“Itu artinya dia mengatakan kalau dia akan baik baik saja, jadi jangan mengganggu mereka apapun yang terjadi” kata Monika menjawab kebingungan mereka, yang langsung menjadi pusat perhatian di meja itu. Semua orang menatapnya penasaran.“Apa maksudmu sayang?” tanya Donny menyipitkan matanya menatap istrinya curiga.“Ini bukan pertama kalinya aku melihat ekspresi seperti itu” jawab Monika.“Monika..” panggil Donny penuh peringatan. Apakah sebelumnya istrinya ini pernah membiarkan Morin melakukan hal hal gila semacam tadi dengan pria lain? Reaksi istrinya itu seakan ini bukanlah hal yang besar, padahal dirinya sudah hampir melompat dari kursinya untuk membantu putrinya itu sebelum melihat seringai mencurigakan Morin.“Tenang saja Don. Kita lihat berapa lama kak Darius akan keluar dari kamar Morin dengan wajah frustasi” jawab Monika santai.“Siapa sebelumnya yang seperti itu?” tanya Darren."Edward Wallace. Mariska membuat pria itu setengah gila setelah pria itu keluar dari kamarnya malam
klikDarius menurunkan Morin setelah dia mengunci pintu kamar gadis itu dan memasukkannya ke saku, memastikan gadis nakal ini tidak bisa tiba tiba kabur. Dia memegangi kedua lengan atas gadis itu saat Morin limbung karena tubuhnya tidak seimbang akibat baru kembali menginjak tanah lagi.“Kau tidak apa apa?” tanya Darius yang membuat Morin langsung mendelik pada pria itu.“Om pikir saja sendiri” kata Morin jutek. Tangannya sekarang masih belum bisa digerakan karena masih terikat baju omnya, dia merasa jadi mirip tahanan.Darius membalik tubuh Morin dan membuka ikatan dari kemejanya, namun ternyata itu adalah sebuah kesalahan karena di depan mereka ada kaca seukuran tubuh yang langsung memantulkan tubuh Morin karena kemejanya hanya tersampir di bahu gadis itu. Yang paling menantang adalah bra berwarna merah itu, yang bisa membuat pikiran pria normal manapun traveling kemana mana, apalagi ukuran aset Morin itu cukup fantastis. Darius
“Bagaimana tidurmu bella?” tanya Diego saat Morin menghampirinya di pantry setelah makan siang.“Sangat baik” jawab Morin sambil tersenyum lebar.“Berbanding terbalik dengan Darius yang sepertinya tidak bisa tidur sepanjang malam” kata Diego sambil tertawa dan dibalas dengan seringai licik Morin.“Om kemana ya?” tanya Morin penasaran. Dia melihat mood omnya itu sangat buruk hingga tidak ada yang berani berbicara saat sarapan. Pria itu bahkan tidak mau menatapnya sama sekali walaupun dia duduk di sebelah omnya itu. Dan begitu selesai sarapan, omnya langsung pergi. Pria itu juga tidak kembali saat makan siang.Sekarang dia sedang di pantry bersama Diego yang sepertinya semalam menginap karena dia menemukan pria itu sudah duduk di meja sarapan tadi pagi.Papa, mama dan Om Darren sekeluarga sudah pulang dari semalam sepertinya.Pria itu sekarang sedang menyiapkan perlengkapan untuk membuat kue
“Seperti ini” bisik Diego lagi sambil mengolesi krim kue yang ada di pisau itu ke leher Rose.Mereka masih saling bertatapan dengan tajam saat sebuah suara menginterupsi mereka. “Tidak baik menggoda istri orang, Diego” kata Sissy menggoda mereka. Bagi mata awam, mereka terlihat seperti orang yang sedang bermesraan. Konsentrasi acara menguping Sissy, Jenny dan Jisoo diinterupsi karena tontonan di depan mata. Jenny tidak sengaja menoleh pada Rose karena tidak melihat wanita itu ikut menguping dan dia melihat Rose dan Diego sedang bertatapan sambil tangan Diego memegangi pergelangan tangan Rose yang sedang memegang garpu kue. Dia langsung menyikut kedua temannya untuk menonton live show yang lebih menarik daripada menguping di pintu yang sulit terdengar suaranya itu.Rose langsung memundurkan tubuhnya dan berjalan ke toilet. Wajahnya memerah karena malu terlihat oleh teman temannya seakan dia sedang bermesraan. Diego tersenyum melihat wajah wanita itu yang merona.“Lebih baik kau suruh
