Malamnya mereka tidur bertiga lagi bersama Selena. Putri kecil mereka itu sepertinya sangat senang tidur bersama kedua orang tuanya. Tapi meski begitu, Mikaela dan Marcel tentu saja masih canggung dengan keadaan seperti ini. Terlihat jelas, kini Mikaela memilih beranjak dari ranjangnya dan duduk di sofa.
“Kenapa tidak tidur?” tanya Marcel sambil mendudukkan dirinya di ranjang. Mikaela hanya menatap Marcel sambil menghela napasnya dan berkata,"Entahlah, kenapa aku ini sekarang ya, Marcel? Aku terus memikirkan hubungan kita, maksudnya kita tidak pernah mengucapkan ikrar pernikahan. Hanya ada catatan sipil.”
Mendengar itu, Marcel tersenyum senang karena Mikaela memikirkan soal hubungan mereka. Dia juga sebenarnya ingin agar pernikahan mereka punya latar belakang normal seperti orang lain. “Marcel, aku juga pernah bermimpi untuk menggunakan g
Kondominium Apartemen, Podomoro City Paginya, Mikaela terbangun tetapi dia merasa berada dipelukan seseorang. Ternyata, dia semalaman tidur didalam pelukan Marcel. Tapi dia tidak terkejut, dia malah tersenyum sambil mengecup pipi pria itu sambil berbisik, “Selamat pagi, my hubby!”. Mendengar itu, Marcel langsung terbangun dan melihat Mikaela sudah melepas pelukannya. Wanita itu kemudian berdiri untuk mandi dan bersiap-siap. Marcel hanya tersenyum sambil memegang pipinya yang baru dikecup oleh Mikaela. Dia salah tingkah saat ini, entahlah, padahal dia sudah mau berkepala tiga tapi rasanya seperti remaja saja. Marcel juga terbangun sambil beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia dulu sudah terbiasa memasak sendiri semenjak kuliah dan memang dia pandai memasak. Jadi dia sama sekali tidak masalah kalau harus menggantikan M
Tanpa terasa hari ini pun tiba juga. Mereka memilih tanggal pernikahan yang dibuat di catatan sipil untuk melangsungkan acara ini. Ya, mereka berdua harus mengingatnya yaitu, 28 Maret. Mikaela kini menggunakan gaun yang sudah dipilihkan Marcel dan tampak terlihat begitu cantik saat mengenakannya. Wanita itu terlihat anggun bagaikan bidadari yang jatuh dari surga.“Wow! Kamu cantik banget, Kaela!” puji Anye saat melihat Mikaela di ruang riasnya.“Makasih mbak! Aku senang banget lho hari ini. Harusnya dulu pernikahan kami seperti ini ya. Tapi… tidak perlu ada yang disesali kan, mbak? Kita harus terus bersyukur akan apapun yang terjadi. Semua ini sudah ditentukan menurut jalan-Nya.” Mikaela berujar pada Anye.“Acara ini kalian buat jadi Anniversary sekalian, kan? Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu,” Anye membalas. Sampai tibalah saat Mikaela harus k
Setelah perbincangan dua keluarga besar, saatnya mereka pulang dan beristirahat di rumah masing-masing. Marcel dan Mikaela kini sudah kembali ke apartemen mereka. Sedangkan Selena diminta menginap dirumah keluarga Buana karena kakek dan neneknya sangat merindukan sosok gadis kecil itu. Bagaimana pun selama 3 tahun terakhir, gadis kecil itu menjadi satu-satunya cucu yang sangat mereka sayangi. Dan sekarang tinggal kedua orang tua gadis kecil itu yang masih diam terduduk di ranjang mereka. Entahlah, keduanya sama-sama diam seperti pasangan yang baru menikah karena dijodohkan. Tapi gak salah juga, sih! Entah kenapa kondisi yang tadinya baik-baik saja tiba-tiba jadi canggung begini. Marcel masih menge-check handphonenya untuk mengalihkan perhatian. Mikaela terus menggeleng-gelengkan kepalanya karena teringa-ingat perbincangan dengan teman-temannya.‘Ciee&h
