Diego membuka matanya dan tidak bisa melihat apapun. Hal itu membuatnya waspada dan dia berusaha bangun namun dia merasa tubuhnya lemah dan nyeri di dada kirinya. Dia mencoba menggerakkan tangannya untuk menyentuh tempat yang dirasa sakit dan tangannya menyentuh lukanya yang membuatnya semakin nyeri.Perlahan matanya mulai menyesuaikan dengan kegelapan disekelilingnya dan dia mulai bisa melihat beberapa barang. Dia mencoba fokus untuk mengenali dimana dirinya berada sekarang? Sudah berkali kali dia terbangun di berbagai tempat yang tidak diketahuinya dengan nyawa yang hanya tinggal setengah atau mungkin seperempat. Tiba tiba dia menangkap suara dengkuran halus dan menoleh untuk mencari suara itu. Disana dia melihat wanita itu sedang tertidur menghadap dirinya. Dia bisa mengenali wanita itu walaupun dalam keadaan gelap seperti ini, karena pertemuan pertama mereka juga dalam kegelapan yang kurang lebih sama. Kehidupannya yang selalu bersinggungan dengan bahaya membuatnya cepat untuk me
“Apakah kau sudah jatuh cinta padaku hingga tidak mau jauh dariku?” tanya Diego yang bingung karena Rose masih berada di ruang perawatannya.“Janga ke ge-eran. Darius mengancamku agar merawatmu sampai sembuh” jawab Rose ketus.“Oh. Dia memang sangat pengertian” kata Diego sambil tertawa, namun dia langsung meringis saat lukanya sakit karena dia tertawa. Sekarang dia tahu mengapa wanita itu tidur disini semalam dan dia bersyukur akan hal itu. Karena sulit baginya melawan Volter saat kondisinya masih lemah akibat obat bius pasca operasi.Rose hanya melirik Diego sebentar lalu kembali melihat ponselnya lagi. Dia sedang mencari berita mengenai kasus di tol semalam, tapi sepertinya sudah tidak ada berita apapun selain iklan Volle Entertainment yang sedang promosi besar besaran untuk film terbarunya. Dia meringis membayangkan besarnya kesulitan yang dia berikan pada keluarga Morin, dia nanti akan berterima kasih dan meminta maaf secara pribadi.Tok tokDarius dan Morin masuk membuka pintu i
Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang, Darius sesekali melirik Morin yang duduk tenang di sebelahnya sambil bermain ponsel. Dia khawatir karena gadis itu sekarang masih murung. “Morin” panggilnya.“Iya om” jawab Morin tanpa menoleh yang membuatnya kembali melirik gadis itu. Dalam kondisi normal, gadis itu pasti akan langsung menoleh padanya dan tersenyum.“Apa ada masalah?” tanya Darius.“Tidak” jawab Morin singkat.Dan keheningan kembali menyelimuti mereka. Darius memang menyukai ketenangan, namun kenapa sekarang rasanya ada yang salah? Sepengetahuannya, Morin selalu mengatakan apa yang dia inginkan dan yang dia tidak suka. Jadi jika gadis itu mengatakan tidak ada masalah bukankah seharusnya memang tidak ada masalah kan. Tapi kenapa dia merasa ada masalah?Darius kembali mengabaikan pikirannya dan tetap berpikir kalau Morin sedang kelelahan mental dan fisik. Apalagi semalam dia bermimpi tentang Jeffry Wirawan lagi.Setelah satu hari berlalu dan Morin masih bersikap sama, Da