Darius membuka pintu kamarnya untuk berbicara dengan Diego. Mereka harus segera membereskan urusan Rose agar tidak membahayakan Morin. “Di-” belum sempat Darius memanggil Diego, terdengar suara barang jatuh. BRUK Darius mengerutkan alis melihat ketiga teman Morin terjatuh di depan pintu kamarnya. Apa yang mereka lakukan di depan kamarnya bertigaan begitu? Ketiga wanita itu yang sekarang terduduk di lantai balas menatapnya sambil memamerkan senyum yang dipaksakan. “Ngg… itu om. Kami baru saja mau mengetuk pintu kamar om. Om Gavin sejak tadi sudah menunggu di ruang tamu” kata Sissy. “Iya betul om. Gavin sejak tadi sudah menunggu di ruang tamu” kata Jisoo mengulang perkataan Sissy, berusaha menyakinkan Darius. Darius yang menyadari kalau dia melupakan janjinya dengan Gavin langsung berjalan menuju ruang tamu. Dia tiba tiba berhenti dan menoleh, mencari sosok wanita pembuat masalah kali ini dan tidak menemukannya. “Dimana Rose Willem Baskara?” tanya Darius pada ketiga teman wanita
Ternyata betul apa yang dikatakan Jenny. Begitu mereka sampai di Volle Hotel, mereka disambut barisan bodyguard yang terus mengikuti mereka hingga ke ruang karaoke hotel. Bahkan mereka tidak mau keluar walaupun sudah diusir. Lah, bagaimana mereka mau bergosip kalau ada banyak telinga yang menguping?“Kalian kan bisa menunggu di luar saja” komplain Morin dengan kesal untuk kesekian kalinya.“Maaf nona, Tuan Darius sudah memberitahukan kalau harus ada minimal empat orang yang menemani nona dan teman teman nona” jawab bodyguard itu lagi.“Aaahhhhhh!!!!” teriak Morin kesal. Dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.“Om Jaya, ke Volle Hotel sekarang! Morin kesaalllll!!!!” adu Morin pada Jaya. Dan tidak sampai dua puluh menit kemudian, Jaya sudah berada di ruangan itu.“Om Jaya. Usir mereka semua. Om saja yang disini” perintah Morin.“Maaf Nona Morin, tapi kami tidak ber
Sepuluh menit sebelumnya…Darius masih berada di ruang kerjanya bersama dengan Diego dan Garry saat ponselnya berbunyi dan dia melihat kalau yang menghubungi adalah Jaya.“Hallo” dia belum mendengar suara Jaya, yang terdengar ada suara tembakan bersahutan.“Jaya! Dimana kamu?!” Darius meninggikan suaranya agar mendapatkan perhatian Jaya yang kemungkinan sedang beradu senjata disana. Diego dan Garry langsung menoleh saat mendengar suara Darius yang panik dan melihat wajah pria itu memucat.“Darius. Morin dalam bahaya! Kami dihadang di pintu tol C. Sekarang mobil Morin sudah berada di dalam tol. Aku sedang berusaha membereskan para penyerang disini. Cepat kirim bantuan! Shit!”
Rose menatap dingin pria yang sekarang berdiri dua meter di depannya sambil menodongkan pistol ke jantungnya. Saat dia melihat ke sekeliling, ada lebih dari tiga puluh orang yang mengarahkan senjata padanya. Sepertinya dia akan mati sekarang. Sehebat apapun kemampuannya, tidak mungkin bisa menghindar dari puluhan peluru yang diarahkan padanya. Ini bukan film action hollywood. Yang penting adalah mengulur waktu selama mungkin sampai bantuan datang. Dia berdoa dalam hati, semoga Tuhan masih mau membantunya untuk melindungi teman temannya.“Hanya aku yang kalian inginkan. Lepaskan mereka” kata Rose dengan bahasa italia pada pria paruh baya yang berada di depannya itu.“Bukan kamu yang berhak memberi perintah disini, nyonya” jawab pria paruh baya itu dengan tawa mengejek.“Justi
“Lokasi meeting akhir tahun cabang Eropa dan Amerika akan dipindah ke Volle Tower Jakarta” kata Darius pada Jimmy, asistennya di Jakarta.“Ng.. bukankah rapat akhir tahun itu tiga hari lagi Pak?” tanya Jimmy memastikan dia tidak salah tanggal. Dia bahkan sedang menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk dibawa bosnya itu ke London.“Betul. Nanti kamu koordinasi dengan Raymon untuk memastikan semua peserta bisa datang tepat waktu” jawab Darius.“Baik Pak. Saya permisi dulu untuk mengatur persiapan meeting di Jakarta” pamit Jimmy. Begitu keluar ruangan bosnya, dia segera membuka komputernya dan menemukan email dari Raymond. Dia langsung sakit kepala begitu melihat isi email itu. Mampus! Ini tiga hari gak pulang juga gak kekejer!‘noted’Hanya itu balasan yang dikirimkan Jimmy pada Raymond. Dia tidak akan sanggup mengerjakan semua itu sendiri, sekarang dia harus mencari bantuan! Hanya James dan Raymond yang akan ke Jakarta, satu orang harus tetap berada di London untuk memastikan disana s
