Dila dan Dinda sedang duduk di ruang tamu, menunggu ayahnya datang menjemput. Hari ini adalah hari minggu, mereka berencana untuk jalan-jalan bersama Tarno dan Lastri.
Dinda sudah memakai pakaian terbaiknya. Ia tidak sabar untuk segera berangkat. Pengalamannya jalan-jalan ke mall dua minggu lalu membuatnya ingin pergi ke sana lagi. Gadis kecil itu menyukai hawa dingin yang menerpa kulitnya begitu masuk ke bangunan besar itu. Suara musik yang keras juga bertalu-talu saling bersahutan memanjakan telinganya. Toko-toko yang berjajar ditata dengan apik memanjakan matanya untuk memandang barang-barang yang ditata secara estetik di etalase.
Dan yang paling disukainya dari semua hal tersebut adalah saat masuk ke food court. Dinda bisa mencium berbagai aroma makanan yang memanjakan indra penciumannya begitu masuk ke tempat para penjual makanan berkumpul itu. Gambar-gambar makanan yang terpajang benar-benar membuatnya lapar mata ingin mencoba semua makanan yang ada di gambar. Ia
Lama Dila menunggu tapi tidak ada satu kata pun keluar dari bibir Lastri. Wanita yang akan menikahi ayahnya itu malah sibuk melihat-lihat sandal yang dipajang bersama Dinda dan membantu gadis kecil itu memilihkan sandal yang terlihat bagus untuknya.Lastri teringat dengan putri kecilnya yang sudah tiada saat melihat sandal untuk anak-anak perempuan yang lucu-lucu dan menggemaskan. Dipeganginya sebuah sandal berwarna pink dengan hiasan gambar kartun yang dulu suka ditonton putrinya. Matanya berkaca-kaca tanpa disadarinya saat ia mengelus hiasan kartun itu.Ditaruhnya kembali sandal berwarna pink itu ke tempatnya semula. Lastri menengadah agar air mata di matanya tidak jatuh ke pipinya. Setelah dirasa air matanya sudah kering dan tak bersisa lagi Lastri mengalihkan pandangannya ke arah Dila yang sedang menunduk dengan wajah lesu.“Kenapa? Tidak ada yang cocok?” tanya Lastri sembari mendekat ke arah putri sulung calon suaminya itu.Dila menggelen
Sesuai janji yang telah diucapkan sebelumnya, hari ini Lastri datang ke acara pernikahan Susanti yang diadakan di rumah Joko. Setelah berpikir selama dua hari akhirnya Lastri memutuskan untuk memberikan kado sebuah cincin pada Susanti.Awalnya ia merasa bingung harus memberikan kado apa. Jika uang, ia merasa sungkan kalau ternyata nominal yang diberikan nanti terlalu sedikit dan dianggap kurang pantas. Pernah terlintas untuk memberikan sebuah kado seprei atau bed cover saja, tapi ia merasa bahwa kado itu sudah terlalu umum. Kemungkinan Susanti akan menerima banyak kado itu dari temannya yang lain. Karena itu ia akhirnya memutuskan untuk meminta Anto mengantarkannya ke sebuah toko emas sepulang dari toko.Malamnya Lastri membungkusnya dengan sebuah kertas kado bermotif batik setelah memberikan ucapan selamat di dalamnya. Ia memberikan ucapan selamat yang tulus dengan harapan Susanti akan menerimanya dengan baik sebagai calon istri Tarno. Bagaimana pun Lastri ingin menja
“Mampir ke rumah emak dulu ya, Las,” ajak Tarno dalam perjalanan pulang.“Hah? Ngapain, Mas?” Lastri terlihat kaget saat Tarno mengajaknya mampir ke rumah.“Kita bicara sama emak mengenai rencana pernikahan kita.”“Tapi Aku nggak bawa apa-apa sekarang.”“Nggak usah bawa apa-apa. Bawa diri saja sudah cukup buat emak.”“Ish, tetep saja nggak sopan, Mas. Nanti kalau ada toko buah mampir dulu.”“Oke.” Tarno memilih mengalah untuk menghentikan perdebatan mereka.Lastri tersenyum sambil melempar pandangan keluar jendela. Hatinya menghangat karena saat-saat yang dinantikannya akhirnya akan tiba. Sebentar lagi ia akan menjadi seorang istri dan seorang ibu bagi dua putri kecil Tarno.Saat melihat kios buah, Tarno menghentikan mobilnya sesuai permintaan Lastri. Lastri segera turun dari mobil dan mulai memilih buah yang akan dibelinya sebagai buah tangan u
“Sah!” teriak para saksi dan penghulu setelah mendengar kalimat ijab kabul yang dilafalkan oleh Tarno dengan lancar meskipun hatinya berdebar-debar. Diikuti ucapan hamdalah oleh orang-orang yang ikut menyaksikan prosesi ijab kabul tersebut.Setelah berlatih dan menghafalkan kalimat ijab kabul semalaman kemarin, ia akhirnya bisa mengucapkannya dengan lancar tanpa kesalahan yang fatal. Mendengar teriakan sah, hatinya menjadi lega karena tidak perlu mengulang lagi kalimat ijab kabul untuk kedua kalinya.Dengan mas kawin seperangkat alat salat ditambah sepasang cincin yang dipilih sendiri oleh Lastri, Tarno kini sudah resmi menjadi suami sah Lastri. Baik secara agama maupun negara, karena ia langsung menandatangani buku nikah setelah mengucapkan ijab kabul. Saat ditanya mas kawin apa lagi yang diinginkannya, Lastri hanya menggeleng dan mengatakan bahwa ia sudah puas dengan cincin yang dipilihnya sendiri kemarin.Tarno menceritakan hal tersebut pada emak.