“Aku tidak mau! Aku tidak mau menikah dengan om kecuali om juga mencintaiku!” teriak Morin sambil berlari keluar kamar. Darius terkejut karena penolakan Morin. Dia mengacak rambutnya dengan emosi lalu keluar untuk mengejar Morin. Namun dia sudah tidak melihat gadis itu dimanapun. Dia hanya melihat ayahnya yang menatapnya datar dan ibunya yang menghela nafas. “Dimana anak itu?” Tanya Darius. “Sepertinya pulang” jawab Rosaline sambil menunjuk pintu keluar yang terbuka. “Dia keluar sendiri?” tanya Darius panik. “Jaya langsung mengikutinya tadi” jawab Rosaline lagi. Darius langsung berlari keluar rumah untuk ke rumah adiknya yang hanya beberapa rumah dari rumah Rosaline. “Lemotnya dia lebih parah darimu” kata Rosaline sambil menatap suaminya pasrah. Setidaknya dulu saat dia diculik, suaminya akhirnya menyadari perasaannya. Lah yang ini, Morin hampir mati saja si muka datar itu tidak sadar juga! Darius memang panik dan khawatir setengah mati, tapi mengartikan kekhawatirannya itu sebag
Hari hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Morin juga sudah tidak ngambek pada Darius, tapi dia juga menjaga jarak dari pria itu. Dia sudah tersenyum saat dipanggil, tapi dia membatasi sentuhan fisik diantara mereka. Jika sebelumnya dia suka bergelayut manja di tangan omnya, maka sekarang dia sama sekali tidak menyentuh omnya. Dia juga tidak kembali menginap di rumah omahnya.Dia berusaha bersikap biasa saja walaupun dalam hatinya masih terluka. Malam itu omnya bahkan tidak menjawab kalau pria itu akan berusaha untuk mencintainya. Apakah begitu sulitnya untuk mencoba mencintainya? Padahal omnya bilang mau menikahinya.Dia menyadari kalau mereka akan segera berpisah lagi dan mungkin baru akan bertemu lagi saat dia akan mulai kuliah nanti. Seharusnya dia mempergunakan waktu sebaik baiknya untuk terus bersama omnya. Tapi dia takut, dia takut omnya akan menyakiti hatinya lagi dengan perkataannya atau bahkan keterdiaman pria itu. Dia sekarang hanya ingin melindungi hatinya. Ternyata me
Morin sedang menemani kedua adiknya bermain puzzle sambil meratap. Sudah satu minggu lebih sejak omnya pergi ke London dan omnya tidak mengabarinya sama sekali. Apa masalahnya sangat besar ya hingga omnya terlalu sibuk? Dia sengaja tidak mencari omnya karena penasaran apakah omnya akan mencarinya terlebih dahulu? dan ternyata tidak. Hal itu membuat moodnya jelek hampir seminggu ini.“Kak Morin. Pasangannya bukan disana” kata Donika, adik perempuannya yang berusia lima tahun. Anak itu mirip sekali dengan papa, yang mirip mama hanya hidung dan rambutnya saja.Morin memperhatikan adiknya itu sambil memikirkan kalau dia dan om Darius memiliki anak apakah akan mirip seperti Donika? Secara papa dan Om Darius sebenarnya mirip. Mereka terlihat berbeda karena ekspresi mereka, yang satu ramah dan suka tertawa, satunya lagi kurang ekspresi seperti kanebo kering.“Kak Morin bengong terus ih” komplain Donika saat melihat kakaknya diam lagi. “Ka Molin benong teyus ih” Erika mengulang perkataan kak
Hari hari terus berlalu dan tanpa terasa sudah satu minggu lagi terlewat. Morin masih dalam pengawasan ketat walaupun hanya untuk ke sekolah. Dia juga jarang berkomunikasi dengan omnya karena sepertinya omnya sedang sibuk, terkadang dalam satu hari omnya bisa berpindah tiga negara. Jadi mereka hanya sesekali berbalas chat yang sudah pasti sangat tidak memuaskan untuk Morin dan membuat moodnya jelek lagi. Sepertinya dia mempunyai kebiasaan baru, yaitu ngedumelin omnya sebelum tidur. Yang paling malang ada bantalnya yang suka dianggap sebagai pengganti omnya, jadilah si bantal dipukuli dan diomel omelin.Saat pulang sekolah, dia menemukan Diego dan Rose di ruang tamunya. Ternyata pria itu datang untuk pamit karena mau memulihkan diri di salah satu pulau pribadinya. Pria itu membawakan sebuah boneka kelinci berwarna abu untuknya, katanya Darius menitipkan boneka untuknya. Morin sedikit bingung tapi dia tetap menerimanya. Tapi yang membuatnya lebih bingung adalah Rose yang masih mengikut
