Beranda / Lain / LORO / 20. Semua salahmu!

Share

20. Semua salahmu!

Penulis: Nur Juwariyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kenapa harus macet sih? Perasaan tadi lancar jaya." Rutuk Marko kesal dan sekali lagi memencet klakson menambah kebisingan jalan yang sudah menjalar bak ular.

"Kamu tahu, melakukan ini tak akan mengubah apapunkan, Ko?" ucap Ali menyentuh lengan Marko yang menarik dalam nafasnya lalu ia hempaskan kuat-kuat.

Pemilik bibir tebal nan seksi itu lalu bersandar pada jok setelah menggenggam tangan Ali yang menunjukan senyum. Tentu bukan senyum yang membuat Marko merasa ngeri dengan rambut berdiri, tapi senyum lembut yang membuatnya sedikit tenang meski hatinya gelisah.

"Aku tau, Li. biar tambah rame saja. Kamu pikir siapa yang datang?" tanya Marko menoleh pada Ali yang memeluk bantal bergambar karakter aneka permen lolipop berbagai warna yang memenuhi permukaanya.

Ali yang mendengar tanya Marko pun langsung menarik dalam nafasnya. Meski pembawaan Ali tenang Marko tahu kekasihnya itu juga merasa was-was.

"Siapa lag

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LORO   21. Dia mati!

    Suara dentuman musik yang memekakan telinga bersama riuh rendah jeritan dan teriakan dari mulut-mulut yang merasakan dunia hanya milik mereka itu terdengar begitu pecah.Satu-satu, dua tiga, empat, bergerombol dalam gemerlap lampu.Parfum, keringat, asap rokok semua melebur jadi satu.Tawa, canda, seringai, bahasa tubuh yang entah jujur atau pura-pura terdengar dari segala penjuru.Tapi, siapa yang perduli dengan kejujuran saat mereka datang untuk melepas rasa, melepas penat, menyalurkan hasrat.Tidak ada yang perduli kecuali melebur menjadi satu dengan keriuhan dan kebisingan memekakan telinga tapi memabukkan.Mereka bisa menjadi siapa saja, apa saja. Bersikap semaunya. Menahan diri? Disini bukan tempatnya.Namun, gadis itu bersikap tak biasa, hanya berkali-kali menenggak minuman yang sudah menguasai seluruh saraf dan nadinya. Tapi, ia masih saja menuangkan air beralkohol itu dalam gelas yang ser

  • LORO   22. Teruslah menjadi egois.

    "Gue gak akan ngizinin lo nyetir mobil gue, Sera." Ucap gadis yang berdiri tegak saja tak mampu. "Tch! Gue tau dan bukan gue yang akan nyetir, tapi Ardi!" ucap Sera menunjuk pria yang mengangkat bahunya pasrah."Dan lo, boleh tidur sama cowok gue malam ini. Tapi cuman malam ini." Ulang Sera mengacak rambut berombre miliknya. Kesal dan bingung. "Aku gak bilang setuju, Beib." Kata Ardi memasukkan tangannya kesaku celana menatapi Sera yang mendengus makin kesal. "Yakin lo gak mau? gue bisa liat tatapan lo pas jalang mabuk ini mau ngajak lo tidur sama dia," ucap Sera membuat Ardi menggelengkan kepalanya. "Itu tadi, Sera. Kamu gak liat sekacau apa temen kamu sekarang? belum lagi apa yang diucapkannya tadi." balas Ardi menatap Sera yang menarik nafasnya dalam setelah menatap Zizi yang bersandar pada mobil kesayangannya. "Dia mabuk Ardi, for God sake! Or

  • LORO   23. apa yang terjadi?

