Home / Fiksi Sejarah / Lambang / 7. Perempuan Tegar

Share

7. Perempuan Tegar

Author: Saint Nagita
last update Last Updated: 2021-10-13 10:38:00

Selembar kertas agak tebal terselip di antara dokumen-dokumen milik Pak Koeswadi menarik perhatian Lambang. Dia ambil kertas itu. Tertulis, piagam penghargaan diberikan kepada Koeswadi sebagai juara satu lomba cipta karya lambang kabupaten. Ini dia, batin Lambang. 

Kening Lambang berkerut tanda berpikir keras. Analisisnya sebagai seorang guru Sejarah dan orang yang sangat menghargai sejarah tidak pernah meleset. Almarhum bapaknya adalah salah seorang pelaku sejarah tetapi namanya tenggelam seiring waktu. Ini tidak bisa dibiarkan. 

Bapak harus mendapatkan haknya sebagai salah satu warga yang berkontribusi untuk kabupaten. Minimal bidang kearsipan mencatat namanya. Lambang sudah mencari sekian lama tetapi tidak menjumpai nama bapaknya tercatat di buku sejarah kabupaten. 

Apalagi bapaknya adalah salah satu orang yang berjuang mengembangkan kabupaten ini. Dia bertekad untuk memperjuangkan nama bapaknya yang sudah mempersembahkan hasil karyanya untuk kemajuan kabupaten ini. Supaya masyarakat juga tidak melupakan sejarah. Meski dia belum tahu bagaimana caranya.

Baginya, pengakuan terhadap suatu hasil karya itu sangatlah penting. Banyak fenomena selama ini yang menunjukkan betapa pentingnya sebuah pengakuan. Tanpa pengakuan maka tak jelas kemana arah hidup. Mereka hidup, tapi seakan-akan mati. 

"Nduk!" panggil ibu Lambang dari arah pintu kamar yang terbuka.

"Ya, Bu?" Lambang berdiri dan menghampiri ibunya.

"Ibu ingin ke kuburan bapak, sudah lama tidak ke sana. Kebetulan juga malam ini malam Jumat, waktu yang tepat untuk berziarah." 

"Kalau begitu, aku mau mandi dulu, setelah itu, kita bersama-sama menemui bapak," kata Lambang dengan nada lembut. 

"Ibu tunggu di luar ya? Menunggu Nameera datang. Tadi ibu sudah mengabarinya." 

Lambang mengangguk. Berbicara mengenai bapak membuat hati Lambang mudah tersentuh. Dia bergegas mandi, tidak ingin membuat ibunya menunggu lama. 

Jam dinding menunjukkan pukul empat sore saat Lambang siap berangkat menuju pemakaman. Tangannya membawa buku kecil berisi Surat Yasin, Tahlil dan Doa Ziarah Kubur. Nameera sudah datang sejak Lambang masih mandi. Ibu juga membawa buku Surat Yasin dan sapu lidi yang akan dia gunakan untuk menyapu tempat di sekitar pusara bapak.

Jarak menuju pemakaman kampung tidak terlalu jauh, cukup berjalan kaki sepuluh menit saja sudah sampai. Hari Kamis biasanya orang ramai berziarah.  Di sekitar pemakaman banyak orang berjualan bunga mawar dan melati untuk ditaburkan di pusara kerabat yang meninggal. Lambang membeli dua bungkus plastik dan diserahkan pada Nameera.

Mereka memasuki pemakaman sambil membaca doa.

Setelah melewati beberapa batu nisan, mereka tiba di batu nisan yang bertuliskan Koeswadi bin Koesnein. Lambang bersama adik dan ibunya bersimpuh di dekat pusara. 

Membaca Surat Yasin dan bersama-sama melantunkan doa untuk pria yang sangat mereka cintai yang kini berada di alam yang berbeda. Berharap suatu saat berkumpul kembali di kehidupan yang sebenarnya. Karena hidup di dunia hanyalah sementara.

Seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT :

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS Al-Ankabut : 64).

Matahari kian beranjak menuju peraduannya. Lambang mengajak ibu dan adiknya untuk segera meninggalkan pemakaman. Di pintu makam, mereka berpapasan dengan Bu Minah, tetangga sekaligus teman Bu Sumiyati di pengajian yang kebetulan juga sedang berziarah.

