Mereka pun berkumpul di meja makan, Mikaela tengah sibuk menyuapi putrinya setelah menyelesaikan makannya. Sedangkan Michael dan Michelle terlihat seperti pasangan muda yang tengah kasmaran. Michelle menyiapkan makanan Michael, lalu dibalas dengan Michael yang menyuapi Michelle dengan romantic.
“Michael, disini ada orang tua.” tegur Elmand membuat Michael tersenyum malu-malu.“Pa, lagipula gak bakal ada yang larang kok kalau papa dan mama suap-suapan. Iya gak, kak?” balas Michael membuat Elmand dan Ribka saling menatap dan menggeleng.“Orang tua biasanya selalu malu.” sambung Michelle dengan senyumannya. Dia diam-diam memerhatikan Marcel yang sama sekali tidak memakan makanannya. Michael tak sempat memerhatikan kakaknya karena sibuk dengan Michelle. Tentu saja, Marcel sedang termenung akan kesedihannya melihat Michael dan Michelle saat ini.“Marcel, kenapa nasimu masih utuh, nak?” tegur Ribka baru melihat Marcel yang sama sekali belum makan.“Dari tadi dia memerhatikaAku akan membantumu, kita harus memulai segalanya. Jadi kita harus mulai dengan saling percaya- Mikaela to Marcel 2k21
Tanpa terasa waktu terus berputar. Keadaan di dalam mansion keluarga Buana kini kelihatan normal. Dan kini adalah akhir pekan, Elmand dan Ribka memutuskan untuk pergi ke Paris untuk berlibur. Mereka pergi selama 2 Minggu, katanya untuk merayakan Ukang tahun pernikahan mereke yang ke-30 tahun.“ Menyenangkan ya kak, papa dan mama pergi sesuka hati mereka sekarang. Mereka santai saja karena ada kakak yang memegang kendali perusahaan saat ini. Umur pernikahan mereka panjang juga.” ucap Michael mengagumi pernikahan kedua orang tua mereka. Kini kedua putra Buana itu sedang duduk santai di ruang tengah.“Ya, begitulah. Ada masanya dimana orang tua harus memberikan tanggung jawab mereka kepada anaknya lalu menikmati masa tua mereka. Saat ini, waktunya bagi kita untuk menunjukkan bakti kepada mereka.” jawab Marcel pada adiknya. Tiba- tiba Selena datang menghampiri Marcel sambil memeluknya.“Papa! Tita te lumah opah yukk!!” ajak Selena pada Marcel. Pria it
“Mau minum apa?” tanya Adinata pada Marcel.“Tidak perlu repot, pa.” jawab Marcel dengan ramah dibarengi senyuman ramah diwajahnya.“Kenapa harus repot? Kamu itu seperti putra saya sendiri. Pelayan, tolong buatkan teh dua untuk kami ya.” suruh Adinata pada salah seorang pelayan di rumahnya.“Kalau boleh tahu, kamu pake pelet ke adik aku ya? Kok dia jadi manis banget gitu? Padahal, sudah bertahun-tahun dia merasa terpuruk karenamu.” tanya Heinry dengan nada agak menyindir ke Marcel.“Bukan begitu, kak. Kami sudah sama-sama berkomitmen untuk memulai semuanya dari awal dan mencoba saling memaafkan. Memang, pengorbanan di pihak Mikaela lebih besar, apalagi untuk mencoba menerima pria seperti saya. Oleh karena itu, saya akan melakukan apa pun untuk menyenangkan Mikaela dan Selena.” jawab Marcel dengan nada ramah membuat Heinry dan Adinata agak kagum. Adinata tersenyum tipis saat melihat cara berbicara Marcel yang sangat sopan dan tidak menyombongkan dirinya. Inilah alas
