Anin segera mempercepat langkahnya saat netranya melihat kedua orang yang diduga Tuan Setya dan Clara. Ternyata mereka tak berhenti di lantai tiga melainkan lantai empat. Tepatnya di toko perhiasaan.“Ternyata benar itu ayah dan mbak Clara,” gumam Anin. Entah mengapa ia merasa sangat kesal dan kecewa. Anin ingin lebih lama berada di sana tetapi diriya sadar ada Ibu Harris yang menunggunya di bawah.Anin terus merutuki perbuatan tak terpuji kedua orang tersebut, ia berencana untuk melaporkan hal tersebut pada Harris nanti. Semakin lama langkahnya semakin cepat, ia tak ingin membuat sang Ibu mertua menunggu lebih lama.“Maaf lama ya Bu,” kata Anin meminta maaf.“Kamu ke kamar mandi ya mana sih, Nin?”“Kamar mandinya di lantai ini penuh, Bu. Jadi Anin pergi ke kamar mandi lantai atas, kebetulan tadi juga bertemu dengan teman Mas Harris, kami mengobrol sebentar. Maaf ya Bu,” ujar Anin berbohong. Ia terpaksa mengatakan hal tersebut. “Maaf ya Bu, Anin harus berbohong pada Ibu,’ batinnya.“T
Setelah melakukan pemikiran yang panjang, akhirnya Anin menuruti permintaan Ibu Harris. Ia tak akan mengatakan apa yang terjadi tadi pada Harris, Anin berusaha untuk menjaga rahasia ini rapat-rapat.Anin yang semula hanya menemani Bhima ternyata ikut tidur di samping anaknya. Perempuan muda itu tidur cukup nyenyak sampai tak tahu jika Harris sudah berada di kamarnya. Hari ini pemimpin perusahaan tersebut pulang cepat.Harris berdiri di samping ranjang, ia menatap wajah Anin ketika tidur. Menurutnya wajah Anin terlihat lebih cantik ketika tidur, Harris kemudian membuka jasnya. Ia melemparkan ke sembarang arah, kepalanya mendekat ke arah Anin. Lelaki itu mencium pipi Anin beberapa kali.Tentu saja hal tersebut membuat Anin terbangun, ia membuka matanya dan terkejut mendapati Harris ada di sampingnya. Anin yang terbangun karena ulah Harris, membuat ekspresi kesal namun hal tersebut membuat lelaki itu bertambah gemas.“Kamu harus dihukum karena terlihat cantik,” ujarnya. Lelaki itu dengan
Simbok yang semula berniat menemui Anin terpaksa mengurungkan niatnya setelah mendengar percakapan mereka berdua. Pegawai senior tersebut seketika membalikkan tubuhnya dan menjauh dari ruang kamar keduanya.Rupanya Nyonya Setya melihat pegawainya di tangga, ia pun segera memanggilnya. Ia ingin tahu tujuan simbok berada di lantai dua.“Dari mana mbok? Ada perlu denganku?” tanya perempuan paruh baya itu.“Tidak Bu, saya berniat ke kamar mbak Anin tadi tetapi tidak jadi,” jawab simbok terus terang.“Kenapa tidak jadi?”“Saya tidak mau menganggu mbak Anin dan Mas Harris, saya permisi ke bawah dulu, Bu,” ujarnya kemudian melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah. Nyonya Besar tersebut mengerutkan keningnya, ia tak mengerti maksud ucapan asisten rumah tangganya itu.“Apa maksudnya tidak mau menganggu Anin dan Harris? Mereka melakukan hubungan di sore hari? Bukankah Harris baru saja pulang?” pikirnya.Karena tidak ingin penasaran, Nyonya Besar itu lantas berjalan ke kamar anaknya. Ia tak la