"Eh, Bu Sumiyati. Sudah mau pulang, Bu?" sapanya pada ibu Lambang dengan wajah ramah. 

Tangan kanannya mengusap jilbab bagian kanan yang sebenarnya baik-baik saja. Tampak tiga buah cincin emas bertengger di jari-jarinya. Pergelangan tangannya pun dipenuhi lingkaran emas yang berkilau.

"Iya, Bu. Sudah terlalu sore," jawab Bu Sumiyati. Sedangkan kedua anaknya hanya diam sambil tersenyum sopan pada Bu Minah.

"Ini anak Bu Sumiyati yang bernama Lambang yang janda itu, ya? Duh, tambah subur aja. Makanya susah cari laki," ceracaunya sambil tertawa terbahak-bahak. 

Wajah Lambang seketika pias. Ibunya yang mengetahui perubahan pada wajah anak pertamanya segera mengajak mereka bergegas tanpa mempedulikan Bu Minah. 

Nameera merasa tidak enak hati pada mbakyu yang sangat dia sayangi. Dirangkulnya perempuan tegar itu sambil berjalan mengikuti ibu mereka dengan langkah cepat. Sebab senja mulai muncul pertanda harus cepat pulang.

***

Setiap malam sebelum tidur, Lambang terbiasa menulis di buku catatan hariannya. Tentu saja setelah selesai menyiapkan materi pelajaran untuk diberikan pada muridnya esok hari. Dia teringat ucapan Bu Minah di pemakaman tadi. 

Sebenarnya, dia sudah terbiasa dan kebal di-bully siapapun. Justru dia mengkhawatirkan perasaan ibunya. Beliau gampang sensitif dan terbawa perasaan. Sama seperti Nameera yang lemah lembut. Sifat Lambang diperoleh dari bapaknya. Saudara-saudara pun banyak yang mengatakan bahwa Lambang hasil foto kopi sang bapak, baik ciri fisik maupun sifat.

Itulah sebabnya dia memiliki sifat percaya diri yang berlebihan dan tidak pernah cengeng seperti perempuan pada umumnya. Masa SD hingga SMA banyak teman yang menyukai karena keberanian Lambang. Hingga banyak anak laki-laki yang menjadi anak buahnya dengan sukarela. 

Hal inilah yang tidak disukai oleh tetangga-tetangga sekaligus ibu dari anak laki-laki yang menjadi anak buahnya. Mereka menganggap Lambang membawa pengaruh buruk pada anak mereka. Fisik yang tidak menarik pun membuat para ibu melarang anak laki-lakinya menjalin hubungan serius dengan Lambang. Sebab itu, dia tidak pernah mengenal yang namanya debar-debar cinta ketika berdekatan dengan lawan jenis.

***

Sore itu Lambang menjemput kawannya yang bernama Joni. Mereka sepakat berangkat bersama-sama untuk rapat OSIS di sekolah. Berhubung rumah Joni lebih dekat dengan sekolah, maka Lambang mampir ke rumahnya.

"Mau kemana, Jon?" tanya ibu Joni.

"Ada rapat OSIS di sekolah."

"Sini, bentar!" ibu Joni memanggil Joni masuk ke ruang tengah. Meski demikian, Lambang bisa mendengar percakapan mereka.

"Kamu jangan terlalu dekat sama perempuan itu!" tegas ibu Joni.

"Kenapa? Ia temanku yang paling baik, kok."

"Kalo berteman boleh. Tapi, awas kalo sampe naksir!" ancam ibunya.

"Apaan, sih, Bu." Joni hanya terkekeh sambil berlalu.

Lengan Joni dicekal oleh ibunya. "Kamu lihat perempuan itu! Gak ada satu pun yang menarik darinya. Gendut, hitam, pasti sifatnya juga kasar."

"Sudahlah, Bu. Lambang itu temanku yang paling baik. Aku tidak peduli bentuk fisik Lambang. Tidak ada teman yang sebaik dia meski dia itu perempuan. Dia juga paling pintar di kelas." Joni pergi meninggalkan ibunya.

"Ayo, segera berangkat! Dah telat, nih," ajak Joni.

Lambang mengikuti langkah Joni yang berjalan cepat. Jarak dari rumah Joni ke sekolah hanya sepuluh menit berjalan kaki.