Sesudah puas bertemu dengan keluarganya, Mikaela dan Marcel memutuskan kembali ke Mansion mereka. Mereka berdua seakan disadarkan bahwa mempertahankan hubungan ini sangat penting. Seakan mereka berdua sudah sama-sama memutuskan untuk mempertahankan hubungan dan membuat hubungan baru. “Kamu sepertinya bercerita panjang lebar pada kakak iparmu. Dan saya, mala di introgasi habis-habisan oleh ayah dan kakakmu.” Marcel memulai pembicaraan. “Wah, benarkah? Tapi, bukannya kalian asyik bermain golf tadi?” tanya Mikaela karena melihat Marcel tadi bermain golf bersama ayah dan kakaknya. Bahkan, Marcel membuat ayahnya merasa tersaingi karena pria itu mampu mengalahkan ayahnya. “Iya benar! Itu terjadi setelah saya di introgasi. Tapi bukan masalah, itu artinya saya harus lebih berhati-hati dalam memperlakukanmu. Oh iya, kamu dan kakak iparmu membicarakan apa saja? Sampai sore juga.” jawab Marcel diakhiri dengan tanya. “Mau tahu saja pembicaraan wanita!” jawab Mika
Mereka bertiga sedang berkumpul di meja makan, tak lama Michael dan Michelle pulang setelah berjalan-jalan. “Baru sampai? Ayo makan malam.” ajak Marcel kepada mereka. Keduanya pun duduk sambil mengambil piring dan seperti biasa Michelle menyiapkan makanan Michael. “Kakak tahu? Kencan kami hari ini menyenangkan. Kami bertemu dengan teman-teman kuliah dulu. Walau akhirnya, Michelle malah sibuk dengan sahabat-sahabatnya. Padahal kemarin juga baru bertemu, bukan.” ujar Michael membuat Michelle terkejut. Dia tak menyangka Michael masih mengingat kebohongannya yang bilang kalau dia bertemu dengan teman-temannya beberapa hari lalu. Marcel dan Michelle bertatapan diam-diam mendengar ucapan Michael barusan. “Itu biasa, namanya juga wanita. Sekalinya berjumpa, banyak hal yang ingin diceritakan. Tapi sayangnya, sebagian besar sahabatku pada sibuk. Hanya satu yang ada di dekatku.” balas Mikaela mendengar ujaran Michael barusan. “ Maaf ya Mike, kamu marah ya
Marcel POV Aku masih terdiam disini. Aku merasa diriku tidak pantas menghadapi Mikaela. Aku tidak sanggup mengatakan bahwa aku meminta perceraian padanya. Hubungan kami baru saja dimulai. Kami sudah mulai menerima satu dengan yang lain, tapi aku tidak bisa mengabaikan Michelle dan anak kami di dalam kandungannya. Anak itu memiliki hak yang sama dengan Selena mendapatkan ayahnya. Tapi, jika aku dan Mikaela berpisah, Selena pasti tidak akan menganggapku ayahnya lagi. Mungkin Mikaela akan sedikit kecewa, tapi menemukan cinta bukan hal sulit buatnya. Apalagi ada William disisinya, tapi aku tidak bisa membayangkan jika selena memanggil ‘Papa’ pada orang lain. Rasanya sangat sakit, tapi tidak mungkin aku bisa memenangkan hak asuh putriku. Aku akan kalah dari berbagai sisi. “Apa yang harus aku
Semenjak hari itu, sikap Marcel benar –benar berubah. Dia mulai mengacuhkan Mikaela dan tidak mau mengatakan sepatah katapun pada wanita itu. Tentu saja, Mikaela penasaran akan apa yang sebenarnya dipikirkan suaminya itu. Tapi, dia berusaha mengerti perasaan Marcel dan memilih mengabaikan sikap pria itu. Saat ini, mereka berada dikamar dan masih diam satu sama lain. Di depan Selena, mereka terlihat harmonis, tapi mereka kembali lagi ke titik nol seperti pertama kali. “Aku tidak tahan lagi, Marcel! Jelaskan sesuatu!” pinta Mikaela menuntut jawaban pada Marcel. Pria itu menatap datar pada Mikaela sambil kembali memainkan ponselnya. “Apa sih yang kamu lihat disitu? Marcel? Kau ini kenapa, sih?” kesal Mikaela berusaha menarik Handphone Marcel. Tiba-tiba pria itu berdiri dan menarik handphonenya dari wanita itu. Pria iyu kemudian pergi tapi Mikaela menahannya. “Mau kemana?” tanya Mikaela sambil menahan tangan suaminya. “Ada urusan pekerjaan. Akhir-akhir in