“Memangnya kenapa? Aku bertanya padamu, kamu maunya bagaimana?” ucap Nyonya Setya.“Kamu sepertinya ingin sekali berpisah denganku ya?” balas sang suami, lelaki itu mulai bersikap manipulatif. Nyonya Setya memutarbola matanya malas, ia menggelengkan kepalanya beberapa kali.“Aku rasa percuma ya kita bicara, kamu tidak paham topik pembahasan kita,” ujar Ibu Harris. Perempuan itu lantas berjalan menjauh suaminya.. Baru beberapa langkah Nyonya Setya berjalan nyatanya tangannya ditarik oleh lelaki paruh baya itu, refleks ia membalikkan tubuhnya. Kini pasangan yang sudah menikah selama 30 tahun itu saling berhadapan, wajah mereka sama tegangnya.“Aku mau kembali ke kamar, Mas,” kata Nyonya Setya seraya melepaskan cengkraman tangan suaminya.“Kita belum selesai bicara!”“Tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan karena kamu bersikap seperti ini,” sahut perempuan paruh baya itu.“Aku? Bukannya kamu yang bersikap menjengkelkan?” sambung Tuan Setya, ia memulai pertengkaran lagi.“Kamu bilang aku
Lelaki paruh baya itu tampak bingung ketika data yang dilihatnya tadi tiba hilang dan website-nya tidak dapat diakses lagi.“Kenapa bisa begini,” gerutunya. Ia mencoba masuk ke database perusahaan lagi, ia mengulangi hingga beberapa kali. Namun hasilnya tetap nihil. “Ini pasti kerjaan Harris,” ujarnya, ia mendengus kesal.Tuan Besar itu lantas bangun dari kursinya dan berjalan menuju pintu, ia membukanya dengan kasar. Dengan langkah tegap ia berjalan menuju ke ruang kerja Harris yang ada di lantai dua. “Menganggu saja urusan orang tua,” gumamnya.Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, pria paruh baya itu membuka pintu kerja anaknya dan menghidupkan lampu. Nyatanya ruangan berukuran 4x4 meter itu kosong, tak ada Harris di sana. Semua perangkat komputer pun mati.“Pasti dia mengakses dari kamar tidurnya,” batin pria beruban itu. Tuan Besar itu kemudian berpindah tempat, ia menuju ke kamar Harris dan Anin. Padahal kenyataannya Harris sedang ada di luar, lelaki muda itu sedang bertanya kep
“Kamu memanfaatkan kebaikanku, Mas,” gerutu Anin, wajahnya berubah menjadi cemberut. Harris tertawa melihat ekspresi Anin, usahanya untuk menjahili Anin berhasil. Kedatangan Anin dan apa yang dilakukan perempuan itu mampu membuat dirinya lebih rileks.“Terima kasih sayang sudah menghiburku,” kata Harris, ia mengacak rambut Anin gemas.“Sama-sama, Mas. Ayo kita masuk ke dalam,” ajak Anin namun Harris menolaknya, lelaki itu masih ingin berada di dalam mobilnya.“Kita di sini saja, sayang,” tolak Harris.“Aku mau masuk ke dalam, aku tidak mau di sini lama-lama. Takuut,” ujar Anin, ia bergegas keluar. Sekali lagi Harris tertawa karena reaksi polos Anin, ia tahu maksud kata takut yang diucapkan oleh Anin adalah takut pada dirinya yang sewaktu-waktu bisa menjadi ‘liar’Harris kemudian menyusul Anin, ia keluar dari mobilnya dan melangkah masuk ke dalam rumah melalui taman samping. Salah satu tujuannya adalah melihat apa yang dilakukan ayahnya di dalam ruang kerjanya.Sayang, niat Harris tida
“Kenapa Ibu bisa seyakin itu? Bisa saja ayah pergi bersama temannya atau rekanan bisnisnya, Bu,” timpal Harris.“Memang benar, teman wanitanya,” sahut sang Ibu, Anin hanya menundukkan kepalanya. Ia tahu mengapa Ibu Harris sangat yakin akan hal itu karena Anin melihatnya secara langsung, di toko perhiasan.Pembicaraan tentang Tuan Setya terhenti karena asisten rumah tangga mereka memberitahu jika ada makanan pesanannya sudah datang. Ketiganya pun segera bergerak menuju ruang makan. Dilihatnya dua asisten lainnya sedang menata meja makan.“Kita makan sama-smaa, mbok. Ayo semuanya duduk sini,” ajak Nyonya Besar itu pada seluruh pegawainya. “Harris, panggil kedua supir dan security kita,” imbuhnya. Harris segera melaksanakan apa yang ibunya perintahkan. Moment ini benar-benar jarang terjadi.Kini semua orang sudah berkumpul di meja makan, mereka menikmati makanan yang sama dengan apa yang dimakan oleh majikannya. Suasana makan malam tersebut penuh kehangatan dan canda tawa. Mereka bisa me
