“Hallo Tuan Justin Ludovic ” sapa wanita itu. Diego terkejut saat mengenali siapa wanita di depannya, dan semakin terkejut saat wanita itu menyebutkan nama aslinya.
“Bagaimana kau bisa tahu namaku?” tanya Diego kaku. Pistolnya masih mengarah ke jantung wanita itu. Tidak banyak yang mengenali wajahnya dan mengetahui namanya, bahkan hanya sedikit orang di dunia hitam yang bisa bertemu dengannya.
“Cukup lama aku menunggumu, kukira kau tidak akan datang” kata wanita itu sambil tersenyum mengejek. Bahkan wanita itu tidak menutupi wajahnya, berarti dia memang sengaja menunjukkan dirinya.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Diego. Dari perkataannya berarti wanita ini memang sengaja datang mencarinya.
“Nyawamu. Bukankah aku
Darius langsung menarik kerah baju Diego dan mendorong tubuh pria itu ke tembok.“Apa yang kau lakukan pada Christine” desis Darius.“Memang apa yang terjadi padanya?” tanya Diego.“Jangan pura pura! Mengapa kau membunuhnya!” bentak Darius.“Aku tidak membunuhnya” jawab Diego sambil menyeringai.Darius menatap tajam pria di depannya, dia tahu pria itu tidak akan berbohong untuk hal semacam ini. Dia melepaskan tangannya dari pria itu. Saat Mario Fritz mengatakan Lira kecelakaan, dia sudah merasa janggal dan ketika Layna mengatakan kalau dia terkena musibah, dia merasa ada yang tidak beres. Sekarang temannya memberitahu kalau Christine meninggal karena jatuh dari jurang. Tidak mungkin tiga kejadian di satu waktu itu sebuah kebetulan, apalagi semua wanita itu berhubungan dengan kejadian satu kejadian.“Sudah kukatakan jangan ikut campur urusan keluargaku jika aku tidak memintanya
“Apa yang Morin katakan padamu?” tanya Donny setelah Darius dan Morin keluar dari ruangannya. “Nanti Volle Magazine akan diijinkan meliput pernikahan mereka dan dia pastikan kak Darius tidak akan menolak” jawab Darren sambil menyeringai. “Banyak sekali akal anak itu” kata Donny terkekeh. “Kira kira itu kapan ya?” tanya Darren. “Kau tahu apa reaksi Monika saat aku memberitahunya soal sugar baby itu” tanya Donny tiba tiba. “Dia mengamuk” jawab Darren. Dia tahu betapa protektifnya Monika pada Morin. “Dia tertawa” jawab Donny. “Dia terlalu syok sampai…?” belum sempat Darren menyelesaikan kalimatnya, kepalanya sudah di jitak Donny. “Jangan bicara sembarangan” omel Donny. “Lah, jadi?” tanya Darren bingung. “Jadi gini…” Donny mulai menceritakan percakapannya dengan Monika beberapa hari lalu saat dia menunjukkan tangkapan layar dari ponsel Darren tentang Morin yang jadi sugar baby. > “Morin jadi sugar baby Kak Darius?” tanya Monika dengan alis berkerut. > “Aku belum bertanya padany
Morin tidak berkata apapun saat dirinya ditarik Darius ke ruangan pria itu. Walaupun dia tidak menolak ataupun berontak, tapi dia juga tidak mau melihat pria itu. “Bukankah sudah kukatakan untuk menjaga jarak dari pria” kata Darius kaku begitu dia menutup pintu. Morin hanya melirik omnya lalu mengabaikan pria itu. Dia bermaksud keluar dari ruangan itu dan ke toilet untuk memperbaiki riasannya. Namun tangannya ditahan Darius saat dia mau membuka pintu.“Siapa yang mengijinkanmu pergi” kata Darius. Suaranya sarat peringatan. Morin kembali melirik omnya itu lalu melengos.“Apa aku juga harus ijin kalau mau ke toilet?” tanya Morin datar.“Gunakan toilet di sana” tunjuk Darius ke kamar pribadinya.“Tidak perlu. Morin bisa pakai toilet di luar saja” jawab Morin tanpa mau melihat omnya dan berusaha menarik tangannya dari cekalan omnya.Darius mengertakan giginya lalu menarik paksa Morin untuk masuk ke kamar pribadinya dan mendorong gadis itu untuk masuk ke toilet. Tapi gadis itu berhenti d
