraya menghormat sebentar. dan Hormatnya Dibalas oleh Ketiga Perwira."Mari Silahkan Masuk, Saudara Bhoma Anda telah Ditunggu oleh yang lainnya."kata A.K.P Raymond tersenyum Seraya melapangkan tangan kanannya.Bhoma Menyibakkan Tudung Hoodie nya dan menarik Masker, Kemudian Mengikuti Para Perwira menuju Ke Ruangan Rapat Tadi Siang. Diruangan Itu telah Menunggu Anchakagra, Yayahgriwa, Maudara, Amisundha, Letnan Andrey Bulgakov dan Dua Puluh Orang Anggota Forensic yang Dipimpin Oleh Dokter Armand Harjito dan Dokter Astrid Thania Berikut Juga Beberapa Anggota dari Kepolisian .Berpakaian Hitam lengkap dengan Rompi Anti Peluru dan Membawa Senapan Serbu.Mereka Saling Menghormat dan Saling Berjabat
Anchakagra, Yayahgriwa, Maudara, dan Amisundha memberikan Penghormatan, Setelah Para Perwira dan semuanya Membalas.Mereka Berempat terbang mengambang di Udara.Kemudian Melesat Menuju Angkasa.Puluhan Sirine Mobil Bersuara Meninggalkan Markas. Mereka Berempat akhirnya Menuju kearah Di Tol Kualanamu. Mereka Berempat Melihat dari Angkasa Enam Kontainer melintas beserta Empat Mobil Penumpang."Pak...,Kami melihat Enam Kontainer dan Empat mobil Pengawal Dari Atas sini…"kata Anchakagra Menghubungi seseorang."Baik Saudara Anchakagra…,Tadi Ada laporan dari Saudara Bhoma Jika Disetiap Didalam Kontainer di depan Berisi Sekitar 22 Orang.20 diantaranya Adalah Sandera, Mereka Semuanya adalah Wanita termasuk Lettu Dyah...,Kontainer Itu tadi Persis di Depan Anda semua…,dalam Kontainer Dijaga Dua Anak Buah Tersangka Igor yang membawa Senjata berjenis Senapan Mesin Ringan…,"Suara Kapten Deni terdengar sangat jauh."Apakah Ada yang membutuh
Pagi Memasuki kamar Hotel Natasha Membuka matanya pelan -pelan. Natasha Sedikit Terkejut Melihat Sang Ayah Sudah Berdiri di hadapannya."PAPA…!"Natasha tersenyum Seraya Turun dari arah ranjang lalu Menubruk tubuh Sang Ayah sembari Merangkulnya. Sang Jendral Tersenyum kearah Putri semata wayangnya sambil Mengelus -elus Rambut Merah Sang Putri. Lalu Mereka Berbicara dengan Bahasa Asalnya. Pancatyana yang Kecapekan sambil terlentang terdengar Tidur Mendengkur. Letda Aris segera Berdiri Beserta Dua Ajudan Sang Jendral."Pancatyana…!,kemarin Saya Bersama Bhoma,Mana Bhoma…,Pergi kemana Dia?"tanya Natasha heran."Dari Kemarin Saya hanya Tahu, Dia yang menjaga Letnan Natasha…?"kata Letda Aris."Lalu Bagaimana dengan Misi nya…?,Bukankah nanti malam mau Berjalan…?"tanya Natasha."Misi itu Sudah selesai tadi Pagi, Nona Natasha…"Kata Pancatyana Dia Terjaga lalu Duduk di Sofa. Sambil Menggerakkan Lehernya kearah Kiri dan k