Apartemen Marcel, Podomoro City Di pagi hari yang begitu cerah, terlihatlah sepasang anak manusia yang sedang sarapan. Biasanya mereka bertiga dengan putri mereka. Tetapi, karena putri mereka tengah bersama kakek dan neneknya, jadinya mereka hanya berdua. Hari ini adalah hari Minggu, dan biasanya sih mereka jalan-jalan bertiga bareng putri kecil mereka, Selena Marcella Buana.“Marcel, aku mau ke Gereja.” Ujar Mikaela selesai dengan sarapannya.“Oh ya? Baiklah, aku akan ikut.” Balas Marcel mengiyakan sekaligus ikut dengan sang istri.“Aku tidak melihat Willy akhir-akhir ini. Tapi aku yakin, dia pasti ada di Gereja. Dia tidak pernah meninggalkan ibadah sekalipun.” Mikaela menjelaskan alasannya yang sebenarnya. Dia sangat penasaran tentang keadaan Willy. Pria itu menghilang bagai ditelan bumi.‘Kalau sampai sejauh ini William belum juga memberi kabar, apa terjadi sesuatu dengannya di S
Di Jakarta…‘TING! TONG!’ Mikaela berulang kali menekan bel apartemen Willy. Dia baru saja dari Gereja dan tidak mendapati keberadaan Willy disana. Akhirnya, wanita itu mendatangi apartemen Willy tapi sepertinya tidak seorang pun di dalam. Sudah hampir setengah jam menekan bel tapi tidak ada jawaban. Pintu sama sekali tidak terbuka. Mikaela masih belum menyerah! Dia berulang kali menghubungi Willy namun tidak diangkat.“Willy, kamu ada dimana? Kenapa kamu seperti menghindar dariku?” tanya Mikaela karena benar-benar merasa bingung.“Mikaela, apa William ada disini?” tanya Marcel yang menyusuli istrinya kemari.“Tidak ada! Bagaimana aku bisa menemukannya, Marcel? Dia ada dimana? Aku juga terkejut mengetahui dari asistenku kalau dia sudah menyerahkan surat pengunduran diri dua Minggu yang lalu. Kita terlalu sibuk sampai tidak tahu bagaim
Mansion Buana Di pagi hari yang cerah, keluarga Buana kini sedang berkumpul untuk sarapan. Semua anggota keluarga lengkap, kecuali Marcel dan keluarganya. Entah kenapa, keadaan mansion besar menjadi sepi semenjak Marcel dan Mikaela benar-benar memutuskan untuk hidup mandiri tanpa mereka. Ya, walaupun sudah menikah dengan Michael, masih ada rasa iri di hati Michelle. Dia merasa seperti sampah yang dibuang oleh Marcel lalu dipungut oleh Michael. Memang, Michael sangat mencintainya. Dia ingin bahagia dengan kebahagiaan Marcel bersama keluarganya, tapi tetap saja tidak bisa. Dia memang memiliki perasaan yang lembut, tapi ketidakadilan yang dia rasakan membuatnya berubah. Dia ingin menguasai segalanya dan tidak rela Mikaela benar-benar bahagia.“Pa, apa posisiku hanya sebatas General Manager di Perusahaan? Kenapa papa tidak memba
Perusahaan Buana“Jadi ini kamu yang masak?” tanya Marcel menerima bekal yang dibawakan istrinya. Ya, kebetulan Mikaela mengatur jadwal hanya setengah hari di Kampus.“Ayo cicip! Aku membuatnya selama berjam-jam, lho!” suruh Mikaela menyodorkan bekal yang dia masak sendiri kepada suaminya. Bentuknya terlihat cantik dan rapi. Marcel yakin Mikaela membuatnya dengan sepenuh hati. Marcel tersenyum lalu mengambil sesendok makanan itu. Dia langsung memasukkannya ke mulutnya dan mengunyahnya.‘Astaga! Kenapa rasanya bisa begini?’ pikir Marcel sambil dengan terpaksa mengunyah makanan yang sudah masuk ke mulutnya itu.“Gimana? Enak tidak? Aku lihat resepnya di internet, lho!” tanya Mikaela penasaran dengan pendapat Marcel soal masakannya.“Kamu kalau masak tidak dicicipi dulu, ya?” tanya Marcel balik.“Enggak, aku mau kamu jadi yang pertama memakan masakan buatanku sendiri! Eh, Willy t
Perusahaan Buana Michael mendatangi ruangan Direktur sambil membawa beberapa berkas untuk menyerahkan kekuasaan untuk dirinya. Marcel sangat terkejut ternyata adiknya bertindak sangat terburu-buru seperti ini.“Cepat tanda tangani! Kau memang akan melakukan apapun buatku kan, kakak?” suruh Michael hanya dibalas tatapan heran oleh Marcel.“Kakak harap kamu bisa menjaga Perusahaan ini dengan baik. Semua ini memang diberikan papa kepadaku, tapi kamu juga punya hak. Tapi Mike, apa setelah ini kamu sudah puas?” tanya Marcel sebelum menandatangani surat-surat itu.“Puas, ya? Aku tidak tahu, tapi kepuasanku yang sebenarnya adalah ketika aku mengambil semua yang kau miliki. Karena sedari kecil, kau memiliki apa yang tidak kumiliki. Kasih sayang dan perhatian dari seluruh keluarga Buana adalah milikmu dulu. Tapi sekarang, aku akan mengambil semua harta ini buatku.&rdqu