“Hm.. Darius, aku kesini hanya untuk memberitahu kalau nanti malam aku akan ikut makan malam di rumahmu” kata Diego menyadari sekarang waktunya membiarkan kedua orang itu menyelesaikan urusan bakar bakaran ini.“Oh itu bagus sekali. Sudah lama tidak ada tamu di rumah. Kurasa aku harus segera pulang dan memasak. Darius, bereskan sisa pekerjaanku ya” perintah Rosaline.“Donny, Darren kembali ke kantor kalian. Jangan mengganggu Darius dan Morin bekerja. Banyak yang harus dia selesaikan hari ini. Apalagi dia harus pulang tepat waktu” lanjut Rosaline mengatur putra putranya.“Iya ma” jawab Darren dan Donny bersamaan dan mengikuti Rosaline dan Diego yang sedang mengobrol mengenai menu makan malam sambil berjalan keluar ruangan itu.Setelah Donny menutup pintu ruang kerja Darius, obrolan mereka kembali serius.“Apakah Morin pernah seperti ini di London?” tanya Rosaline pada Diego.“Tidak sampai semengerikan ini. Dia hanya pernah menjambak dan mendorong wanita yang tiba tiba memeluk Darius” j
Darius dan Morin langsung kembali ke mode kerja mereka. Karena baginda ratu sudah bertitah, maka mereka harus mematuhi. Mereka harus tiba di rumah sebelum jam makan malam. Mereka tiba di rumah Rosaline jam tujuh kurang lima menit. Pas lima menit sebelum acara makan malam. Selain mereka, semua sudah duduk di meja makan termasuk para anak anak. Pelayan sedang menata makanan di meja. Seperti permintaan Diego pada Rosaline untuk memasak, menu hari ini adalah masakan Italy.“Ah, pizza kesukaanku” kata Morin saat duduk di kursinya dan melihat menu diatas meja. Ternyata sekarang tempat duduknya berada di sebelah om tercintanya yang sekarang sudah melepaskan jas dan dasinya.“Kau yakin tidak mau menikah denganku bella? Aku bisa memasakkannya untukmu setiap hari” kata Diego yang baru datang dari dapur membawa lasagna yang baru matang.“Tidak” jawab ketiga kakak beradik itu serempak, lagi.“Sepertinya aku melamar wanita, tapi yang menjawab pria” kata Diego tertawa sambil meletakkan lasagna itu
“Itu artinya dia mengatakan kalau dia akan baik baik saja, jadi jangan mengganggu mereka apapun yang terjadi” kata Monika menjawab kebingungan mereka, yang langsung menjadi pusat perhatian di meja itu. Semua orang menatapnya penasaran.“Apa maksudmu sayang?” tanya Donny menyipitkan matanya menatap istrinya curiga.“Ini bukan pertama kalinya aku melihat ekspresi seperti itu” jawab Monika.“Monika..” panggil Donny penuh peringatan. Apakah sebelumnya istrinya ini pernah membiarkan Morin melakukan hal hal gila semacam tadi dengan pria lain? Reaksi istrinya itu seakan ini bukanlah hal yang besar, padahal dirinya sudah hampir melompat dari kursinya untuk membantu putrinya itu sebelum melihat seringai mencurigakan Morin.“Tenang saja Don. Kita lihat berapa lama kak Darius akan keluar dari kamar Morin dengan wajah frustasi” jawab Monika santai.“Siapa sebelumnya yang seperti itu?” tanya Darren."Edward Wallace. Mariska membuat pria itu setengah gila setelah pria itu keluar dari kamarnya malam