Semenjak menikah, Darius dan Morin tinggal di rumah Rosaline. Jika ada yang keperluan atau meeting, Darius baru akan berangkat ke London, itupun dengan membawa Morin bersamanya. Dan sekarang dia harus menghadiri rapat akhir tahun dan Morin baru melahirkan satu minggu, jadi tidak mungkin dia membawa istrinya itu ke London. “Apakah ada masalah beer?” tanya Morin yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Dia memperhatikan suaminya yang sejak tadi mengerutkan alis sambil melihat layar ponselnya. “Tiga hari lagi ada rapat akhir tahun yang harus aku hadiri di London” jawab Darius. “Oh. Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Morin. Dia menatap suami tercintanya sendu. Semenjak menikah mereka selalu bersama, walaupun itu baru tujuh bulan ini. Jika sekarang suaminya harus berangkat ke London, berarti mereka akan terpisah beberapa hari. Sekali perjalanan saja memakan waktu enam belas jam. Jadi berangkat - meeting - pulang saja memakan waktu paling cepat tiga hari. Itu kalau meeting satu ha
Jenny cemberut saat menatap layar ponsel mahalnya yang untuk kesekian kalinya hilang signal. Sudah tiga bulan dia berada di pengasingannya dan tidak ada yang bisa dia kerjakan selain bermain game di ponselnya atau berkuda.Dia baru menerima kabar kalau Morin, sahabatnya baru saja melahirkan. Namun sejak tadi dia kesulitan untuk menghubungi sahabatnya itu untuk mengucapkan selamat. Itu semua karena signal di tempat ini yang lebih suka off daripada on. Jangankan jaringan internet, operator telepon saja lebih sering diluar jangkauan.Sepertinya dia harus berkuda hingga keluar hutan ini agar mendapatkan signal. Setidaknya ada perkampungan di dekat sini dan dia bisa kesana untuk mendapatkan signal agar bisa menelepon. Dekat sini yang dimaksud adalah satu jam berkuda, benar benar penderitaan untuknya.Dia mengganti pakaiannya dengan pakaian berkuda dan meminta pelayan disana menyiapkan kudanya. Bahkan sekarang dia sudah mahir berkuda. Dulu saat pertama kali tiba di hutan ini, dia hampir gil
BRAKPintu ruang perawatan Morin dibanting terbuka dan Sissy masuk dengan tergesa. Dia bahkan tidak memperhatikan Darius yang menatapnya dingin dari sofa karena mengganggu ketenangan di ruangan itu.“Morin, kau harus membantuku” teriak Sissy panik.“Sissy, aku baru melahirkan” komplain Morin dari ranjang perawatannya. Dia sekarang sedang menepuk bokong bayinya untuk menenangkan si baby yang baru selesai menyusu agar tidak terkejut.“Oh iya. Baiklah, kuulang dulu ya” kata Sissy. Dia berbalik dan berjalan keluar kamar.Tok tokCeklek“Hai Morin. Bagaimana keadaanmu? Ah si baby lagi menyusu. Lucu sekali” kata Sissy ceria sambil berjalan mendekati ranjang Morin.“Aku baik. Iya, baby Clayson sangat menggemaskan, apalagi saat dia sedang memperhatikan orang” jawab Morin ceria. Darius yang memperhatikan interaksi Morin dan Sissy lalu menggelengkan kepala dan berjalan keluar kamar perawatan itu. Bagaimana bisa satu kejadian diulang seperti sedang syuting film? Morin dan Sissy memang sahabat ab
Darius duduk dengan gelisah di depan ruang bersalin. Morin memilih untuk melahirkan dengan cara operasi caesar karena kata dokter bayinya besar. Operasi baru dimulai lima menit yang lalu dan paling lama setengah jam lagi dia sudah bisa melihat anaknya yang kata dokter berjenis kelamin laki laki. Semua anggota keluarga Hartadi juga menunggu disana. Tapi melihat wajah tegang Darius yang terlihat seperti ingin memakan orang, tidak ada yang berniat mengajak pria itu bicara. Mereka semua menunggui operasi itu dan berdoa agar operasi berjalan lancar. Di dalam ruang operasi, dokter ginekologi sedang menjahit bekas operasi di perut Morin setelah mengeluarkan bayi berjenis kelamin laki laki. Sekarang bayi itu sedang dibersihkan oleh dokter anak. Ruang bersalin itu menjadi tegang karena si bayi tidak kunjung menangis. Dokter anak sudah membalik tubuh bayi itu dan menepuk bokongnya untuk mendapatkan respon bayi itu. Namun bukannya menangis, bayi itu malah membuka matanya dan menatap tidak suka