    "PANGGIL POLISI!"Teriakan Marko yang menggema diseluruh ruangan membuat beberapa orang yang sudah penasaran dengan suara ramai mengintip ke dalam. Begitupun seorang petugas rumah sakit yang kebetulan lewat, ia mengangkat ponsel dalam sakunya menelpon entah siapa. Dan tak berapa lama petugas keamanan masuk dalam ruangan yang terlihat menegangkan.Sementara Ali yang begitu kalut bahkan tak tau apa yang terjadi dalam ruangan yang ditinggalkannya dengan Arimbi digendongan dengan darah segar yang terus saja keluar dari kepala Arimbi.Pria itu berteriak seperti orang gila sampai ada dokter yang menyentuh tubuhnya yang begitu tegang lalu melakukan pemeriksaan awal pada gadis kecil yang langsung ditidurkan diatas bangsal.Begitu banyak hal yang terjadi di depan mata Ali, Dokter dan perawat yang bergerak sesuai perintah dan instruksi. Langkah-langkah cepat dengan mulut dan tangan yang bekerja disaat yang sama. Tapi, m

  • LORO   24

    "Kerja bagus, tapi kalian tak perlu melanjutkan kasus ini." Ucap pria yang meski sudah beruban masih tampak gagah dengan badan tinggi tegap, pada dua petugas yang sejak awal memeriksa Sukma."Tapi komandan kasus in-""Anda dengar saya, Pak Anto. Kasus ini sudah selesai." Begitu tegas ucapan pria yang dipanggil komandan itu menatap bawahannya yang lebih memilih menutup mulut, tau percuma bicara."Aku sudah boleh pergi, bukan?" tanya wanita paruh baya yang berdiri sambil mencangklong tasnya dan berjalan begitu saja melewati dua petugas yang sejak dua jam lalu bersamanya itu. Bertanya kalimat-kalimat berulang karena Sukma memilih bungkan dan lebih suka menjawab dengan emosi juga ancaman."Saya harap anda memecat dua orang itu tanpa hormat, Komandan." Ucap Sukma lebih terdengar seperti perintah."Tidak perlu sampai seperti itu, Nyonya Sukma. Tapi, saya akan pastikan hal ini takkan te

  • LORO   25. Tangis tak terdengar

    "Jadi bodoh seperti kakek dan ibunya, maksudmu? heh!""Mereka tidak bodoh, hanya hati mereka yang terlalu baik.""Apa bedanya itu? Terlalu baik dan bodoh sama saja bagiku. Aku hanya tak ingin anak itu berahir seperti mereka berdua. Bernasib sama seperti kakek dan ibunya. Lalu menjalani hidup dalam kebohongan tanpa tau hidup yang dijalani adalah tipu muslihat," ucap wanita itu membuat Anto menarik nafasnya dalam."Setidaknya Wijaya tidak menyesali cara hidupnya meski dikelilingi manusia-manusia seperti kita. Wijaya hanya terlalu baik dan menganggap kita pun sama baiknya segelap apapun jalan yang kita pilih, sampai ahir hayatnya.""....""Baiklah sudah dini hari sebaiknya kau tidur, aku juga ingin pulang dan istirahat."Anto menatap layar ponselnya yang sudah mati beberapa lama dan menarik nafas dalam sebelum menutup map dan memasukkannya kedalam laci miliknya

  • LORO   26. Berusahalah menikmati sakit ini.

    "Bahkan kita harus membuat anak bodoh itu menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi pada Arum.""Ib-""Aku sudah lelah malam ini, Bagas. Lelah sekali. Ibu ingin pulang dan berendam air hangat lalu tidur." Ucap Sukma membetulkan posisi duduknya lalu bersandar memejamkan mata dan tetap diam sampai Bagas yang tau Sukma hanya tak ingin melanjutkan pembicaraan, menyalakan mobil. Ia tahu percuma bicara lagi pada wanita keras kepala disampingnya.Pria yang menyalakan mesin mobilnya itu tidak membantah ataupun menolak dan hanya diam disepanjang jalan. Meski itu berbeda dengan hati dan pikirannya. Tapi, Bagas tetap memilih bungkam. Begitu rapat menutup mulutnya. Meskipun tangannya yang memegang kemudi begitu keras terkepal. tapi diamnya ini, apa bedanya dengan menyetujui kalimat sang ibu yang ingin menyalahan apa yang terjadi pada Arum kepada anak berusia # tahun yang masih terbaring di bangsal rumah sakit."