"Ibumu tidak mengizinkan kamu berteman denganku, ya?" tanya Lambang mensejajari langkah Joni.

"Ah, sudahlah! Tidak usah dihiraukan dan jangan dengarkan ibuku!"

"Aku gak enak sama ibumu kalo kamu tetap berteman denganku," kata Lambang dengan pesimis.

"Aku yang berhak menentukan untuk berteman dengan siapapun, bukan ibuku! Aku tidak peduli bentuk fisikmu bagaimana, yang penting aku tahu sifat kamu. Bagi kami anak laki-laki, kamu adalah teman terbaik dan perempuan yang hebat," tegas Joni membuat Lambang terdiam dan tidak bertanya lagi. 

***

Suara jam dinding berdentang sepuluh kali. Lambang menutup catatan hariannya dan bergegas menuju pembaringan. Siap menyambut hari esok dengan lebih semangat.

Related chapters

  • Lambang   8. Gosip Tetangga

    "Yu Mar, mau ke mana nih pengantin baru? Ngomong-ngomong, selamat ya atas pernikahannya," sapa Bu Minah pada perempuan setengah baya yang lewat depan rumahnya. Dia mengulurkan tangannya yang penuh dengan perhiasan berkilau. Lambang refleks menoleh pada kedua perempuan yang bertegur sapa. Kebetulan dia mau ke warung Lek Siti untuk membeli sabun cuci. Letaknya satu gang dengan rumah Bu Minah. Hanya berjarak satu rumah. Jadi, mau tidak mau dia harus melewati rumah perempuan yang suka pamer itu. "Ah, Bu Minah. Mau ke warung. Jangan bilang pengantin baru, lah. Wong sudah nikah tiga kali kok dibilang pengantin baru. Lagian aku sudah tua. Malu." Perempuan yang dipanggil Yu Mar itu tersipu. Dia berhenti di depan pagar rumah Bu Minah. "Eh, nggak apa-apa, Yu Mar. Meski sudah tua yang penting masih laku. Dari pada si ono, janda muda tapi nggak laku-laku, ha-ha-ha," tawa Bu Minah membuat perut Lambang mulas. "Siapa, Bu? I

    Last Updated : 2021-10-24
  • Lambang   9. Guru Baru

    "Pagi, Bu," sapa pria berbaju batik sambil berjalan mendahului Lambang."Pa-pa-pagi!" Lambang terkejut tiba-tiba ada orang yang menyapa dan mendahuluinya. Keningnya berkerut memikirkan siapa gerangan pria itu."Dia guru Seni Lukis yang baru. Namanya Pak Barra. Masih jomlo, lo," ujar Bu Syakila yang muncul tiba-tiba di samping Lambang."Emang kenapa kalau masih jomlo?" tanya Lambang."Barangkali mau kenalan lebih dekat," jawab Bu Syakila sambil terkekeh. Guru Bahasa Indonesia itu selalu ceria dan terbiasa bercanda dengan Lambang."Ish! Masih terlalu muda. Saya kan sudah tua.""Eh, nggak masalah, kok. Banyak artis-artis yang menikah dengan laki-laki yang lebih muda," bantah Bu Syakila."Saya, kan, bukan artis."Mereka tertawa bersama hingga tiba di ruang guru. Sambil menyapa guru-guru yang sudah hadir, Lambang dan Bu Syakila menuju meja masing-masing.Sepuluh menit

    Last Updated : 2021-10-24
  • Lambang   10. Salah Kirim

    Selamat malam duhai kekasihAku sebut namamu menjelang tidurkuAgar kau hadir dalam mimpi indahkuDi peraduan yang sepi iniAlunan lagu Selamat Malam dari Evi Tamala yang Lambang dengarkan dari radio terdengar merdu di telinganya. Radio peninggalan bapak menjadi hiburan saat penat. Mata Lambang yang setengah terpejam membuka saat perempuan yang dikasihinya membuka pintu dengan wajah ditekuk.Setelah mengucap salam dia masuk ke kamarnya. Tanpa mengindahkan Lambang yang ada di ruang tamu. Seketika Lambang mematikan radio dan bergegas menyusul ibunya.Tiba di depan kamar ibunya, Lambang terhenti. Dia urung untuk masuk. Sebab biasanya kalau ibunya punya masalah tidak akan mau diganggu. Karena itu dia berbelok ke dapur mengambil air minum. Biarlah besok saja kutanyain, atau kutunggu sampai mau bercerita sendiri, batinnya.Malam semakin larut. Mungkin ibunya sudah tertidur nyenyak. Namun, tidak biasanya dia setelah p