“Hei muka datar. Kemana pemilikmu? Tidak pernah menelepon. Bahkan dia memberikan boneka dengan wajah sama kakunya dengan dirinya”“Tahu tidak, aku kan kangen. Bahkan mendengar suaranya sebentar saja sudah cukup”“Awas saja jika nanti bertemu lagi. Akan kubuat dia tidak bisa jauh jauh dariku. Kalau perlu aku cari dukun pelet paling ampuh! Ki Gandang kek, Ki Jojo kek, atau si Eang Bubur yang udah aki aja bininya puluhan. Kalau satu resep takut kurang karena si om terlalu kaku, sekalian kupakai tiga resep sekaligus. Pasti manjur!” Dasar bego! lu pikir ke dokter apa dapetnya resep? Lagian lu mau melet atau bunuh orang? Bisa mati si om dikasih tiga dosis pelet, beda empunya pula! Begitulah kira kira kalau si kelinci bisa jawab.Morin masih sibuk mengumpati omnya sambil terus menyentil boneka kelinci abu malang itu tanpa dia ketahui kalau di mata kelinci itu ada kamera yang merekam kegiatannya sejak tadi dengan kualitas gambar HD terbaik, bagian dalamnya ada lapisan waterproof sehingga tah
“Lokasi meeting akhir tahun cabang Eropa dan Amerika akan dipindah ke Volle Tower Jakarta” kata Darius pada Jimmy, asistennya di Jakarta.“Ng.. bukankah rapat akhir tahun itu tiga hari lagi Pak?” tanya Jimmy memastikan dia tidak salah tanggal. Dia bahkan sedang menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dibawa bosnya itu ke London.“Betul. Nanti kamu koordinasi dengan Raymon untuk memastikan semua peserta bisa datang tepat waktu” jawab Darius.“Baik Pak. Saya permisi dulu untuk mengatur persiapan meeting di Jakarta” pamit Jimmy. Begitu keluar ruangan bosnya, dia segera membuka komputernya dan menemukan email dari Raymond. Dia langsung sakit kepala begitu melihat isi email itu. Mampus! Ini tiga hari gak pulang juga gak kekejer!‘noted’Hanya itu balasan yang dikirimkan Jimmy pada Raymond. Dia tidak akan sanggup mengerjakan semua itu sendiri, sekarang dia harus mencari bantuan! Hanya James dan Raymond yang akan ke Jakarta, satu orang harus tetap berada di London untuk memastikan disana s
Semenjak menikah, Darius dan Morin tinggal di rumah Rosaline. Jika ada yang keperluan atau meeting, Darius baru akan berangkat ke London, itupun dengan membawa Morin bersamanya. Dan sekarang dia harus menghadiri rapat akhir tahun dan Morin baru melahirkan satu minggu, jadi tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke London. “Apakah ada masalah beer?” tanya Morin yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Dia memperhatikan suaminya yang sejak tadi mengerutkan alis sambil melihat layar ponselnya. “Tiga hari lagi ada rapat akhir tahun yang harus aku hadiri di London” jawab Darius. “Oh. Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Morin. Dia menatap suami tercintanya sendu. Semenjak menikah mereka selalu bersama, walaupun itu baru tujuh bulan ini. Jika sekarang suaminya harus berangkat ke London, berarti mereka akan terpisah beberapa hari. Sekali perjalanan saja memakan waktu enam belas jam. Jadi berangkat - meeting - pulang saja memakan waktu paling cepat tiga hari. Itu kalau meeting satu ha
