Ini masih lanjutan dari kisah Feng Qian dan Li Yuan. Simak sampai habis, kenapa berlanjut ke semesta lain yah
Memasuki hari pertama An Xin tinggal di Istana Bidadari Langit, tiba-tiba terdengar suara guntur menggelegar di langit yang tadinya cerah. Istana Langit yang tidak pernah mengalami gelapnya malam, mendadak didatangi kepulan awan mendung. Apa yang terjadi?Semua penghuni Langit keluar dari kediaman mereka. Para bidadari dan bidadara, dewa dan dewi, semuanya. Mereka bersiaga, karena khawatir ini bukan pertanda baik.Cheng Jie, salah satu bidadara senior menyangka, "Ada penyerang dari kubu musuh! Mau apa mereka?"Liang Hai juga berkata, "Sepertinya aku mengenali aura ini.""Tidak, tidak, ini bukan dari Alam Iblis," kata Ci Fei. Pengetahuannya memang tidak terlalu luas, tetapi penciumannya terhadap aura makhluk abadi sangat tajam.Tidak disangka, dari awan mendung itu, turunlah Dewa Halilintar yang wujudnya sangat muda, Xiang Wu Heng. Benar saja, Dia adalah seorang dewa muda yang sangat kuat dan dikagumi. Ia mendarat di beranda Istana Langit, turun dari awan Ji Yun miliknya. Setiap kali i
Dewa Ai Qian Nian masih terkesiap atas apa yang terjadi pada Guan Xi Shui. Serta tulisan yang terbaca "Jodoh Abadi" itu. "Apakah mereka berdua memiliki ikatan sebagai jodoh abadi? Bagaimana mungkin? Aku bahkan belum pernah menentukan jodoh mereka."Tiba-tiba, tulisan itu menguap. Dari uap seperti kepulan yang muncul dari air panas, terdengar suara-suara duka dan kesedihan. "Sejarah tragis yang seharusnya tidak pernah terjadi, menghancurkan masa depan generasi kami." Suara itu terdengar berbisik. Tetapi sangat jelas. "Jika kalian memikirkan sedikit saja tentang masa depan, segel Diagram Yin Yang tidak perlu mengorbankan masa depan kami. Feng Qian tidak akan mati seperti ini!" Dewa Ai Qian Nian seolah dibawa ke sebuah alam yang begitu asing. Ia mendengar suara pria yang sama, kali ini lebih merenyuhkan hati. "Diagram Yin Yang? Raja Iblis Terdahulu? Perang Suku Langit dan Suku Iblis? Akan kukubur semua orang yang menyebabkan semua ini terjadi. Biarpun kau hanya tinggal jasad, kau tetap m
Malam itu, bulan purnama berpendar terang di langit. Suara burung hantu serta binatang-binatang malam lainnya saling bersahutan. Seolah minta semua orang mendengar mereka. Angin berembus sangat kencang. Sheng Kun yang tengah bersemedi di penginapan kota An Hou pun merasa terganggu. Ia meramalkan firasat buruk yang ia rasakan. "Gawat!" Ia lantas keluar dari penginapan, melihat situasi alam. "Ada bahaya datang di kota ini," katanya. Ia segera membangunkan kedua adik seperguruannya. Ia meminta Dian Lu dan Bai Wan bersiaga. "Ada apa?" tanya Dian Lu. "Aku merasakan aura iblis yang begitu kuat di kota ini," jawab Sheng Kun. Kemampuan kedua pria itu belum setinggi dirinya. Mendeteksi aura saja belum bisa. Sehingga keduanya pun percaya apa yang Sheng Kun katakan. "Aku memerintahkan kalian untuk bersiaga di kota ini, timur dan barat. Aku akan berada di pusat mengawasi utara dan selatan." Keduanya pun mematuhi perintah kakak seperguruan tertuanya. Di dalam sebuah gua di pegunungan. Bidadar