    Last Updated : 2021-10-24
  • Lambang   11. Hubungan Serius

    11. Hubungan SeriusTing!Bunyi notifikasi terdengar dari ponsel Lambang yang berada di atas nakas. Perempuan yang sedang menikmati waktu istirahat setelah pulang mengajar itu bangkit dari tempat tidurnya. Dan menghampiri nakas yang berada di samping meja. Dibukanya kunci layar ponsel dan terlihat satu notifikasi pesan dari nomor tidak dikenal.[Assalamualaikum.]Lambang bimbang antara membalas pesan itu atau tidak. Hatinya menyuruh untuk membalas siapa tahu dari orang penting. Mungkin wali murid atau teman guru.[Waalaikum salam. Maaf, ini siapa?][Maaf, aku yang kemarin pernah salah kirim. Melihat dari balasan pesan yang kamu kirim, pasti kamu cewek. Boleh kenalan, gak?]Lambang terperangah dan setengah tersenyum dia menutup mulutnya. Merasa aneh karena sekian tahun meski ada pesan yang salah kirim, tetapi tidak pernah ada yang sampai mengajak kenalan.[Meman

    Last Updated : 2021-10-25
  • Lambang   12. Menyimpang

    Hari pernikahan yang dinanti pun tiba. Tanggal 14 Januari 2007 adalah tanggal yang dipilih untuk menyatukan dua sejoli. Air mata yang mengalir di pipi keriput ibu Lambang terlihat sebagai air mata bahagia. Menyaksikan anak sulung yang kini mendapatkan imam dalam hidupnya. Yang senantiasa akan menjaganya dari segala cobaan hidup.Tidak akan ada lagi gunjingan mengenai status Lambang. Kehadiran Harlando dalam keluarga membungkam mulut-mulut tetangga. Hal ini membuat ibu Lambang menjadi tenang. Karena tidak lagi jadi bahan gunjingan di antara tetangga dan teman di pengajian.Untuk sementara, Harlando tinggal di rumah Lambang selama beberapa hari. Meski sesekali dia pulang ke kotanya, karena bisnis yang dia jalani tidak bisa ditinggal terlalu lama. Terkadang Lambang yang datang berkunjung ke kota Harlando. Mereka jalani kehidupan seperti ini dengan ikhlas dan saling menerima."Nduk, ajak suamimu makan!" perintah Ibu. Saat itu ke

    Last Updated : 2021-10-27
  • Lambang   13. Pengajuan Hak Paten

    Kertas berisi lambang kabupaten yang diresmikan pada tahun 1969 kini berada di tangan Lambang. Dia tidak terima jika karya bapaknya disalahgunakan. Apalagi sampai mengubah konsep aslinya. Setiap komponen dan warna yang dipilih merupakan buah pemikiran bapaknya yang merujuk pada potensi daerah.Dia berniat untuk mengajukan hak paten. Karena semenjak karya itu diresmikan menjadi lambang kabupaten, belum pernah ada penghargaan sama sekali yang diterima bapak. Lambang berharap ada semacam royalti yang bisa bermanfaat untuk kehidupan ibunya.Di sela-sela kesibukannya sebagai tenaga pendidik, dia menyempatkan diri untuk mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Pak Koeswadi adalah pencipta lambang yang sah. Lambang ingin melindungi hasil karya bapaknya supaya tidak disalahgunakan dan juga untuk melindungi ide atau konsep gambar lambang kabupaten.Mulailah dia bertanya pada saudara dan teman-teman bapaknya yang dulu menggunakan lukisan bapak unt