Jenny cemberut saat menatap layar ponsel mahalnya yang untuk kesekian kalinya hilang signal. Sudah tiga bulan dia berada di pengasingannya dan tidak ada yang bisa dia kerjakan selain bermain game di ponselnya atau berkuda.Dia baru menerima kabar kalau Morin, sahabatnya baru saja melahirkan. Namun sejak tadi dia kesulitan untuk menghubungi sahabatnya itu untuk mengucapkan selamat. Itu semua karena signal di tempat ini yang lebih suka off daripada on. Jangankan jaringan internet, operator telepon saja lebih sering diluar jangkauan.Sepertinya dia harus berkuda hingga keluar hutan ini agar mendapatkan signal. Setidaknya ada perkampungan di dekat sini dan dia bisa kesana untuk mendapatkan signal agar bisa menelepon. Dekat sini yang dimaksud adalah satu jam berkuda, benar benar penderitaan untuknya.Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian berkuda dan meminta pelayan disana menyiapkan kudanya. Bahkan sekarang dia sudah mahir berkuda. Dulu saat pertama kali tiba di hutan ini, dia hampir gil
BRAKPintu ruang perawatan Morin dibanting terbuka dan Sissy masuk dengan tergesa. Dia bahkan tidak memperhatikan Darius yang menatapnya dingin dari sofa karena mengganggu ketenangan di ruangan itu.“Morin, kau harus membantuku” teriak Sissy panik.“Sissy, aku baru melahirkan” komplain Morin dari ranjang perawatannya. Dia sekarang sedang menepuk bokong bayinya untuk menenangkan si baby yang baru selesai menyusu agar tidak terkejut.“Oh iya. Baiklah, kuulang dulu ya” kata Sissy. Dia berbalik dan berjalan keluar kamar.Tok tokCeklek“Hai Morin. Bagaimana keadaanmu? Ah si baby lagi menyusu. Lucu sekali” kata Sissy ceria sambil berjalan mendekati ranjang Morin.“Aku baik. Iya, baby Clayson sangat menggemaskan, apalagi saat dia sedang memperhatikan orang” jawab Morin ceria. Darius yang memperhatikan interaksi Morin dan Sissy lalu menggelengkan kepala dan berjalan keluar kamar perawatan itu. Bagaimana bisa satu kejadian diulang seperti sedang syuting film? Morin dan Sissy memang sahabat ab
Darius duduk dengan gelisah di depan ruang bersalin. Morin memilih untuk melahirkan dengan cara operasi caesar karena kata dokter bayinya besar. Operasi baru dimulai lima menit yang lalu dan paling lama setengah jam lagi dia sudah bisa melihat anaknya yang kata dokter berjenis kelamin laki laki. Semua anggota keluarga Hartadi juga menunggu disana. Tapi melihat wajah tegang Darius yang terlihat seperti ingin memakan orang, tidak ada yang berniat mengajak pria itu bicara. Mereka semua menunggui operasi itu dan berdoa agar operasi berjalan lancar. Di dalam ruang operasi, dokter ginekologi sedang menjahit bekas operasi di perut Morin setelah mengeluarkan bayi berjenis kelamin laki laki. Sekarang bayi itu sedang dibersihkan oleh dokter anak. Ruang bersalin itu menjadi tegang karena si bayi tidak kunjung menangis. Dokter anak sudah membalik tubuh bayi itu dan menepuk bokongnya untuk mendapatkan respon bayi itu. Namun bukannya menangis, bayi itu malah membuka matanya dan menatap tidak suka
“Ijsbeer” panggil Morin sambil mengguncang tubuh Darius yang masih tidur. “Ya Morin?” tanya Darius sambil mengucek matanya. Dia melihat kalau diluar masih gelap. “Aku ingin makan pai daging” kata Morin lagi. “Sekarang?” tanya Darius bingung. “Iya” jawab Morin. “Dimana pai daging yang buka jam segini?” tanya Darius sambil melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi. “Tapi aku mau” kata Morin manja. “Baiklah aku akan bangunkan koki untuk membuatnya” jawab Darius sambil turun dari ranjang. “Ga mau itu. Maunya yang dijual di pasar malam di London saat natal” kata Morin lagi yang membuat Darius menatap istrinya dengan alis berkerut dalam. “Morin, sekarang bulan Mei, Desember masih enam bulan lagi. Kau tahu sendiri kalau pai daging itu hanya dijual saat natal” kata Darius bingung. Mengapa juga Morin tiba tiba aneh begini? Membangunkannya untuk meminta pai daging yang dijual saat natal sekarang. “Tapi aku kepingin banget” jawab Morin sambil menatap suaminya dengan puppy eyesnya yang