“Kamu bilang apa tadi, Ris?” ujar lelaki paruh baya itu pada anaknya.“Aku tidak bilangapapun,” jawab Harris. Sebenarnya ia bisa saja mengulangi perkataannya namun mengingat hari sudah larut malam dan semua orang sudah beristirahat maka ia tak ingin memperpanjang masalahnya.“Jaga ucapanmu,” sambuh Tuan Besar itu, ia lantas meneruskan langkah masuk ke dalam kamar.“Dia menyuruhku menjaga ucapanku sedangkan dia tak menjaga sikapnya,” batin Harris, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan kesal. Suasana hatinya berubah secepat itu, semua karena ayahnya. Harris segera merebahkan dirinya di sofa yang empuk, tubuhnya lelah begitu pula dengan pikirannya. Tak perlu menunggu lama ia langsung tertidur.Ketika Harris sudah tertidur pulas, tiba-tiba saja Anin bangun. Ia mendapati lelaki itu tidur tanpa menggunakan selimut. Ia lantas turun dari ranjangnya, mengambil selimut yang biasa dipakai Harris kemudian menyelimuti pria yang dicintainya itu.Anin tak kembali naik ke ranajng melainkan pergi
Di tempat yang sama Anin juga sedang menatap cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya. Ia kembali bersabar untuk meresmikan hubungannya dengan Harris. “Tenang saja sayang, aku masih bersabar menantikan hari bahagia kita,” batinnya. Seakan ia mendengar suara hati Harris di kantornya.Suara Bhima mengalihkan pandangan Anin, ia tersadar ada bayi mungil yang harus diurusnya sekarang. Ternyata diapers bayi laki-laki itu penuh, dengan telaten Anin menggantinya, menghilang ruam di kaki anaknya. Setelah itu ia kembali menyusui Bhima, anaknya itu terlihat masih mengantuk.Tak hanya Bhima saja yang mengantuk, sang kakek juga merasakan yang sama. Ia hampir menabrak kendaraan lain karena tiba-tiba merasakan kantuk yang hebat. Perjalanannya menuju rumah kekasihnya terpaksa terhenti, ia harus menepi di rest area sebentar.“Aku bisa kecelakaan jika diteruskan,” gumamnya. Lelaki paruh baya itu akhirnya mencari rest area terdekat di jalan tol tersebut. Untungnya lokasi tempat peristirahatan
“Sejak kapan Ibu ada di situ?” tanya Harris yang terkejut melihat Ibunya berdiri di depan kamarnya.“Baru saja, memangnya kenapa?” tanya wanita paruh baya itu balik padanya. Harris menggelengkan kepalanya cepat. Tak percaya dengan anaknya, Nyonya Besar itu merangsek masuk. Ia hendak bertanya pada Anin. Tetapi melihat Anin yang tertidur, wanita itu lantas membatalkannya.“Ibu mau bicara dengan Anin?” tanya Harris.“Tidak, biarkan dia tidur. Kasian Anin lelah mengurus Bhima,” ujarnya. Sebenarnya Anin terbangun karena mendengar percakapan Harris dan Ibunya. Ia ingin membalikkan tubuhnya tetapi diurungkan ketika mendengar Ibu Haris tak ingin berbicara dengannya. Anin lantas berpura-pura tidur.“Ada sesuatu yang ingin Ibu tanyakan padaku? Maksud Harris, ada apa ibu ke kamar kami,” tanya Harris pada ibunya.“Ibu hanya ingin melihat Bhima saja, soalnya tadi dia menangis begitu kencang. Ibu takut terjadi sesuatu padanya,” jawab sang Ibu.“Bhima baik-baik saja kok Bu, terima kasih ya sudah men