Lastri terbangun beberapa menit sebelum azan subuh berkumandang. Rasa lelah yang mendera tubuhnya membuat tidurnya sangat pulas sehingga ia tidak terbangun sama sekali malam itu. Bahkan saat Tarno mulai merebahkan tubuhnya di sebelahnya, ia tidak merasakannya sama sekali. Padahal biasanya ia sangat sensitif dengan suara-suara atau pun gerakan-gerakan pelan di sekitarnya dan mudah terbangun dari tidurnya saat merasakan hal tersebut. Namun entah kenapa ia benar-benar tidak terbangun sama sekali semalam.Melihat Tarno yang masih tertidur pulas, ia bergerak dengan sangat pelan agar tidak mengganggu tidurnya. Dipandanginya wajah lelaki yang kini sudah menjadi suaminya dengan saksama. Ia tersenyum tipis saat mendengar nafas berat yang keluar dari hidungnya seiring dengan gerakan dadanya yang teratur. Wajahnya terlihat damai dan tenang.Setelah puas memandangi Tarno, Lastri segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi dengan pelan. Kandung kemihnya sudah penu
Setelah acara resepsi pernikahan selesai, Tarno dan Lastri istirahat selama dua hari sebelum memulai aktivitas kembali di toko. Selama itu pula mereka bekerja sama membersihkan rumah dari sisa-sisa acara kemarin.Hampir semua tamu yang diundang Lastri datang ke acara resepsi, kecuali Bambang. Bahkan teman sekolahnya yang rumahnya cukup jauh juga menyempatkan datang untuk mengucapkan selamat padanya. Lastri merasa sangat senang karena bisa bertemu dengan teman-temannya yang sudah cukup lama tidak ditemuinya.Lelaki yang sudah menantang Lastri untuk membuktikan ucapannya itu tidak terlihat batang hidungnya. Lastri sempat menduga kalau Bambang masih marah padanya karena itu ia tidak menghadiri resepsi pernikahannya. Meskipun merasa penasaran, tapi hal itu tidak mengurangi kebahagiaan Lastri karena masih banyak tamu lainnya yang menghargai undangannya dengan menghadirinya.Selama seminggu lebih menjadi suami Lastri, Tarno sudah mulai terbiasa dan bisa beradaptasi de
Lastri mengajari Tarno dengan sabar dan telaten tentang pengoperasian dan manajemen toko hampir setiap hari. Meskipun terkadang Tarno kesulitan memahaminya, tapi ia tidak pernah menyerah dan terus menjelaskannya dengan cara sesederhana mungkin agar mudah dipahami oleh suaminya.Seperti hari ini, Lastri mengajarkan cara untuk menghitung stok barang di gudang. Lalu membandingkannya dengan jumlah yang tertera di laporan komputer. Apakah jumlahnya sama atau ada selisih.Tarno terlihat kesulitan saat diminta Lastri untuk mengerjakannya sendirian setelah Lastri mengajarkan caranya terlebih dulu. Wajahnya terlihat kebingungan dan ia bolak-balik bertanya pada Lastri untuk menanyakan hal yang masih membuatnya bingung.Lastri dengan sabar menjawabnya dan menjelaskannya dengan pelan-pelan agar Tarno paham dan tidak bingung lagi.“Ah ... Aku menyerah, Dek.” Tarno terlihat kesal sambil membanting pelan pulpen yang dibawanya ke atas meja.“Isti
Seperti yang dikatakan Lastri dalam waktu sebulan, Tarno sudah mulai terbiasa membantu istrinya mengerjakan pengoperasian toko. Meskipun belum seandal Lastri, tapi kemampuannya sudah jauh melesat dibanding saat diajari pertama kali.Kini Lastri hanya tinggal mengoreksi semua hasil pekerjaan Tarno. Kadang ada satu dua hal kekeliruan yang masih perlu diperbaiki oleh Lastri karena kurang teliti. Namun bukan kesalahan yang besar dan masih bisa diperbaiki.Hubungan Lastri dengan anak-anak juga semakin akrab. Setiap dua minggu sekali Tarno dan Lastri akan mengajak Dila dan Dinda jalan-jalan. Biasanya mereka akan pergi ke tempat yang diinginkan oleh anak-anak.Pada minggu yang lainnya Tarno akan mengajak Lastri menginap di rumah emak. Atau terkadang emak yang akan diajak untuk menginap di rumah Lastri saat malam minggu. Lalu keesokan harinya mereka akan mengajak emak jalan-jalan ke sebuah tempat dengan mengajak Ratih, Samsul dan Dio.Semenjak menikah dengan Tarn