Sesudah merayakan bersama Willy, Mikaela pulang menuju rumah ayahnya tentu saja karena mendapat telpon untuk datang ke sana. Biasanya Marcel akan memerhatikannya dengan menjemputnya sepulang kerja, tapi seminggu terakhir ini Marcel tampak tidak memedulikannya sama sekali. Akhirnya, dia membawa mobilnya sendiri untuk bekerja. Sesampainya di rumah keluarga Djuanda, Mikaela turun dari mobilnya. Dia terus berpikir akan sikap Marcel, tidak ada komunikasi sebelum tidur ataupun dongeng. Dia menghela napas saat teringat tidak ada Marcel saat ini. Harusnya pria itu lebih memerhatikannya, apalagi ini hari spesialnya. “KEJUTAN!!!” teriak banyak orang ketika Mikaela membuka pintu rumahnya. Ternyata, disitu ada ayah, kakaknya dan kakak iparnya, Selena serta beberapa sahabatnya. Mikaela langsung tersenyum dan berterima kasih kepada mereka semua. “Carol!! How are you?” tanya Mikaela pada salah satu
Mikaela POV Setelah memberi kata sambutan, Marcel turun untuk menyambut para tamu dan meninggalkan aku sendirian. Ya, sendirian! Apa dia tidak berinisiatif mengenalkanku pada semua koleganya? Ah, sudahlah! Temannya juga laki-laki semua, mungkin dia takut ada yang seperti si Raymond sialan itu. ‘Aku akan sudut sana sajalah.’ pikirku sambil berjalan ke balkon di sudut sana. Ah, aku juga mau makan kue sambil menunggu Marcel siap meladeni tamunya. Jadi, aku mengambil piring kecil berisikan cake yang lezat dan sebuah garpu cantik yang kemungkinan bahannya dari perak. Sejujurnya, aku sangat suka cake apalagi buatan Willy. Aku pun menikamati kue sambil melihat kebawah. ‘Kapan Willy datang, ya?’ pikirku menunggu kedatangan Willy. Setidaknya kalau ada dia, aku bisa bercerita dan tidak bosan. “Kau sombong sekali ya, Mikaela.” sebuah suara berat dibelakangku sontak membuatku berbalik. Sialan, kenapa si Raymond itu kesini. “Kau bahkan tak membalas uluran
Beberapa bulan kemudian… Mikaela kini berdiri di sebuah tempat pemakaman umum sambil membawakan sebuket bunga lily. Dia kini berada tepat di makam William Simon. Dan hari ini, dia memang sengaja datang sendiri kesini. “Hari ini harusnya kamu berusia genap 28 tahun, Willy. Tapi kamu pergi terlalu cepat meninggalkan semuanya,” gumam Mikaela sambil meletakkan bunga itu di makam Willy. Wanita itu lalu menyentuh foto Willy yang ada di makam itu lalu tersenyum. Tanpa sadar, air matanya mengalir begitu saja. Mikaela masih ingat semuanya! Bahkan sampai akhir hidupnya, Mikaela ada disisinya tanpa melepas genggaman tangannya. Mikaela sangat sedih setelah tahu kebenarannya bahwa selama ini Willy mengidap penyakit kronis. “Kamu tidak berkata apapun agar aku tidak khawatir. Kamu selalu begitu! Tapi sekarang kamu sudah tenan