  • LORO   27, Suara yang tak lagi terdengar

    Lency berjalan kikuk disamping tubuh pria super tinggi yang hanya ditemuinya beberpa kali selama 8 tahun bekerja sebagai menejer Marko dan Ali.Sani dwiko, pria muda yang mendapat namanya karena hasil bidikannya yang terkesan natural dan menarik perhatian tak hanya sang pecinta fotografi bahkan kritikus yang ucapannya bisa memecahkan gendang telingapun dibuat tak berdaya. Memujinya. Bukan karena paras rupawannya yang di atas rata-rata tapi lebih pada bakat yang begitu alami yang diasah sehingga menjadikannya seperti hari ini.Hanya saja, pria disamping Lency ini begitu sulit didekati. meski dari ucapan Marko dan Ali pria di sampingnya ini mesum, Sekalipun Lency tak pernah mendengar istilah itu dari rekan-rekan kerjanya atau model-model yang dikenalnya dan sudah pernah bekerja sama dengan Sani Dwiko."Saya hanya bisa mengantar sampai sini," ucap Lency yang jadi sopan, menunjuk kamar rawat inap yang tertutup rapat.&n

  • LORO   28. Suara yang tak terdengar

    Lency berjalan kikuk di samping tubuh pria super tinggi yang hanya ditemuinya beberpa kali selama 8 tahun bekerja sebagai menejer Marko dan Ali.Sani dwiko, pria muda yang mendapat namanya karena hasil bidikannya yang terkesan natural dan menarik perhatian tak hanya sang pecinta fotografi bahkan kritikus yang ucapannya bisa memecahkan gendang telingapun dibuat tak berdaya. Memujinya. Bukan karena paras rupawannya yang di atas rata-rata tapi lebih pada bakat yang begitu alami yang diasah usia belia, sehingga menjadikannya seperti hari ini.Hanya saja, pria di samping Lency ini begitu sulit didekati. Meski dari ucapan Marko dan Ali, pria di sampingnya ini mesum. Sekalipun, Lency tak pernah mendengar istilah itu dari rekan-rekan kerjanya atau model-model yang dikenalnya dan sudah pernah bekerja sama dengan Sani dwiko, "saya hanya bisa mengantar sampai sini," ucap Lency yang jadi sopan, menunjuk kamar rawat inap yang tertutup rapat.

Bab terbaru

  • LORO   SHE IS THE LITTLE WOLF

    Pria yang wajahnya bisa menipu banyak orang itu berdiri di depan ratusan mahasiswa. wajahnya yang bisa tersenyum dalam keadaan apapun, begitu pula tatapan ramah ia tunjukan pada bakal-bakal manusia yang sudah menentukan pilihan hidup yang ingin mereka jalani. Telinga para mahasiswa itu mendengarkan dengan seksama apa yang Sabio sampaikan dalam kelas yang mereka ikut, sesekali bertanya, tidak menyela saat pria yang mata sebelah kirinya selalu menjadi perhatian karena ada tanda lahir di sana bicara, menerangkan apapun yang ingin mereka ketahui. "But, is it possible to erese their memory permanenly, Sir? Mendengar itu Sabio menatap pria keturunan yang gigi putihnya begitu kontras dengan warna kulitnya yang hitam. Pertanyaan yang rasanya selalu Sabio dengar kapanpun itu apalagi saat ia harus menjadi pembicara entah di depan kelas ataupun konferensi bahkan individu. Apa lelaki yang wajahnya bisa ia mainkan sesuka hati itu pernah b

  • LORO   KAU YANG AKAN MENYAKITINYA LEBIH DARI SIAPAPUN

    "So, apa yang akan kalian lakukan saat Bagas datang?"Lency menelan ludahnya untuk pertanyaan Sani. Matanya menatapi bergantian dua pria yang entah akan menjawab apa. Ia yang sudah berpikir tidak akan bermimpi buruk malam ini karena memilih jujur untuk kedatangan Bagas, menghembuskan nafas dalam, berharap Marko ataupun Ali tak mendengar.'Sial! Gue akan makin mimpi buruk kalo gak dengar jawaban mereka sekarang!' batin Lency yang juga ingin tahu apa yang akan ayah ke-2 dan ke-3 Arimbi lakukan.Ia lalu menatap wajah Arimbi yang terlihat begitu damai dalam lelap, "apa mimpimu menyenangkan, Arimbi?" Ucap Lency yang tak sadar ucapannya membuat Ali menoleh."Apa? Jangan bilang gue ngomong kenceng barusan?" Ucap Lency tak urung membuat suasana tegang dalam ruangan, berubah.Apalagi sorot mata Ali jadi melembut ketika ia menatap Arimbi yang rambutnya ia belai, sementara Marko berdiri lalu duduk di atas lantai memegang jemari Arimbi yang jadi terlihat

  • LORO   APA YANG AKAN KALIAN LAKUKAN?