Dari dinasti ke dinasti, memakan waktu hingga ratusan tahun. Daratan masih dikuasai oleh berbagai aliran atau kelompok pendekar persilatan. Mereka bersaing, menentukan siapa yang lebih kuat, itu yang berkuasa. Yang lemah juga tidak mau kalah. Diam-diam menyusun strategi dan mengatur siasat demi tercampainya cita-cita: MENGUASAI DUNIA.Tentunya impian semacam itu terbentur aturan baku kenegaraan, yakni kekuasaan kaisar, raja sejati di seluruh daratan.Era yang sekarang, yaitu Dinasti Song, dipimpin oleh Kaisar Zhang Han. Raja baik dan tegas. Hanya saja, ia sering ditekan oleh penguasa di dunia persilatan, yaitu Jin Tian Mao. Pemimpin kelompok persilatan terbesar Elang Perak. Sudah turun temurun semenjak aliran itu didirikan oleh leluhur bermarga Jin, selalu saja menciptakan kerusuhan demi kerusuhan. Menyiksa rakyat jelata yang tidak patuh pada mereka. Menyerang pejabat negara atau keluarga bangsawan. Bahkan bisa nekat memporak-porandakan sebuah kota, apabila rakyatnya tidak tunduk. Ela
Kisah di Alam Fana berlanjut kian pelik. Sedang dirundung kerumitan karena Putri Han Xin Yue mengalami keracunan akibat Jarum Perak milik Jin Jue Xin, datanglah seorang pengawal, dengan langkah tergesa-gesa dan napas tersengal. Mengabarkan, bahwa sekelompok orang dari aliran Elang Perak menerobos masuk ke dalam Istana. Mereka melukai para prajurit yang berjaga. Juga para jenderal yang coba melawan mereka. Sungguh bukan lawan yang setanding.Elang Perak dipimpin oleh Jin Jue Xin, pewaris takhta ketua Elang Perak. Ia menunggang seekor kuda betina berwarna hitam. Ia berhenti di tengah-tengah halaman Istana. Begitu juga para pengikutnya. "Yang Mulia!" sereunya tanpa sedikit pun sopan santun. "Hamba mohon, keluar dan temui kami! Ada yang ingin hamba diskusikan." Gayanya sungguh tidak beretika. Ia bicara dengan posisi masih duduk di punggung kuda. Juga tersenyum licik.Kaisar Zhang Han didampingi Pangeran Shu Han dan Pangeran Shan Han, serta rombongan para prajurit menemui Jin Jue Xin. Para
Kemarahan menyerang hati Pangeran Shan Han. Ia hampir saja menghunus pedang. Nekat ingin membalas semua perbuatan Jue Xin.Xin Yue segera menghentikan kecerobohannya. "Tahan emosimu!"Shan Han punya alasan kuat atas tindakannya barusan. "Tetapi, dia yang membuatmu terluka, Kak! Dia orangnya Elang Perak!"Xin Yue bisa mengerti kemarahan Shan Han. "Aku tahu. Aku tahu!" Namun ia harus menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. "Dia sudah berubah. Sekarang dia adalah Jue Xin yang berbeda.""Tapi..." Shan Han ingin bicara lagi.Jue Xin segera menyela. Ia ikut bicara, karena tidak bisa membiarkan seorang wanita terus-terusan membelanya. "Kau boleh marah. Wajar. Aku memang pernah mencelakai kakakmu, bahkan hampir melakukan kesalahan yang sangat fatal pada keluarga kalian. Untuk itu, mohon maafkan aku.""Maaf?" Shan Han mencebik jijik mendengarnya. "Mudah sekali ya, caramu meminta maaf?"Xin Yue segera menengahi mereka. "Sudahlah! Tidak perlu memperpanjang masalah. Sekarang, lebih baik kau pu
Ketika Xin Yue dan Jue Xin sedang menikmati sarapan mereka, tiba-tiba terdenga suara ribut yang ditimbulkan oleh kekacauan kecil dari luar kedai.Ada seorang pria tua yang diseret dengan kuda. Kuda itu ditunggangi oleh seorang pria muda. Dengan tanpa perasaan, pria yang sudah tidak berdaya itu tidak mampu lagi berlari mengikuti kecepatan si kuda. Sehingga ia terjatuh, dan terseret. Bagian depan tubuhnya bergesekan dengan jalanan yang kasar. Seluruh badannya pun terluka. Ia berteriak minta ampun. Minta tolong dilepaskan. Namun, teriakannya diabaikan.Semua orang menonton. Tidak ada yang berani menolong. Mereka tahu betul, siapa si penunggang kuda. Huang Yu Shin, yang katanya seorang polisi. Ia terkenal dengan kebengisannya terhadap seorang kriminal. Tidak pandang buluh jika sudah berhadapan dengan hukum.. Ia akan menghukum berat orang yang melakukan tindak kriminal. Bahkan jika kejahatannya ringan seperti mencuri. Kali ini, pria tua itu bernasib sial. Aksi kriminalnya ketahuan oleh Yu