    Last Updated : 2021-10-27
  • Lambang   14. Anugerah

    Hati kecil Lambang awalnya kecewa. Niatnya untuk mendapatkan hak paten atas karya bapak tercinta tidak direstui oleh ibunya. Namun, setelah diberi penjelasan, Lambang akhirnya sadar. Bahkan dia merasa malu pada ibunya. Dia belum bisa bersikap ikhlas, masih memperturutkan ego.Pagi itu Lambang berangkat lebih awal diantar suaminya yang kebetulan berada di rumah. Seperti bissa dia selalu bersemangat untk mengajarkan ilmu pada anak-anak didiknya.Bu Merlita memberi kabar yang baik saat Lambang tiba di sekolah pagi itu. Guru senior yang baik hati itu menyambut Lambang langsung di pintu gerbang sambil tersenyum."Bu Lambang mimpi apa semalam?"Lambang yang saat itu baru saja turun dari sepeda motor dibonceng suaminya bingung dengan pertanyaan Bu Merlita."Mimpi apa, ya, Bu?""Selamat, ya. Bu Lambang lulus seleksi CPNS." Bu Merlita menjabat tangan Lambang kemudian memeluknya erat.Lambang hany

    Last Updated : 2021-10-27
  • Lambang   15. Tempat Bersejarah

    Hati kecil Lambang awalnya kecewa. Niatnya untuk mendapatkan hak paten atas karya bapak tercinta tidak direstui oleh ibunya. Namun, setelah diberi penjelasan, Lambang akhirnya sadar. Bahkan dia merasa malu pada ibunya. Dia belum bisa bersikap ikhlas, masih memperturutkan ego.Pagi itu Lambang berangkat lebih awal diantar suaminya yang kebetulan berada di rumah. Seperti bissa dia selalu bersemangat untk mengajarkan ilmu pada anak-anak didiknya.Bu Merlita memberi kabar yang baik saat Lambang tiba di sekolah pagi itu. Guru senior yang baik hati itu menyambut Lambang langsung di pintu gerbang sambil tersenyum."Bu Lambang mimpi apa semalam?"Lambang yang saat itu baru saja turun dari sepeda motor dibonceng suaminya bingung dengan pertanyaan Bu Merlita."Mimpi apa, ya, Bu?""Selamat, ya. Bu Lambang lulus seleksi CPNS." Bu Merlita menjabat tangan Lambang kemudian memeluknya erat.Lambang hany

    Last Updated : 2021-10-27

Latest chapter

  • Lambang   16. Sejarah Gunung Patthok

    Septi memandang wajah sahabatnya yang tidak berhenti mengunyah kerupuk. Dia tahu betul sifat perempuan yang menjadi sahabatnya sejak SD."Kamu nggak menyesal menghentikan pengajuan ini? Lumayan, lo, kalau berhasil dipatenkan, setiap bulan hidup keluargamu akan terjamin." Septi kembali membujuk Lambang."Kalau ibuku tidak merestui, aku bisa apa? Nggak apa-apa nggak dapat royalti. InsyaAllah akan kami dapatkan royalti di akhirat. Itu yang ibu katakan padaku.""Oke, kalau begitu, aku tutup kasusmu, ya?" Septi menuangkan minuman untuk Lambang."Iya, tutup saja. Tetapi, tolong berkas-berkas yang sudah aku berikan, kamu simpan saja. Siapa tahu kelak aku membutuhkannya.""Siap, Bosku!"Sekitar satu jam mereka mengobrol. Kemudian Lambang pamit pulang karena takut Zaydan terbangun.Hari-hari Lambang hanya disibukkan dengan mengurus Zaydan dan melaksanakan tugas sebagai abdi negara. Harlando pun sibuk d

  • Lambang   15. Tempat Bersejarah

    Hati kecil Lambang awalnya kecewa. Niatnya untuk mendapatkan hak paten atas karya bapak tercinta tidak direstui oleh ibunya. Namun, setelah diberi penjelasan, Lambang akhirnya sadar. Bahkan dia merasa malu pada ibunya. Dia belum bisa bersikap ikhlas, masih memperturutkan ego.Pagi itu Lambang berangkat lebih awal diantar suaminya yang kebetulan berada di rumah. Seperti bissa dia selalu bersemangat untk mengajarkan ilmu pada anak-anak didiknya.Bu Merlita memberi kabar yang baik saat Lambang tiba di sekolah pagi itu. Guru senior yang baik hati itu menyambut Lambang langsung di pintu gerbang sambil tersenyum."Bu Lambang mimpi apa semalam?"Lambang yang saat itu baru saja turun dari sepeda motor dibonceng suaminya bingung dengan pertanyaan Bu Merlita."Mimpi apa, ya, Bu?""Selamat, ya. Bu Lambang lulus seleksi CPNS." Bu Merlita menjabat tangan Lambang kemudian memeluknya erat.Lambang hany