Beberapa bulan kemudian… Mikaela kini berdiri di sebuah tempat pemakaman umum sambil membawakan sebuket bunga lily. Dia kini berada tepat di makam William Simon. Dan hari ini, dia memang sengaja datang sendiri kesini. “Hari ini harusnya kamu berusia genap 28 tahun, Willy. Tapi kamu pergi terlalu cepat meninggalkan semuanya,” gumam Mikaela sambil meletakkan bunga itu di makam Willy. Wanita itu lalu menyentuh foto Willy yang ada di makam itu lalu tersenyum. Tanpa sadar, air matanya mengalir begitu saja. Mikaela masih ingat semuanya! Bahkan sampai akhir hidupnya, Mikaela ada disisinya tanpa melepas genggaman tangannya. Mikaela sangat sedih setelah tahu kebenarannya bahwa selama ini Willy mengidap penyakit kronis. “Kamu tidak berkata apapun agar aku tidak khawatir. Kamu selalu begitu! Tapi sekarang kamu sudah tenan
Mansion Keluarga Buana“Apa ini, Pa?” tanya Marcel ketika sang ayah memberikannya sebuah amplop berisikan tiket ke Venesia.“Untuk bulan madu. Kalian itu sudah menikah dan secara hukum kalian sudah menjalani hubungan sampai 3 tahun. Kenapa kisah kalian tidak diwarnai dengan bulan madu? Benar gak, sayang?” jawab Elmand sambil mengerling pada Ribka istrinya. Marcel hanya memijit pelipisnya karena terkejut dengan kelakuan kedua orang tuanya itu. Dia senang sih, tapi dia gak tahu gimana menyampaikannya pada Mikaela. “Kapan Papa memesan ini? Malah penerbangan besok lagi. Kita belum ada pembicaraan soal itu! Gimana dengan Selena?” tanya Marcel lagi.“Selena sama kami aja!” Michelle keluar bersama Selena dan langsung menjawab Marcel.“Tapi kan-“ Marcel masih belum menyelesaikan kalimatnya tetapi Selena langsung memotongnya,” Kata aunty Michie, papa dan mama pelgi untuk buat adik! Jadi Sele
“Makasih, Mbak! Saya bersyukur mbak mau maafin saya!” Michelle benar-benar berterima kasih pada Mikaela. Wanita itu membalas pelukan Michelle sambil menepuk-nepuk punggungya.“Memaafkan adalah obat rasa sakit yang terbaik. Willy selalu mengatakan itu padaku. Dia juga pasti sudah memaafkanmu! Kamu jangan merasa bersalah lagi ya, Michelle.” Mikaela menjawab.“Kak, aku juga minta maaf ya. Aku sangat menyesali segalanya.” Michael juga minta maaf pada Mikaela dan Marcel.“Tak masalah, yang penting kamu sadar dan mau minta maaf. Bagi kami, itu yang terpenting. Iya kan, sayang?” Mikaela menerima permintaan maaf adik iparnya itu. Marcel mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum kepada istrinya. Dia sangat senang karena istrinya adalah wanita yang berhati lembut dan mau memaafkan orang lain. Mikaela bukan tipikal orang yang berpikiran sempit tetapi wan
Apartemen Marcel, Podomoro City Seminggu berlalu tanpa terasa. Semuanya terasa lebih baik saat ini. Mikaela sudah bisa menjalani hidup normalnya meski terkadang, dia sering mimpi buruk. Ya, tentu saja Marcel akan selalu menenangkannya jika sudah begitu. Wanita itu selalu teringat bagaimana sampai akhirnya Willy terbunuh. Tapi untunglah, kejadian itu tidak membuat mental Mikaela jadi terganggu, malahan, dia semakin kuat. Dan kedepannya, dia bertekad untuk semakin kuat lagi.‘TING-TONG’ Bel apartemen berbunyi, mengalihkan atensi mereka bertiga yang sedang sarapan bersama. Marcel dengan cepat melangkah dan membukakan pintu apartemen. Dan ternyata, yang datang adalah polisi.“Selamat pagi, pak!” kata sang polisi.“Ya, pagi. Ada apa ya?” tanya Marcel perihal kedatangan mereka ke apartem
Mikaela POV Aku ingat kalau saat SMA dulu, aku tidak punya teman akrab. Tidak ada teman perempuan yang dekat denganku karena menganggap aku berbeda. Penampilanku yang seperti anak laki-laki dan juga sikapku, membuat mereka malas berteman denganku. Dulu rambutku itu pendek, dan sikapku sangat buruk. Aku sangat egois dan sombong seperti yang pernah Marcel katakan sebelum kami menikah. Saat di Amerika, aku ingin diterima. Aku melakukan segala cara untuk bisa diterima oleh mereka. Mulai dari ikutan hangout seharian, pesta pora sampai tengah malam, bahkan minuman keras. Aku ingin punya teman karena merasa sendirian disana. Tapi memang, aku berhati-hati soal laki-laki karena papa selalu mewanti-wanti dari Indonesia. Aku juga takut terjebak. Disisi lain, aku memang sangat penasaran bagaimana rasanya pacaran. Semua temanku, sudah pacaran. Mau teman SMA, kuliah, bahkan s