Keesokan harinya perjalanan berlanjut.Memasuki kota Wuhuang, Xin Yue dan Jue Xin sama-sama menuntun kuda masing-masing. Berjalan beriringan."Ini kota apa?" tanya Xin Yue. Ia melihat ke sekeliling. Begitu padatnya masyarakat di sini."Ini adalah Wu Huang," jawab Jue Xin. "Kotanya para pesilat. Sebagian pendekar di sini mengenalku. Sebisa mungkin, jangan sampai mereka tahu identitasmu. Bahaya."Xin Yue mengangguk. Jue Xin yang lebih mengerti. Ia menurut saja. Ia juga tidak ingin menyebabkan masalah yang nantinya merepotkan Jue Xin untuk menyelesaikan.Jue Xin menawarkan, "Kau mau melihat-lihat kota ini?""Apakah bagus?" tanya Xin Yue.Jue Xin tersenyum. Lalu ia mampir ke sebuah tempat penitipan kuda. Ia mengikat Ma Feng dan Ma Tian pada sebuah pohon. Setelah itu, ia mengulurkan tangan kanan pada Xin Yue.Gadis itu segera meraihnya. Memeluk lengan si pria. "Kau yang lebih tau jalannya."Mereka berdua memasuki pusat kota yang ramai. Banyak sekali rumah yang bagus, penjual makanan, penju
Jue Xin tidak peduli. Akan ia menggunakan Pedang Elang Kelabu sebagai gantinya Pedang Malaikat, meski ia tahu, kualitasnya jauh berbeda. Saat latihan dulu, ia pernah coba. Hasilnya lumayan. Jue Xin memutar-mutar Pedang Elamg Kelabu di udara. Mengumpulkan tenaga dalam dan memusatkannya pada si pedang. Pemandangan yang luar biasa. Mengagumkan.Tubuh Jue Xin dikelilingi cahaya berwarna putih, bercampur ungu dan kelabu. Yang mana, kemudian semua warna cahaya itu melingkupi pedang. Ia menodongkan mata pedang ke arah Bidadari Merah.Si iblis terperangah. Dalam pandangannya, penampakan Jue Xin sangat mirip dengan Sheng Kun, lima ratus tahun yang lalu. "Sheng Kun? Tidak mungkin!" Bidadari Merah langsung beraksi. Ia mengibaskan lengan pakaiannya, hingga menimbulkan hembusan angin yang luar biasa kencang.Semua penonton berlari menjauhi arena tempur. Menyelamatkan diri dari dampak yang tidak terduga dari pertempuran ini.Beberapa pohon tumbang, bagian Istana juga porak poranda. Saking kuatnya a
Analisa Jue Xin membuat mereka khawatir. "Istana...," gumam Shu Han. "Ilmu Bidadari Merah sangat tinggi. Jika Yang Mulia tidak mau menyerahkan Nadi Naga, lalu melancarkan serangan, semisal menggunakan Jurus Penumpas Dunia.. Seperti yang pernah diceritakan Guru Iy, jurus itu sungguh dahsyat. Apa yang akan terjadi selanjutnya?" Shan Han langsung mewek. "Ayahanda!" Jue Xin pun memberikan keputusan. "Sekarang juga, kita berangkat ke Ibu Kota. Lu Meng, siapkan keretanya! Kita tidak boleh terlambat." "Aku ikut dengan kalian," kata Tian Mao, mengejutkan semua orang. Jue Xin juga terkejut mendengarnya. "Apa benar tidak apa-apa?" Tian Mao pun berkata, "Jangan pikirkan hal lain. Fokus, selamatkan dunia ini. Selamatkan istri dan anakmu, juga... besanku.." Jue Xin mengangguk dengan mantap. "Aku akan mengajak semua biksu dan biksuni berdoa bersama, agar kalian berhasil mengusir iblis dari muka bumi," pungkas Biksu Mong "Terima kasih, Biksu," ucap Jue Xin. Di Ibu Kota. Xin Yue dan Yu S