  • Lambang   14. Anugerah

    Hati kecil Lambang awalnya kecewa. Niatnya untuk mendapatkan hak paten atas karya bapak tercinta tidak direstui oleh ibunya. Namun, setelah diberi penjelasan, Lambang akhirnya sadar. Bahkan dia merasa malu pada ibunya. Dia belum bisa bersikap ikhlas, masih memperturutkan ego.Pagi itu Lambang berangkat lebih awal diantar suaminya yang kebetulan berada di rumah. Seperti bissa dia selalu bersemangat untk mengajarkan ilmu pada anak-anak didiknya.Bu Merlita memberi kabar yang baik saat Lambang tiba di sekolah pagi itu. Guru senior yang baik hati itu menyambut Lambang langsung di pintu gerbang sambil tersenyum."Bu Lambang mimpi apa semalam?"Lambang yang saat itu baru saja turun dari sepeda motor dibonceng suaminya bingung dengan pertanyaan Bu Merlita."Mimpi apa, ya, Bu?""Selamat, ya. Bu Lambang lulus seleksi CPNS." Bu Merlita menjabat tangan Lambang kemudian memeluknya erat.Lambang hany

  • Lambang   13. Pengajuan Hak Paten

    Kertas berisi lambang kabupaten yang diresmikan pada tahun 1969 kini berada di tangan Lambang. Dia tidak terima jika karya bapaknya disalahgunakan. Apalagi sampai mengubah konsep aslinya. Setiap komponen dan warna yang dipilih merupakan buah pemikiran bapaknya yang merujuk pada potensi daerah.Dia berniat untuk mengajukan hak paten. Karena semenjak karya itu diresmikan menjadi lambang kabupaten, belum pernah ada penghargaan sama sekali yang diterima bapak. Lambang berharap ada semacam royalti yang bisa bermanfaat untuk kehidupan ibunya.Di sela-sela kesibukannya sebagai tenaga pendidik, dia menyempatkan diri untuk mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa Pak Koeswadi adalah pencipta lambang yang sah. Lambang ingin melindungi hasil karya bapaknya supaya tidak disalahgunakan dan juga untuk melindungi ide atau konsep gambar lambang kabupaten.Mulailah dia bertanya pada saudara dan teman-teman bapaknya yang dulu menggunakan lukisan bapak unt

  • Lambang   12. Menyimpang

    Hari pernikahan yang dinanti pun tiba. Tanggal 14 Januari 2007 adalah tanggal yang dipilih untuk menyatukan dua sejoli. Air mata yang mengalir di pipi keriput ibu Lambang terlihat sebagai air mata bahagia. Menyaksikan anak sulung yang kini mendapatkan imam dalam hidupnya. Yang senantiasa akan menjaganya dari segala cobaan hidup.Tidak akan ada lagi gunjingan mengenai status Lambang. Kehadiran Harlando dalam keluarga membungkam mulut-mulut tetangga. Hal ini membuat ibu Lambang menjadi tenang. Karena tidak lagi jadi bahan gunjingan di antara tetangga dan teman di pengajian.Untuk sementara, Harlando tinggal di rumah Lambang selama beberapa hari. Meski sesekali dia pulang ke kotanya, karena bisnis yang dia jalani tidak bisa ditinggal terlalu lama. Terkadang Lambang yang datang berkunjung ke kota Harlando. Mereka jalani kehidupan seperti ini dengan ikhlas dan saling menerima."Nduk, ajak suamimu makan!" perintah Ibu. Saat itu ke