Di Pemakaman Mikaela masih saja terduduk disamping makam Willy dan tidak mau bergerak dari nisannya. Semua orang sudah pergi, tapi dia masih disitu bersama Marcel. Suaminya tak lelah terus menemaninya disini. Wanita itu jelas masih berduka karena kepergian sosok yang sangat penting dalam hidupnya.“Mikaela, kita pulang dulu, ya! Kamu belum makan dua hari ini. Sejak di rumah sakit sampai saat ini kamu hanya meminum air. Kamu bisa sakit.” Bujuk Marcel pada Mikaela. Wanita itu malah menggeleng dengan wajahnya yang masih pucat. Dia masih bersandar sambil memandangi wajah Willy yang tersenyum di foto.“Selena juga sangat merindukanmu, ini juga sudah mau hujan, kita pulang dan besok kemari lagi.” Marcel masih belum menyerah.“Kamu pulang saja dulu Marcel. Sampaikan permintaan maafku pada Selena. Aku masih mau disini. Aku tidak peduli jika hujan, aku masih ingin disi
Rumah Sakit Mikaela kini langsung berlari ke arah IGD dimana Willy dibawa oleh para dokter. Dia ingin masuk, tetapi tak diperbolehkan karena dokter tengah melakukan operasi. Mikaela terus-menerus melihat Willy dari pintu kaca sambil menangis. Perasaannya begitu hancur saat melihat Willy badi begini karena menyelamatkan dirinya. Marcel benar-benar terluka melihat istrinya terpuruk saat ini. Dia langsung meraih Mikaela dan memeluk wanita itu. Wanita itu masih terus menangis dalam pelukannya. Marcel tahu kalau Mikaela memang pasti akan sangat terluka jika melihat Willy jadi tak berdaya, apalagi kemungkinan wanita itu melihat semua kejadiannya di depan matanya.“Mikaela, kumohon tenanglah!” Marcel berusaha menenangkan Mikaela sambil mengelus-elus punggung wanita itu.“Hiks! A-aku yang menyebabkannya hiks
Mikaela terus menatap nanar pada Willy yang sudah tak berdaya dihadapannya. Dia tidak menyangka bahwa Willy harus terluka bahkan dihabisi di depan matanya. Perlahan, Mikaela menyentuh wajah pria itu yang penuh dengan darah. Tatapannya masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Pria itu memang sudah tidak sadar sama sekali.“Dia sudah mati! Sial sekali ya, dia berusaha melindungi istri orang dan malah mati.” Ejek Raymond sambil berjalan mendekati Mikaela. Sedangkan wanita itu menghapus air matanya tanpa peduli jika tangannya kini berlumuran darah Willy. Wajahnya pun jadi ikut terkena darah pria itu.“Sekarang hanya tinggal kita disini. Masih berharap Marcel datang?” tanya Raymond dengan kini sudah berjongkok tepat dihadapan Mikaela.‘Willy? Benarkah kau sudah pergi?’ batin Mikaela bertanya-tanya lalu mendongak untuk membalas tatapan Raymond. Saat melihat wajah Mikaela yang sudah pucat dan berlumuran darah, otomatis pria itu a
Di gudang penyekapan…‘Buaghhh!!’“Arrgghh!” teriak preman itu ketika Willy menghajarnya.“Dimana bu Michelle, ya?” gumam salah seorang preman ketika sadar tidak ada Michelle disini.“Jangan melamun!” ucap Willy langsung menendang keras perut preman itu. Mereka ternyata tidak sedikit. Ada sekitar delapan orang, yang bermunculan hingga saat ini.‘Ajaib sekali aku bisa menggerakkan tubuhku dengan ringan seperti ini? Apa ini mukjizat-Mu? Kalau pun aku mati setelah ini, aku ikhlas ya Tuhan! Karena aku bisa melindungi Cassie-ku.’ Batin Willy sambil konsenterasi menghajar para preman itu dengan heroik. Setelah beberapa belas menit menghajar mereka, Willy meregangkan otot-ototnya karena erasa agak bugar. Dengan cepat, dia langsung membuka pintu tempat dimana Mikaela disekap. Dia agak kesulitan karena tidak ada kuncinya.“Dimana kalian menaruh kuncinya?” tanya Willy pada para