Kalimat itu seperti bom bagi Fiona, dia langsung menoleh pada mantan suaminya dan baru menyadari kalau banyak lebam dan bekas luka baru di wajah pria itu. Tangan pria itupun terluka karena dia melihat perban melapisi tangan pria itu. “A-apa maksudmu?” tanya Fiona pucat pada Rizky. “Aku tidak bisa melihatmu menderita seperti ini Fiona. Aku tahu kau fobia gelap dan anak kita membutuhkanmu. Biar aku menggantikanmu” jawab Rizky sambil memegang tangan Fiona. “Mengapa kau terluka” selidik Fiona. “Dia berusaha menyandera istriku agar aku membatalkan tuntutannya padamu. Dan Rizky pasti sudah berada dalam kubur sekarang jika istriku tidak menahanku” jawab Darius. Jawaban Darius membuat Fiona semakin pucat. “Dasar bodoh! Untuk apa kau lakukan itu! Sudah kubilang aku tidak bisa mencintaimu!” omel Fiona panik. Dia mulai menangis karena ketakutan, takut jika pria itu mati karenanya. Mengapa Rizky begitu bodoh! Dia sudah bilang berkali kali kalau dia tidak bisa mencintai pria itu! Pria itu terl
sekolahnya. Semua berita sudah di setting sesuai dengan rencana yang mereka buat, karena interview pun hanya dilakukan oleh Volle Magazine. Morin sekarang selalu dikawal beberapa bodyguard jika akan keluar, dikarenakan masih sangat banyak wartawan yang berusaha mengejarnya untuk mendapatkan berita. Sekarang satu minggu sejak resepsi pernikahannya, Morin sedang berkumpul dengan squad lengkapnya di ruang VIP sebuah restoran, mumpung Rose dan Lisa juga masih di Jakarta. Mereka semua menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi? Setelah ini Morin akan ikut suaminya ke Inggris dan Jenny akan diasingkan ayahnya. Hanya Sissy si pengangguran yang sedang membujuk Rose untuk mengajaknya ke Italia untuk memoduskan Garry Kean. Sedangkan Jisoo, wanita itu memang sudah memiliki keluarga sendiri dan dia juga bisa bertemu Morin di London jika Om Gavin ada pekerjaan disana. Mereka sedang bersenda gurau dengan heboh saat mendengar suara pistol di kokang, yang me
Morin merencanakan resepsi pernikahan dibantu oleh Monika, Eloisa dan Rosaline. Rasanya tidak mungkin meminta Darius membantu menyusun acara resepsi. Dan sesuai dengan perkiraan Darren, resepsi akan dilakukan di resort terbaru Rosaline yang berbentuk kastil di kepulauan seribu yang menjadi hadiah pernikahan mereka.Darius hanya sekali ikut campur dalam hal ini, yaitu pada saat memilih gaun untuk resepsi. Morin tidak boleh menggunakan gaun yang agak terbuka, jangankan terlihat belahan dada, bahu dan punggung saja tidak boleh. Jadilah Morin menggunakan gaun yang tertutup dari atas sampai bawah. Untung bentuk tubuhnya belum banyak berubah, tubuhnya masih terlihat indah walau ditutup semua.“Morin, kamu yakin mau menikah dengan kak Darius?” tanya Monika khawatir yang membuat Morin mengerjapkan matanya bingung.“Kau pun tahu dia sudah menikah dengan Darius” jawab Rosaline sambil tertawa. Dia mengerti kekhawatiran Monika, melihat begitu posesifnya Darius pasti mengingatkannya pada Jeffry Wi