    "Arimbi akan pulang ke rumah ini, Bu, tapi aku tidak akan membiarkan ibu melakukan apa yang ibu mau."Mata Sukma membesar, tangannya terangkat tinggi namun hanya berhenti di udara."Arimbi akan pulang ke rumah ini dan aku tidak ingin mendengar ibu atau siapapun menyalahkannya untuk apa yang terjadi."Plakk!Kali ini tangan Sukma benar-benar menampar pipi Bagas yang tidak terkejut dengan reaksi Sukma. "Kau tahu kenapa kita harus melakukan itu!" Seru Sukma lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, memeriksa jika ada mata ataupun telinga yang mendengar lalu mengecilkan suaranya. Sadar, jika ada telinga yang mendengar maka apa yang sudah ia susun akan berakhir."Kau tahu betul kita harus melakukan itu!"Sukma memegang lengan Bagas, tatapannya memelas namun penuh tuntutan, "kau tahu kenapa ibu melakukan ini bukan? Semuanya untukmu, Bagas, agar kau bisa hidup tenang bersama Maya dan Carmen."Sukma lalu menyentuh pip

  • LORO   KEPUTUSAN MEREKA

    "Cari siapa, Mas?""Saya suami Arum.""!" Mata lency membesar untuk jawaban lelaki yang ketidak-hadirannya selalu ia tanyakan. Manik mata wanita berkulit hitam manis itu bergerak gelisah sementara punggungnya terasa panas mengingat di ruangan Arum ada Ali dan Marko yang mungkin tak akan senang mendengar siapa yang datang.Namun, ia yang tahu siapa dirinya tak mungkin berkata "jangan masuk!" pada lelaki tampan yang masih mengenakan pakaian kerja dengan jas yang melekat begitu pas di badannya.'Gue belum siap liat Ali sama Marko menghajar suami Arum!' seru Lency dalam hati, 'dan di dalam juga ada Arimbi-'Zreeeg!!Tangan Lency bergerak sendiri menutup pintu yang ia buka, begitu cepat sampai ia sendiri merasa kaget dan jadi kikuk saat menatap Bagas.Lency bisa merasakan punggungnya berkeringat sekalipun pendingin ruangan menyala. Mulutnya jadi terasa kelu meski tak ada satu kalimatku yang melintas dalam benak untuk ia sampaik

  • LORO   ARIMBI KITA KEMBALI.

    PING: Saya harap bapak tidak lupa dengan uang yang bapak janjikan untuk informasi ini.Entah apa yang kini sedang berkecamuk dalam benak Bagas saat melihat potret Arimbi, putrinya. Ia tampak tidak perduli dengan baris terahir dari pesan yang masuk bertubi-tubi dipenuhi oleh potret Arimbi.Tapi, ia yang sudah berdiri dan siap melangkah, punggungnya terlihat ragu apalagi saat matanya menatap dua pria yang terlihat bahagia di samping Arimbi yang lebar tersenyumMarko dan Ali. Dua lelaki yang wajah bahagianya pasti akan berubah jika ia datang atau bahkan menunjukkan diri.Sampai Bagas menarik nafasnya dalam, begitu dalam. Sementara matanya tak melepas senyum gadis kecil yang akhirnya masuk ke dalam ruang rawat inap yang pintunya dibuka Ali.PING: ini potret terakhir yang bisa saya kirimkan. Saya harap bapak tidak lagi menghubungi saya atau saya akan mendapat masalah karena sudah melanggar kode etik."Kode etik?" ucap Bagas menarik uj