Mansion Keluarga Buana“Apa ini, Pa?” tanya Marcel ketika sang ayah memberikannya sebuah amplop berisikan tiket ke Venesia.“Untuk bulan madu. Kalian itu sudah menikah dan secara hukum kalian sudah menjalani hubungan sampai 3 tahun. Kenapa kisah kalian tidak diwarnai dengan bulan madu? Benar gak, sayang?” jawab Elmand sambil mengerling pada Ribka istrinya. Marcel hanya memijit pelipisnya karena terkejut dengan kelakuan kedua orang tuanya itu. Dia senang sih, tapi dia gak tahu gimana menyampaikannya pada Mikaela. “Kapan Papa memesan ini? Malah penerbangan besok lagi. Kita belum ada pembicaraan soal itu! Gimana dengan Selena?” tanya Marcel lagi.“Selena sama kami aja!” Michelle keluar bersama Selena dan langsung menjawab Marcel.“Tapi kan-“ Marcel masih belum menyelesaikan kalimatnya tetapi Selena langsung memotongnya,” Kata aunty Michie, papa dan mama pelgi untuk buat adik! Jadi Sele
“Makasih, Mbak! Saya bersyukur mbak mau maafin saya!” Michelle benar-benar berterima kasih pada Mikaela. Wanita itu membalas pelukan Michelle sambil menepuk-nepuk punggungya.“Memaafkan adalah obat rasa sakit yang terbaik. Willy selalu mengatakan itu padaku. Dia juga pasti sudah memaafkanmu! Kamu jangan merasa bersalah lagi ya, Michelle.” Mikaela menjawab.“Kak, aku juga minta maaf ya. Aku sangat menyesali segalanya.” Michael juga minta maaf pada Mikaela dan Marcel.“Tak masalah, yang penting kamu sadar dan mau minta maaf. Bagi kami, itu yang terpenting. Iya kan, sayang?” Mikaela menerima permintaan maaf adik iparnya itu. Marcel mengangguk sebagai jawaban dan tersenyum kepada istrinya. Dia sangat senang karena istrinya adalah wanita yang berhati lembut dan mau memaafkan orang lain. Mikaela bukan tipikal orang yang berpikiran sempit tetapi wan
Apartemen Marcel, Podomoro City Seminggu berlalu tanpa terasa. Semuanya terasa lebih baik saat ini. Mikaela sudah bisa menjalani hidup normalnya meski terkadang, dia sering mimpi buruk. Ya, tentu saja Marcel akan selalu menenangkannya jika sudah begitu. Wanita itu selalu teringat bagaimana sampai akhirnya Willy terbunuh. Tapi untunglah, kejadian itu tidak membuat mental Mikaela jadi terganggu, malahan, dia semakin kuat. Dan kedepannya, dia bertekad untuk semakin kuat lagi.‘TING-TONG’ Bel apartemen berbunyi, mengalihkan atensi mereka bertiga yang sedang sarapan bersama. Marcel dengan cepat melangkah dan membukakan pintu apartemen. Dan ternyata, yang datang adalah polisi.“Selamat pagi, pak!” kata sang polisi.“Ya, pagi. Ada apa ya?” tanya Marcel perihal kedatangan mereka ke apartem
Mikaela POV Aku ingat kalau saat SMA dulu, aku tidak punya teman akrab. Tidak ada teman perempuan yang dekat denganku karena menganggap aku berbeda. Penampilanku yang seperti anak laki-laki dan juga sikapku, membuat mereka malas berteman denganku. Dulu rambutku itu pendek, dan sikapku sangat buruk. Aku sangat egois dan sombong seperti yang pernah Marcel katakan sebelum kami menikah. Saat di Amerika, aku ingin diterima. Aku melakukan segala cara untuk bisa diterima oleh mereka. Mulai dari ikutan hangout seharian, pesta pora sampai tengah malam, bahkan minuman keras. Aku ingin punya teman karena merasa sendirian disana. Tapi memang, aku berhati-hati soal laki-laki karena papa selalu mewanti-wanti dari Indonesia. Aku juga takut terjebak. Disisi lain, aku memang sangat penasaran bagaimana rasanya pacaran. Semua temanku, sudah pacaran. Mau teman SMA, kuliah, bahkan s