Sekuat tenaga jiwa Xin Yue kembali mengambil alih raganya. Ia mendorong Yu Shin menjauh darinya. "Apa-apaan ini? Tidak! Yu Shin, tolong tinggalkan aku!" Tiba-tiba Xin Yue bertingkah aneh. Seolah ada yang berebut mulut dengannya ingin bicara.Yu Shin jadi panik. "Kau kenapa?""Cepat pergi!" usir Xin Yue."Tapi?" Yu Shin ingin menolongnya."Pergii!!" usir Xin Yue dengan teriakan panjang.Yu Shin pun meninggalkan Xin Yue. Jiwa gadis itu dan jiwa Bidadari Merah pun terlibat pergulatan batin. Berebut menguasai raga.Tidak jauh dari rumah sewaan, Feng Xin mendengar suara teriakan wanita yang ia kenal. "Xin Yue?" Tidak butuh waktu lama, baginya untuk sampai ke rumah sewaan itu. Langkahnya terhenti di depan pintu. Indera pendengarannya mendengar suara iblis meraung-raung. Auranya juga sangat kuat.Hingga kemudian, seseorang melihat kedatangan Feng Xin. Dia adalah Tian Tang, yang ditugaskan menjaga gerbang depan. Tentu saja, wajah Feng Xin tidak terlalu asing. Pendekar muda ini pernah muncul d
Sementara itu, Wu Heng kembali menjalani perannya sebagai Feng Xin. Ia belum menyerah mencari Xin Yue. Ia bisa membayangkan, bagaimana jika Jue Xin sampai mengetahui hal ini Berkat Mangkuk Ajaib milik Yi Qun, ia tahu ke mana harus mencari An Xin, eh, bukan. Maksudnya Xin Yue.Ketika menyusuri kota An Hou, Feng Xin melihat beberapa orang tengah mengusung sebuah peti mati. Keluar dari halaman sebuah rumah besar. Feng Xin mengenali wajah salah seorang yang memimpin jalan. "Bukankah itu pengawal kerajaan? Gawat! Orang kerajaan ada di sini juga. Kenapa mereka selalu saja muncul, ketika sedang ada masalah segawat ini?"Shan Han belum berhenti menangis. Ini sudah tiga hari sejak Xin Yue menghilang, Feng Xin masih mencarinya, sedangkan Jue Xin, entah ada di mana. Tidak satu pun orang yang mengetahui keberadaannya. Bersamaan dengan ini, Biksu Mong juga tidak menampakkan diri."Eh, kau ini sudah besar. Jangan menangis terus." Lu Meng menegur Shan Han.Sembari terisak, Shan Han berkata, "Tapi ka
Akhirnya Xin Yue siuman. Yang pertama kali dilihatnya adalah Jue Xin. "Sayang.. Apakah aku membunuh seseorang? Apakah aku melukai seseorang?" Ia jadi panik.Jue Xin menggelengkan kepala. "Tidak. Beruntung, Biksu Mong datang menolongmu.""Sekarang, aku harus bagaimana?" Xin Yue menangis. "Kalau iblis itu merasukiku lagi, apa yang harus kulakukan?"Jue Xin berusaha menenangkannya. "Kata Biksu Mong, selama kau tinggal di sini, dia tidak akan berani merasukimu. Ini baik untuk kehamilanmu."Emosi Xin Yue mulai terkendali. "Benarkah begitu?" Jue Xin mengangguk. Xin Yue pun memeluknya. "Masalah yang terjadi belakangan ini menakutiku. Aku hampir kehilanganmu saja sudah serasa dunia ini hampa, gelap, dan aku sungguh tidak berdaya. Ketakutanku soal Bidadari Merah itu juga membuat pikiranku kacau sendiri."Jue Xin mendekapnya erat. "Mulai sekarang, kau tidak usah takut lagi. Ada aku yang akan selalu menemanimu dalam segala situasi. Kau juga punya Shan Han, Feng Xin, Bing Bing, dan Lu Meng yang s
Jujur, Jue Xin sendiri tidak menyangka, kata-kata seburuk itu ia tujukan pada belahan jiwanya. Ia sungguh tidak bermaksud begitu. Ia melakukannya karena Duan Yi terus mengawasinya. Tadinya, ia berencana untuk melakukan hal lain. Bukan mengatai Xin Yue seperti itu. Ia hanya bisa menggampar mulutnya sendiri berulang kali. Dan ia bisa membayangkan, betapa Xin Yue pasti akan sangat marah.Tubuh terasa lemah. Racun Pelemah Otot belumlah hilang. Bing Bing jatuh lemah ke tanah.Lu Meng membantunya berdiri. "Kau baik-baik saja?" tanyanya."Aku lemas," jawab Bing Bing.Lalu, Xin Yue teringat sesuatu. Jue Xin pernah memberinya macam-macam obat penawar racun. Ada banyak di dalam kantong. "Ini, kalian minumlah." Ia membaginya untuk mereka semua.Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Hanya saja belum tahu akan pergi ke mana. Beberapa saat kemudian, stamina mereka kembali pulih. Mereka berjodoh, kembali bertemu dengan kereta kuda, di dekat gerbang tengah."Sebaiknya, sekarang kita f