  • LORO   IA MERASA KERDIL

    "Karena lebih baik anak itu tidak kembali jika ingin hidupnya tenang "Sera menggigit bibir bawahnya, lalu menatap ke depan. Zizi seperti orang kesetanan yang bahkan menerobos lampu merah, untung saja motor yang pengemudinya berteriak karena kaget ada mobil sport yang melanggar rambu tidak jatuh dan terlindas mobil di belakangnya.Well, tak lagi bertanya tentang Arimbi pada Zizi 'saat ini' adalah hal yang benar untuk dilakukan, mengingat Sera masih menyayangi nyawanya. Lagipula, apa yang telah dan akan dilakukan Zizi pada Arimbi bukanlah urusannya. Ia hanya ingin lebih dekat dengan Sani. Pria yang begitu tak tergoyahkan bahkan mengabaikan dirinya yang sudah menjual murah harga dirinya di depan Sani.'Kalo gue gak berhasil dapetin Lo, jangan panggil gue Sera!'Hatchi!"Godbless you, Boss," ucap Joyce pada Sany yang bersin lalu menatap sang asisten yang kembali berucap, "palingan ada yang ngomongin Lo, maklum cowok mahal kayak Lo pasti ba

  • LORO   IA MASIH SAJA CURIGA

    "Apa Ali dan Marko akan membawa Arimbi pulang kerumahnya?"Lency yang berdiri di depan pintu langsung menoleh pada Sani, "apa?" meski sedetik kemudian wajah Lency jadi pucat mengingat rumah Arimbi meski ia belum pernah ke sana."A--Ali sama Marko gak ngomong apa-apa tentang itu," jawab Lency membuat Sani mengangguk. Mengingat hari ini adalah hari sama Ali dan Marko kembali dari Berlin setelah menyelesaikan pekerjaan begitupun Arimbi yang masa perawatannya selesai.Karena sama-sama sibuk, apalagi Ali dan Marko yang jadwalnya dipadatkan sama sekali belum bertukar kata dengannya."Setidaknya Arimbi sudah kembali, bukan?" ucap Sani saat melihat wajah pucat Lency. Ia jadi merasa tak enak hati melihat wanita yang tadi tertawa bersama Mawardi jadi menunjukan wajah bermasalah.Sani tahu, Marko dan Ali pasti sudah memikirkan banyak hal menyangkut masa depan Arimbi meskipun dalam waktu singkat. Tapi, bagaimanapun juga selain mereka berdua y

  • LORO   ADA YANG KESAL

    "Kok tumben udah balik, Sayang," ucap wanita ayu yang meletakan majalah Fashion saat melihat putrinya masuk dengan wajah kesal."Den Joe, sedang pergi bersama kakaknya, Bu," jawab pengasuh yang mendapat tatapan tanya dari Maya yang mengangguk paham kenapa wajah putrinya yang keluar dengan semangat kembali dengan wajah kesal."Gak usah cemberut gitu dong, Sayang. nanti kalo Joe udah pulang bisa main lagi, kan?""Kata Bu Miranda pulangnya malam, Bu. jadi baru besok bisa main lagi.""Oh, jadi karena itu anak mami wajahnya jadi gini?" ucap Maya tersenyum menyentuh kepala Carmen yang masih saja cemberut dengan bibir kecil mengerucut."Aku tuh mau main sama Joe, Mami. tapi malah keduluan sama Seth. Nyebelin banget!" Sungut Carmen tak melihat Maya memberi kode pada pengsuhnya agar membawakan kue stroberi untuk Carmen."Kalau begitu, gimana kalau kamu jalan-jalan sama Mami dan papi, setelah papi pulang nanti?"Carmen menoleh

  • LORO   DIMULAI KEMBALI

    Small small bad wolf~She life with a pack of a liar~Small small bad wolf~What she will do when she get older~Small small bad wolf~She smile with innocent smiling face~Small small bad wolf~What she gonna do? What she gonna do~Small small bad wolf~Carefull everyone she come to get you~Small small bad wolf~She life with a pack of liar~Small small bad wolf ~She smile to get you~Small small bad wolf~*Gadis kecil yang langkahnya terlihat ringan itu berjalan digandeng Sabrina, matanya membulat melihat dua pria dewasa yang bahkan tak bisa menahan lari mereka lalu memeluk dan mengangkatnya dalam dekapan rindu disertai kecupan di pipi kenyal nan lembut tanpa bekas tamparan yang sudah tak terlihat lagi.satu minggu terasa begitu lama, Namun setelah melihat gadis kecil kesayangan mereka kembali dengan senyum, Marko dan Ali hanya bisa memeluk Arimbi yang tawanya sudah tak mahal lagi. Rasa syu

DMCA.com Protection Status