“Ijsbeer” panggil Morin sambil mengguncang tubuh Darius yang masih tidur. “Ya Morin?” tanya Darius sambil mengucek matanya. Dia melihat kalau diluar masih gelap. “Aku ingin makan pai daging” kata Morin lagi. “Sekarang?” tanya Darius bingung. “Iya” jawab Morin. “Dimana pai daging yang buka jam segini?” tanya Darius sambil melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi. “Tapi aku mau” kata Morin manja. “Baiklah aku akan bangunkan koki untuk membuatnya” jawab Darius sambil turun dari ranjang. “Ga mau itu. Maunya yang dijual di pasar malam di London saat natal” kata Morin lagi yang membuat Darius menatap istrinya dengan alis berkerut dalam. “Morin, sekarang bulan Mei, Desember masih enam bulan lagi. Kau tahu sendiri kalau pai daging itu hanya dijual saat natal” kata Darius bingung. Mengapa juga Morin tiba tiba aneh begini? Membangunkannya untuk meminta pai daging yang dijual saat natal sekarang. “Tapi aku kepingin banget” jawab Morin sambil menatap suaminya dengan puppy eyesnya yang
Kalimat itu seperti bom bagi Fiona, dia langsung menoleh pada mantan suaminya dan baru menyadari kalau banyak lebam dan bekas luka baru di wajah pria itu. Tangan pria itupun terluka karena dia melihat perban melapisi tangan pria itu. “A-apa maksudmu?” tanya Fiona pucat pada Rizky. “Aku tidak bisa melihatmu menderita seperti ini Fiona. Aku tahu kau fobia gelap dan anak kita membutuhkanmu. Biar aku menggantikanmu” jawab Rizky sambil memegang tangan Fiona. “Mengapa kau terluka” selidik Fiona. “Dia berusaha menyandera istriku agar aku membatalkan tuntutannya padamu. Dan Rizky pasti sudah berada dalam kubur sekarang jika istriku tidak menahanku” jawab Darius. Jawaban Darius membuat Fiona semakin pucat. “Dasar bodoh! Untuk apa kau lakukan itu! Sudah kubilang aku tidak bisa mencintaimu!” omel Fiona panik. Dia mulai menangis karena ketakutan, takut jika pria itu mati karenanya. Mengapa Rizky begitu bodoh! Dia sudah bilang berkali kali kalau dia tidak bisa mencintai pria itu! Pria itu terl
sekolahnya. Semua berita sudah di setting sesuai dengan rencana yang mereka buat, karena interview pun hanya dilakukan oleh Volle Magazine. Morin sekarang selalu dikawal beberapa bodyguard jika akan keluar, dikarenakan masih sangat banyak wartawan yang berusaha mengejarnya untuk mendapatkan berita. Sekarang satu minggu sejak resepsi pernikahannya, Morin sedang berkumpul dengan squad lengkapnya di ruang VIP sebuah restoran, mumpung Rose dan Lisa juga masih di Jakarta. Mereka semua menyadari kalau sebentar lagi mereka akan berpisah dan entah kapan bisa bertemu lagi? Setelah ini Morin akan ikut suaminya ke Inggris dan Jenny akan diasingkan ayahnya. Hanya Sissy si pengangguran yang sedang membujuk Rose untuk mengajaknya ke Italia untuk memoduskan Garry Kean. Sedangkan Jisoo, wanita itu memang sudah memiliki keluarga sendiri dan dia juga bisa bertemu Morin di London jika Om Gavin ada pekerjaan disana. Mereka sedang bersenda gurau dengan heboh saat mendengar suara pistol di kokang, yang me
Morin merencanakan resepsi pernikahan dibantu oleh Monika, Eloisa dan Rosaline. Rasanya tidak mungkin meminta Darius membantu menyusun acara resepsi. Dan sesuai dengan perkiraan Darren, resepsi akan dilakukan di resort terbaru Rosaline yang berbentuk kastil di kepulauan seribu yang menjadi hadiah pernikahan mereka.Darius hanya sekali ikut campur dalam hal ini, yaitu pada saat memilih gaun untuk resepsi. Morin tidak boleh menggunakan gaun yang agak terbuka, jangankan terlihat belahan dada, bahu dan punggung saja tidak boleh. Jadilah Morin menggunakan gaun yang tertutup dari atas sampai bawah. Untung bentuk tubuhnya belum banyak berubah, tubuhnya masih terlihat indah walau ditutup semua.“Morin, kamu yakin mau menikah dengan kak Darius?” tanya Monika khawatir yang membuat Morin mengerjapkan matanya bingung.“Kau pun tahu dia sudah menikah dengan Darius” jawab Rosaline sambil tertawa. Dia mengerti kekhawatiran Monika, melihat begitu posesifnya Darius pasti mengingatkannya pada Jeffry Wi