“Benar Bu. Karena kami belum menikah secara hukum,” jawab Harris, di dalam hatinya ia merasa bingung dengan nada bicara ibunya. Namun ia tak menunjukkannya di depan Anin, lelaki itu takut moment bahagia yang sedang mereka rasakan menjadi hilang. “Ada apa Bu?”“Pernikahan akan digelar dalam waktu dekat ini?”“Tentu tidak Bu, kami akan laksanakan setelah situasinya membaik,” ujar Harris, ia kini tahu kenapa sang Ibu bersikap demikian. Harris juga sadar akan situasi yang terjadi pada orangtuanya begitu pula pada Anin.Sang Ibu menyuruh mereka untuk segera pulang karena Bhima terus menangisi mencari ibunya. Anin menjadi khawatir, ia ingin cepat-cepat bertemu dengan anaknya. Beruntungnya Anin, karena Harris tahu jalan alternatif yang lebih dekat dan tidak terkena macet. Ditambah lagi dengan kemampuan mengendarai mobil lelaki itu yang baik.Tak ada percakapan diantara keduanya selama perjalanan tersebut, Harris fokus mengemudi karena jalur yang mereka lewati berbatu dan banyak belokan. Teta
“Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Mas?” tanya Anin, ia mencurigai Harris yang tersenyum sembari mengendarai mobilnya. “Mas ...”“Kenapa sih sayang?” tanya Harris pura-pura tak tahu.“Kamu yang kenapa, Mas? Dari tadi senyum-senyum sendiri,” jawab Anin, suara berubah. Harris merasa jik Anin sudah mulai kesal dengannya. Ia pun mencoba menjelaskan jika alasan tersenyum untuk menutupi rasa gugupnya.“Kamu merasa gugup ‘kan sayang? Tanpa alasan yang jelas,” sahut Harris. Anin mengiyakan apa kata lelaki itu, ia juga sempat merasakan gugup tadi. “Aku menutupi rasa gugupku dengan memikirkan hal-hal lucu, sayang.”Tak terasa mereka sampai di tempat tujuan, Harris mencari tempat parkir yang pas. Lelaki itu turun lebih dahulu untuk membuka pintu mobil untuk Anin. Kini kedua orang di mabuk cinta itu mulai masuk ke dalam restoran yang sudah Harris booking tersebutPramusaji mengarahkan keduanya menuju sebuah ruang privat, Anin terkejut karena mereka makan di ruangan yang tertutup. “Kita makan di
Anin beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju pintu. Ia penasaran siapa yang mengetuk pintu kamarnya seperti itu. Tangan kurusnya memegang gagang pintu stainless tersebut lalu menariknya ke dalam. Perlahan pintu terbuka dan terlihat jelas siapa yang berdiri di depan Anin sekarang.“Ayah ...” gumam Anin, ia terkejut melihat lelaki paruh baya itu menemuinya. “Ada perlu apa ayah ke mari?” tanya Anin.“Aku ingin menanyakan sesuatu padamu,” jawab Tuan Besar. “Kau pernah melihatku pergi dengan seseorang bukan,” imbuhnya.Degh!Anin tercekat mendengar hal tersebut, ia tak menyangka jika ayah Harris ternyata melihat dirinya menguntit mereka. Namun Anin memilih untuk berbohong, ia bepura-pura tak mengetahui hal tersebut.“Kenapa diam saja? Jawab aku!”“Anin tak mengerti maksud ayah,” ujar Anin mulai menjalankan aktingnya. Tuan Besar itu memutar bola matanya malas, ia tahu jika Anin berbohong padanya.“Jangan bohong, katakan saja sejujurnya padaku,” titahnya. Ada penekanan di setiap k
“Mas Harris mendadak diam begini, pasti hatinya kembali sakit,” gumam Anin. Ia berniat untuk menghibur Harris lagi setelah lelaki itu keluar dari kamar mandi, Sembari menunggu Harris keluar, Anin mempersiapkan baju kerja untuknya. Pagi ini Anin akan mendadani Harris dengan pakaian serba cokelat.Tak butuh ama untuk Anin menemukan padu padan yang pas. Ia berharap lelaki yang dicintainya itu suka dengan baju pilihannya. Anin kembali lagi ke ranjangnya, ia mendengar suara shower sudah berhenti, tu artinya Harris sudah selesai mandi.“Kamu menyiapkan baju untukku, sayang?” tanya Harris.“Iya sayang, kamu tidak suka ya? Mau pakai warna lain?” ujar Anin, ia lega karena Haris melihat dan bereaksi atas baju pilihannya.“Tidak, aku suka kok. Terima kasih ya sayang,” kata Harris. Ia akan memakai apapun yang disediakan olehj perempuan yang dicintainya itu. Harris lantas beralih menuju cermin yang sangat besar, ia ingin mematsikan semua benda yang diberikan oleh Anin padanya.“Ternyata aku tampa