klikDarius menurunkan Morin setelah dia mengunci pintu kamar gadis itu dan memasukkannya ke saku, memastikan gadis nakal ini tidak bisa tiba tiba kabur. Dia memegangi kedua lengan atas gadis itu saat Morin limbung karena tubuhnya tidak seimbang akibat baru kembali menginjak tanah lagi.“Kau tidak apa apa?” tanya Darius yang membuat Morin langsung mendelik pada pria itu.“Om pikir saja sendiri” kata Morin jutek. Tangannya sekarang masih belum bisa digerakan karena masih terikat baju omnya, dia merasa jadi mirip tahanan.Darius membalik tubuh Morin dan membuka ikatan dari kemejanya, namun ternyata itu adalah sebuah kesalahan karena di depan mereka ada kaca seukuran tubuh yang langsung memantulkan tubuh Morin karena kemejanya hanya tersampir di bahu gadis itu. Yang paling menantang adalah bra berwarna merah itu, yang bisa membuat pikiran pria normal manapun traveling kemana mana, apalagi ukuran aset Morin itu cukup fantastis. Darius
“Bagaimana tidurmu bella?” tanya Diego saat Morin menghampirinya di pantry setelah makan siang.“Sangat baik” jawab Morin sambil tersenyum lebar.“Berbanding terbalik dengan Darius yang sepertinya tidak bisa tidur sepanjang malam” kata Diego sambil tertawa dan dibalas dengan seringai licik Morin.“Om kemana ya?” tanya Morin penasaran. Dia melihat mood omnya itu sangat buruk hingga tidak ada yang berani berbicara saat sarapan. Pria itu bahkan tidak mau menatapnya sama sekali walaupun dia duduk di sebelah omnya itu. Dan begitu selesai sarapan, omnya langsung pergi. Pria itu juga tidak kembali saat makan siang.Sekarang dia sedang di pantry bersama Diego yang sepertinya semalam menginap karena dia menemukan pria itu sudah duduk di meja sarapan tadi pagi.Papa, mama dan Om Darren sekeluarga sudah pulang dari semalam sepertinya.Pria itu sekarang sedang menyiapkan perlengkapan untuk membuat kue
“Lokasi meeting akhir tahun cabang Eropa dan Amerika akan dipindah ke Volle Tower Jakarta” kata Darius pada Jimmy, asistennya di Jakarta.“Ng.. bukankah rapat akhir tahun itu tiga hari lagi Pak?” tanya Jimmy memastikan dia tidak salah tanggal. Dia bahkan sedang menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dibawa bosnya itu ke London.“Betul. Nanti kamu koordinasi dengan Raymon untuk memastikan semua peserta bisa datang tepat waktu” jawab Darius.“Baik Pak. Saya permisi dulu untuk mengatur persiapan meeting di Jakarta” pamit Jimmy. Begitu keluar ruangan bosnya, dia segera membuka komputernya dan menemukan email dari Raymond. Dia langsung sakit kepala begitu melihat isi email itu. Mampus! Ini tiga hari gak pulang juga gak kekejer!‘noted’Hanya itu balasan yang dikirimkan Jimmy pada Raymond. Dia tidak akan sanggup mengerjakan semua itu sendiri, sekarang dia harus mencari bantuan! Hanya James dan Raymond yang akan ke Jakarta, satu orang harus tetap berada di London untuk memastikan disana s
Semenjak menikah, Darius dan Morin tinggal di rumah Rosaline. Jika ada yang keperluan atau meeting, Darius baru akan berangkat ke London, itupun dengan membawa Morin bersamanya. Dan sekarang dia harus menghadiri rapat akhir tahun dan Morin baru melahirkan satu minggu, jadi tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke London. “Apakah ada masalah beer?” tanya Morin yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Dia memperhatikan suaminya yang sejak tadi mengerutkan alis sambil melihat layar ponselnya. “Tiga hari lagi ada rapat akhir tahun yang harus aku hadiri di London” jawab Darius. “Oh. Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Morin. Dia menatap suami tercintanya sendu. Semenjak menikah mereka selalu bersama, walaupun itu baru tujuh bulan ini. Jika sekarang suaminya harus berangkat ke London, berarti mereka akan terpisah beberapa hari. Sekali perjalanan saja memakan waktu enam belas jam. Jadi berangkat - meeting - pulang saja memakan waktu paling cepat tiga hari. Itu kalau meeting satu ha