  • Lambang   11. Hubungan Serius

    11. Hubungan SeriusTing!Bunyi notifikasi terdengar dari ponsel Lambang yang berada di atas nakas. Perempuan yang sedang menikmati waktu istirahat setelah pulang mengajar itu bangkit dari tempat tidurnya. Dan menghampiri nakas yang berada di samping meja. Dibukanya kunci layar ponsel dan terlihat satu notifikasi pesan dari nomor tidak dikenal.[Assalamualaikum.]Lambang bimbang antara membalas pesan itu atau tidak. Hatinya menyuruh untuk membalas siapa tahu dari orang penting. Mungkin wali murid atau teman guru.[Waalaikum salam. Maaf, ini siapa?][Maaf, aku yang kemarin pernah salah kirim. Melihat dari balasan pesan yang kamu kirim, pasti kamu cewek. Boleh kenalan, gak?]Lambang terperangah dan setengah tersenyum dia menutup mulutnya. Merasa aneh karena sekian tahun meski ada pesan yang salah kirim, tetapi tidak pernah ada yang sampai mengajak kenalan.[Meman

  • Lambang   10. Salah Kirim

    Selamat malam duhai kekasihAku sebut namamu menjelang tidurkuAgar kau hadir dalam mimpi indahkuDi peraduan yang sepi iniAlunan lagu Selamat Malam dari Evi Tamala yang Lambang dengarkan dari radio terdengar merdu di telinganya. Radio peninggalan bapak menjadi hiburan saat penat. Mata Lambang yang setengah terpejam membuka saat perempuan yang dikasihinya membuka pintu dengan wajah ditekuk.Setelah mengucap salam dia masuk ke kamarnya. Tanpa mengindahkan Lambang yang ada di ruang tamu. Seketika Lambang mematikan radio dan bergegas menyusul ibunya.Tiba di depan kamar ibunya, Lambang terhenti. Dia urung untuk masuk. Sebab biasanya kalau ibunya punya masalah tidak akan mau diganggu. Karena itu dia berbelok ke dapur mengambil air minum. Biarlah besok saja kutanyain, atau kutunggu sampai mau bercerita sendiri, batinnya.Malam semakin larut. Mungkin ibunya sudah tertidur nyenyak. Namun, tidak biasanya dia setelah p

  • Lambang   9. Guru Baru

    "Pagi, Bu," sapa pria berbaju batik sambil berjalan mendahului Lambang."Pa-pa-pagi!" Lambang terkejut tiba-tiba ada orang yang menyapa dan mendahuluinya. Keningnya berkerut memikirkan siapa gerangan pria itu."Dia guru Seni Lukis yang baru. Namanya Pak Barra. Masih jomlo, lo," ujar Bu Syakila yang muncul tiba-tiba di samping Lambang."Emang kenapa kalau masih jomlo?" tanya Lambang."Barangkali mau kenalan lebih dekat," jawab Bu Syakila sambil terkekeh. Guru Bahasa Indonesia itu selalu ceria dan terbiasa bercanda dengan Lambang."Ish! Masih terlalu muda. Saya kan sudah tua.""Eh, nggak masalah, kok. Banyak artis-artis yang menikah dengan laki-laki yang lebih muda," bantah Bu Syakila."Saya, kan, bukan artis."Mereka tertawa bersama hingga tiba di ruang guru. Sambil menyapa guru-guru yang sudah hadir, Lambang dan Bu Syakila menuju meja masing-masing.Sepuluh menit

  • Lambang   8. Gosip Tetangga

    "Yu Mar, mau ke mana nih pengantin baru? Ngomong-ngomong, selamat ya atas pernikahannya," sapa Bu Minah pada perempuan setengah baya yang lewat depan rumahnya. Dia mengulurkan tangannya yang penuh dengan perhiasan berkilau. Lambang refleks menoleh pada kedua perempuan yang bertegur sapa. Kebetulan dia mau ke warung Lek Siti untuk membeli sabun cuci. Letaknya satu gang dengan rumah Bu Minah. Hanya berjarak satu rumah. Jadi, mau tidak mau dia harus melewati rumah perempuan yang suka pamer itu. "Ah, Bu Minah. Mau ke warung. Jangan bilang pengantin baru, lah. Wong sudah nikah tiga kali kok dibilang pengantin baru. Lagian aku sudah tua. Malu." Perempuan yang dipanggil Yu Mar itu tersipu. Dia berhenti di depan pagar rumah Bu Minah. "Eh, nggak apa-apa, Yu Mar. Meski sudah tua yang penting masih laku. Dari pada si ono, janda muda tapi nggak laku-laku, ha-ha-ha," tawa Bu Minah membuat perut Lambang mulas. "Siapa, Bu? I

DMCA.com Protection Status