Tuan Setya mengembalikan kertas tersebut ke tempatnya semula. Pagi ini ia sudah memantapkan hatinya untuk memberikan sebuah pengumuman penting terkait rumah tangganya dengan sang istri. Ia pergi ke lantai bawah, ada istrinya dan Anin di meja makan.“Kamu dari kamar, Mas?” tanya sang istri. Harris yang baru masuk ke dalam rumah usai memeriksa mobilnya terkejut mendengar pertanyaan sang Ibu namun ia lebih kaget lagi ketika melihat ayahnya menganggukkan kepalanya.“Ayah sembunyi di mana? Kenapa aku tak melihatnya tadi,” batin Harris.Tuan Setya langsung duduk di kursi yang biasa ditempatinya itu, ia menyadari perubahan wajah Harris namun lelaki itu mencoba bersikap tenang. Anin merasakan ketegangan di meja makan tersebut, apalagi saat ia melihat ke arah Harris. Rasanya ada hal yang ingin dikatakn olehnya.“Mari sarapan meskipun tak ada dari kita yang mandi,” ajak Nyonya Besar itu, ia mencoba mencairkan suasana. Perempuan itu paling tak suka jika ada keributan di meja makan. Anin mencoba
Jika Harris sibuk memikirkan cara untuk menikahi Anin sedangkan ayahnya baru saja pulang dari kantor pengacara. Tekadnya sudah bulat untuk berpisah dengan istrinya. Alasannya sudah ia sampaikan pada ahli hukum tersebut.Malam ini ia akan pulang ke rumah untuk menyiapkan berkas-beras yang diperlukan. Sepanjang perjalanan pulang, Pria paruh baya itu mencari cara agar bisa mempersiapkan berkas yang dibutuhkan tanpa ketahuan oleh anggota keluarganya.Jawabannya belum berhasil ditemukan tetapi pintu gerbang rumahnya sudah terlihat . “Aku akan pikirkan lagi nanti,” katanya sembari memarkirkan mobil. Ia melirik ke arah mobil Harris yang bermasalah pagi tadi Pemilik mobil mewah tersebut sedang tidur di kamarnya. Selimut yang dipakainya tadi sudah tak lagi menempel di tubuhnya. Harris jatuh tertidur ketika memikirkan hal tersebut.Rumah mewahnya tampak sepi ketika sang Tuan Besar sampai di rumahnya. Bahkan untuk masuk ke dalam, ia harus melewati taman samping. Akses yang dibuka hanyaah pintu
Tuan Setya segera turun dari lantai dua kemudian berjalan cepat menuju pintu rumahnya. Ia membukanya lalu keluar begitu saja. Tuan Besar itu bergerak ke arah mobilnya yang terparkir di halaman depan. Mesin mobil mewah tersebut sudah menyala, tanda jika pemiliknya akan pergi. Tuan Besar sepertinya akan pergi ke suatu tempat, ia mengetikkan sebuah alamat di ponselnya dan petunjuk jalan pun mulai menuntunnya. Kendaraan roda empat tersebut mulai keluar gerbang rumahnya. Tak butuh lama baginya untuk bergabung dengan kendaraan lain menambah kemacetan jalan raya saat ini. Pria paruh baya itu meuju ke suatu arah yang tak pernah dilewatinya. Butuh waktu 1,5 jam perjalanan untuk sampai di tempat tujuannya. Jika Tuan Setya membutuhkan waktu selama itu untuk sampai ke tempat tersebut. Sebaliknya sang istri hanya memerlukan waktu selama satu jam untuk membuat makanan pengganti menu makan malam. Bahkan tanpa dibantu oleh Anin atau dua asistennya yang lain, hanya dirinya dan simbok saja. “Apa yan