Jenny cemberut saat menatap layar ponsel mahalnya yang untuk kesekian kalinya hilang signal. Sudah tiga bulan dia berada di pengasingannya dan tidak ada yang bisa dia kerjakan selain bermain game di ponselnya atau berkuda.Dia baru menerima kabar kalau Morin, sahabatnya baru saja melahirkan. Namun sejak tadi dia kesulitan untuk menghubungi sahabatnya itu untuk mengucapkan selamat. Itu semua karena signal di tempat ini yang lebih suka off daripada on. Jangankan jaringan internet, operator telepon saja lebih sering diluar jangkauan.Sepertinya dia harus berkuda hingga keluar hutan ini agar mendapatkan signal. Setidaknya ada perkampungan di dekat sini dan dia bisa kesana untuk mendapatkan signal agar bisa menelepon. Dekat sini yang dimaksud adalah satu jam berkuda, benar benar penderitaan untuknya.Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian berkuda dan meminta pelayan disana menyiapkan kudanya. Bahkan sekarang dia sudah mahir berkuda. Dulu saat pertama kali tiba di hutan ini, dia hampir gil
BRAKPintu ruang perawatan Morin dibanting terbuka dan Sissy masuk dengan tergesa. Dia bahkan tidak memperhatikan Darius yang menatapnya dingin dari sofa karena mengganggu ketenangan di ruangan itu.“Morin, kau harus membantuku” teriak Sissy panik.“Sissy, aku baru melahirkan” komplain Morin dari ranjang perawatannya. Dia sekarang sedang menepuk bokong bayinya untuk menenangkan si baby yang baru selesai menyusu agar tidak terkejut.“Oh iya. Baiklah, kuulang dulu ya” kata Sissy. Dia berbalik dan berjalan keluar kamar.Tok tokCeklek“Hai Morin. Bagaimana keadaanmu? Ah si baby lagi menyusu. Lucu sekali” kata Sissy ceria sambil berjalan mendekati ranjang Morin.“Aku baik. Iya, baby Clayson sangat menggemaskan, apalagi saat dia sedang memperhatikan orang” jawab Morin ceria. Darius yang memperhatikan interaksi Morin dan Sissy lalu menggelengkan kepala dan berjalan keluar kamar perawatan itu. Bagaimana bisa satu kejadian diulang seperti sedang syuting film? Morin dan Sissy memang sahabat ab
Darius duduk dengan gelisah di depan ruang bersalin. Morin memilih untuk melahirkan dengan cara operasi caesar karena kata dokter bayinya besar. Operasi baru dimulai lima menit yang lalu dan paling lama setengah jam lagi dia sudah bisa melihat anaknya yang kata dokter berjenis kelamin laki laki. Semua anggota keluarga Hartadi juga menunggu disana. Tapi melihat wajah tegang Darius yang terlihat seperti ingin memakan orang, tidak ada yang berniat mengajak pria itu bicara. Mereka semua menunggui operasi itu dan berdoa agar operasi berjalan lancar. Di dalam ruang operasi, dokter ginekologi sedang menjahit bekas operasi di perut Morin setelah mengeluarkan bayi berjenis kelamin laki laki. Sekarang bayi itu sedang dibersihkan oleh dokter anak. Ruang bersalin itu menjadi tegang karena si bayi tidak kunjung menangis. Dokter anak sudah membalik tubuh bayi itu dan menepuk bokongnya untuk mendapatkan respon bayi itu. Namun bukannya menangis, bayi itu malah membuka matanya dan menatap tidak suka