Kemudian tinggallah Xin Yue dan Jue Xin berdua.Xin Yue bertanya, "Benarkah, lukamu sudah tidak apa-apa? Wanita itu menusukmu cukup dalam.""Ini bukan luka besar," jawab Jue Xin. "Aku sungguh baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Masih terasa lemas?"Xin Yue menggelengkan kepala. "Sudah tidak lagi." Ia mendesah. "Ah, kau ini memang hebat soal racun. Jarum Perakmu itu, sungguh menyiksa. Tapi Racun Pelemah Otot ini membuat orang jadi mengantuk terus, kalau tidak minum penawarnya."Jue Xin merasa bersalah. "Itu pujian?""Tergantung." Xin Yue malah menggodanya.Lalu Jue Xin berdiri. Ia tersenyum. Ia belai rambut Xin Yue. Ia meraih sang belahan jiwa dalam dekapan. "Memelukmu adalah sesuatu yang paling kusukai di dunia ini."Xin Yue juga melingkarkan kedua tangannya di pinggang Jue Xin. "Dan pelukanmu adalah tempat terindah yang pernah kurasakan."Bing Bing menangis ketika prosesi tutup peti sang ayah. Apalagi, ketika peti mati itu dimasukkan ke liang lahat. Lu Meng mendekapnya. Bing Bing
Ada sekawanan pesilat berkuda. Berjumlah empat orang. Beberapa di antaranya memegang obor. Mereka dilengkapi dengan aneka jenis senjata.Jue Xin mengenal mereka. Pendekar Angin, Pendekar Awan, Pendekar Petir, dan pimpinan mereka, seorang wanita, yaitu Pendekar Hujan. Mereka berasal dari aliran hitam. Tentu saja, berseberangan dengan Elang Perak. Mendengar julukan mereka, Feng Xin yang sebenarnya adalah Dewa Halilintar Wu Heng hanya beringsut diam-diam. Untuk apa manusia fana menguasai ilmu seperti itu lalu menerapkannya untuk kejahatan? Mereka berempat sedang mengobrak-abrik jalanan.Lu Meng yang sudah tobat, hendak menghentikan semua itu. Namun, Jue Xin melarang. "Jangan gegabah! Mereka terlalu berbahaya."Lu Meng masih bersikeras. "Tapi..."Jue Xin berusaha menenangkannya. "Sabar, kita lihat dulu apa mau mereka."Kemudian, datang beberapa anak buah mereka, membawa sekumpulan gadis. Para gadis itu menangis dan ketakutan. Mereka berasal dari desa-desa sekitar. Tentu saja, mata Lu Meng
Beberapa hari di kediaman Iy Long Tou, akhirnya kesehatan Jue Xin pulih. Begitu juga Xin Yue. Luka mereka sudah sembuh. Mereka pun memutuskan, akan mencari kitab Jurus Penakluk Iblis di wilayah Selatan.JueXin berkata pada Feng Xin, "Kalau kau ingin melanjutkan misi perdamaian, silakan. Tidak apa-apa."FengXin langsung mempertanyakan maksud Jue Xin. "Kau ini bicara apa? Sebagai sahabat, aku tidak akan meninggalkan sahabatku yang sedang dalam kesusahan. Aku bersedia menanggung bahaya bersama kalian. Menaklukkan Bidadari Merah, bukankah bagian dari misi perdamaian yang harus kita wujudkan juga?"Sebenarnya Jue Xin tersentuh akan niat tulus Feng Xin. "Tapi..."Feng Xin pun meyakinkan sahabatnya. "Sudah! Keputusanku sudah bulat. Aku akan mengikuti ke mana pun kalian pergi. Lagi pula, aku juga tidak ingin Bidadari Merah lahir kembali, dan menimbulkan kehancuran di dunia kita ini."Tidak ada yang bisa menahan tekad Feng Xin, maka Jue Xin pun berkata, "Baiklah."Di dalam sebuah ruangan.Iy L