Di Pemakaman Mikaela masih saja terduduk disamping makam Willy dan tidak mau bergerak dari nisannya. Semua orang sudah pergi, tapi dia masih disitu bersama Marcel. Suaminya tak lelah terus menemaninya disini. Wanita itu jelas masih berduka karena kepergian sosok yang sangat penting dalam hidupnya.“Mikaela, kita pulang dulu, ya! Kamu belum makan dua hari ini. Sejak di rumah sakit sampai saat ini kamu hanya meminum air. Kamu bisa sakit.” Bujuk Marcel pada Mikaela. Wanita itu malah menggeleng dengan wajahnya yang masih pucat. Dia masih bersandar sambil memandangi wajah Willy yang tersenyum di foto.“Selena juga sangat merindukanmu, ini juga sudah mau hujan, kita pulang dan besok kemari lagi.” Marcel masih belum menyerah.“Kamu pulang saja dulu Marcel. Sampaikan permintaan maafku pada Selena. Aku masih mau disini. Aku tidak peduli jika hujan, aku masih ingin disi
Rumah Sakit Mikaela kini langsung berlari ke arah IGD dimana Willy dibawa oleh para dokter. Dia ingin masuk, tetapi tak diperbolehkan karena dokter tengah melakukan operasi. Mikaela terus-menerus melihat Willy dari pintu kaca sambil menangis. Perasaannya begitu hancur saat melihat Willy badi begini karena menyelamatkan dirinya. Marcel benar-benar terluka melihat istrinya terpuruk saat ini. Dia langsung meraih Mikaela dan memeluk wanita itu. Wanita itu masih terus menangis dalam pelukannya. Marcel tahu kalau Mikaela memang pasti akan sangat terluka jika melihat Willy jadi tak berdaya, apalagi kemungkinan wanita itu melihat semua kejadiannya di depan matanya.“Mikaela, kumohon tenanglah!” Marcel berusaha menenangkan Mikaela sambil mengelus-elus punggung wanita itu.“Hiks! A-aku yang menyebabkannya hiks
Mikaela terus menatap nanar pada Willy yang sudah tak berdaya dihadapannya. Dia tidak menyangka bahwa Willy harus terluka bahkan dihabisi di depan matanya. Perlahan, Mikaela menyentuh wajah pria itu yang penuh dengan darah. Tatapannya masih tak percaya dengan apa yang dia lihat. Pria itu memang sudah tidak sadar sama sekali.“Dia sudah mati! Sial sekali ya, dia berusaha melindungi istri orang dan malah mati.” Ejek Raymond sambil berjalan mendekati Mikaela. Sedangkan wanita itu menghapus air matanya tanpa peduli jika tangannya kini berlumuran darah Willy. Wajahnya pun jadi ikut terkena darah pria itu.“Sekarang hanya tinggal kita disini. Masih berharap Marcel datang?” tanya Raymond dengan kini sudah berjongkok tepat dihadapan Mikaela.‘Willy? Benarkah kau sudah pergi?’ batin Mikaela bertanya-tanya lalu mendongak untuk membalas tatapan Raymond. Saat melihat wajah Mikaela yang sudah pucat dan berlumuran darah, otomatis pria itu a
Di gudang penyekapan…‘Buaghhh!!’“Arrgghh!” teriak preman itu ketika Willy menghajarnya.“Dimana bu Michelle, ya?” gumam salah seorang preman ketika sadar tidak ada Michelle disini.“Jangan melamun!” ucap Willy langsung menendang keras perut preman itu. Mereka ternyata tidak sedikit. Ada sekitar delapan orang, yang bermunculan hingga saat ini.‘Ajaib sekali aku bisa menggerakkan tubuhku dengan ringan seperti ini? Apa ini mukjizat-Mu? Kalau pun aku mati setelah ini, aku ikhlas ya Tuhan! Karena aku bisa melindungi Cassie-ku.’ Batin Willy sambil konsenterasi menghajar para preman itu dengan heroik. Setelah beberapa belas menit menghajar mereka, Willy meregangkan otot-ototnya karena erasa agak bugar. Dengan cepat, dia langsung membuka pintu tempat dimana Mikaela disekap. Dia agak kesulitan karena tidak ada kuncinya.“Dimana kalian menaruh kuncinya?” tanya Willy pada para