“Ijsbeer” panggil Morin sambil mengguncang tubuh Darius yang masih tidur. “Ya Morin?” tanya Darius sambil mengucek matanya. Dia melihat kalau diluar masih gelap. “Aku ingin makan pai daging” kata Morin lagi. “Sekarang?” tanya Darius bingung. “Iya” jawab Morin. “Dimana pai daging yang buka jam segini?” tanya Darius sambil melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi. “Tapi aku mau” kata Morin manja. “Baiklah aku akan bangunkan koki untuk membuatnya” jawab Darius sambil turun dari ranjang. “Ga mau itu. Maunya yang dijual di pasar malam di London saat natal” kata Morin lagi yang membuat Darius menatap istrinya dengan alis berkerut dalam. “Morin, sekarang bulan Mei, Desember masih enam bulan lagi. Kau tahu sendiri kalau pai daging itu hanya dijual saat natal” kata Darius bingung. Mengapa juga Morin tiba tiba aneh begini? Membangunkannya untuk meminta pai daging yang dijual saat natal sekarang. “Tapi aku kepingin banget” jawab Morin sambil menatap suaminya dengan puppy eyesnya yang
Kalimat itu seperti bom bagi Fiona, dia langsung menoleh pada mantan suaminya dan baru menyadari kalau banyak lebam dan bekas luka baru di wajah pria itu. Tangan pria itupun terluka karena dia melihat perban melapisi tangan pria itu. “A-apa maksudmu?” tanya Fiona pucat pada Rizky. “Aku tidak bisa melihatmu menderita seperti ini Fiona. Aku tahu kau fobia gelap dan anak kita membutuhkanmu. Biar aku menggantikanmu” jawab Rizky sambil memegang tangan Fiona. “Mengapa kau terluka” selidik Fiona. “Dia berusaha menyandera istriku agar aku membatalkan tuntutannya padamu. Dan Rizky pasti sudah berada dalam kubur sekarang jika istriku tidak menahanku” jawab Darius. Jawaban Darius membuat Fiona semakin pucat. “Dasar bodoh! Untuk apa kau lakukan itu! Sudah kubilang aku tidak bisa mencintaimu!” omel Fiona panik. Dia mulai menangis karena ketakutan, takut jika pria itu mati karenanya. Mengapa Rizky begitu bodoh! Dia sudah bilang berkali kali kalau dia tidak bisa mencintai pria itu! Pria itu terl
sekolahnya. Semua berita sudah di setting sesuai dengan rencana yang mereka buat, karena interview pun hanya dilakukan oleh Volle Magazine. Morin sekarang selalu dikawal beberapa bodyguard jika akan keluar, dikarenakan masih sangat banyak wartawan yang berusaha mengejarnya untuk mendapatkan berita. Sekarang satu minggu sejak resepsi pernikahannya, Morin sedang berkumpul dengan squad lengkapnya di ruang VIP sebuah restoran, mumpung Rose dan Lisa juga masih di Jakarta. Mereka semua menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi? Setelah ini Morin akan ikut suaminya ke Inggris dan Jenny akan diasingkan ayahnya. Hanya Sissy si pengangguran yang sedang membujuk Rose untuk mengajaknya ke Italia untuk memoduskan Garry Kean. Sedangkan Jisoo, wanita itu memang sudah memiliki keluarga sendiri dan dia juga bisa bertemu Morin di London jika Om Gavin ada pekerjaan disana. Mereka sedang bersenda gurau dengan heboh saat mendengar suara pistol di kokang, yang me
Morin merencanakan resepsi pernikahan dibantu oleh Monika, Eloisa dan Rosaline. Rasanya tidak mungkin meminta Darius membantu menyusun acara resepsi. Dan sesuai dengan perkiraan Darren, resepsi akan dilakukan di resort terbaru Rosaline yang berbentuk kastil di kepulauan seribu yang menjadi hadiah pernikahan mereka.Darius hanya sekali ikut campur dalam hal ini, yaitu pada saat memilih gaun untuk resepsi. Morin tidak boleh menggunakan gaun yang agak terbuka, jangankan terlihat belahan dada, bahu dan punggung saja tidak boleh. Jadilah Morin menggunakan gaun yang tertutup dari atas sampai bawah. Untung bentuk tubuhnya belum banyak berubah, tubuhnya masih terlihat indah walau ditutup semua.“Morin, kamu yakin mau menikah dengan kak Darius?” tanya Monika khawatir yang membuat Morin mengerjapkan matanya bingung.“Kau pun tahu dia sudah menikah dengan Darius” jawab Rosaline sambil tertawa. Dia mengerti kekhawatiran Monika, melihat begitu posesifnya Darius pasti mengingatkannya pada Jeffry Wi