Tiga tendangan beruntun berhasil mendarat di dada Ki Somara. Lelaki ini terpental lalu jatuh bergulingan. Dari mulutnya keluar banyak darah. Sosoknya terbaring di tanah, kedua matanya melihat wajah sang guru begitu ketakutan. Apa yang ditakutkannya?
"Aku tidak mau berurusan dengan dia!" Itulah kata-kata terakhir sang guru sebelum berkelebat kabur. Benar juga ejekan Saka diawal. Jika sudah tahu dari awal pasti nyalinya langsung menciut.Sekarang dia sudah tahu siapa Saka. Dia tidak ingin mati konyol. Atau kehilangan seluruh kekuatannya, karena sifat Saka yang tidak mau membunuh."Guru, kenapa kau tinggalkan aku?" teriak Ki Somara diakhiri batuk-batuk yang mengeluarkan darah. Dia tidak mengerti kenapa gurunya sampai ketakutan bagai melihat jurig?Pada saat itu tiba-tiba Parwati berlari sambil menghunus pedang. Tanpa bisa dicegah dia hujamkan pedangnya tepat ke jantung Ki Somara yang akhirnya meregang nyawa. Lalu Parwati berlari lagi masuk ke dalam rNamun, wajah khawatir itu berubah menjadi cerah dan senyum kecil mengembang di bibirnya. Ketika pandangannya tertuju pada sebuah kereta kuda yang melaju pelan dari arah berlawanan.Wanita ini langsung berdiri menghadang kereta kuda yang ternyata sedang dicari-carinya. Dia yakin inilah yang dicarinya karena ciri-cirinya sesuai dengan keterangan yang dia peroleh."Maaf, apakah Ki Sanak yang bernama Saka Sinting?" tanya wanita ini."Bibi mencari suamiku?" Nari Ratih balik tanya.Wanita ini mengangguk kuat. "Aku Sundari ingin meminta bantuan Pendekar Mabuk."Sepasang suami istri ini saling pandang. Lalu mereka menepikan keretanya. Mengajak Sundari menjelaskan maksudnya di ruang dalam."Ceritakan apa masalah Bibi," pinta Saka Sinting. Dari kerut keningnya wanita ini memang sedang membutuhkan bantuan."Majikanku yang bernama Nyai Mandita, hilang,"Nyai Mandita adalah wanita yang sudah berumur empat puluhan tapi masih
Nari Ratih merasakan ada seseorang yang selalu mengikuti perjalanan mereka semenjak dari penginapan. Namun, gadis itu tidak menghiraukan karena tidak merasakan adanya hawa jahat.Rumah Sawitri ternyata cukup jauh berada di pelosok desa. Rumahnya begitu sederhana halamannya juga tidak luas. Sundari langsung mengetuk pintu.Beberapa saat kemudian dari dalam muncul seorang wanita yang seumuran dengan Nyai Mandita. Sawitri tampak heran karena belum mengenal kedua tamunya.Ketika pemilik rumah mempersilakan masuk, Nari Ratih sempatkan menoleh ke belakang. Ternyata orang yang mengikutinya sudah tidak ada. Mungkin sudah sembunyi di suatu tempat.Setelah berbasa-basi sejenak, barulah Sundari mengutarakan maksud kedatangannya."Aku adalah pembantu Nyai Mandita, kudengar Anda mengenal majikanku,""Benar, dia salah satu teman baikku. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi padanya, sehingga Anda datang kemari, betulkah?" Sawitri bisa membaca ke
"Benar, ini aku, Sawitri!" sahut Wirapati canggung. Dia hampir tidak mengenali wanita itu. Karena dulu Sawitri tidak tinggal di sini. Sejak kapan dia pindah ke sini? Dan tidak menyangka yang ditemui Sundari ternyata Sawitri.Kemudian datanglah Saka Sinting bersama Surya Manggala. Wirapati tampak heran melihat keponakannya bersama seseorang. Keheranannya langsung terjawab ketika Nari Ratih menyapa suaminya.Beberapa saat kemudian semuanya berkumpul di ruang depan rumah Sawitri. Mereka membahas satu orang yang telah hilang tanpa jejak. Nyai Mandita."Dia bilang ingin menyepikan diri, tidak lagi berpindah-pindah dan meninggalkan keduniawian," cerita Sawitri ketika terkahir kali bertemu dengan Nyai Mandita."Apa dia menyebut suatu tempat atau nama orang?" tanya Wirapati."Dia bercerita tentang seseorang yang selalu memberinya wejangan hingga dia merasa harus menjadi semacam pertapa, begitu!" jawab Sawitri sambil mengerutkan kening karena seda
Dengan canggung Bayunata menjelaskan tujuan mereka. Pemuda yang jelas tahu cara kerja Resi Danuranda wajar curiga kepada tiga orang yang kini sudah turun dari kereta kuda.Si pemuda mendekati mereka. "Dari mana kalian tahu tentang Eyang Resi?" selidiknya.Sesuai rencana yang sudah diatur sebelumnya, Sundari menjawab. "Saudara saya sudah lebih dulu ikut Eyang Resi, saya dan keponakan saya ini juga ingin mengikuti jejak saudara saya,""Siapa saudara yang kau maksud?""Namanya Nyai Mandita,""Apa kalian tahu syaratnya?"Kemudian Saka Sinting menunjukkan peti besar yang terikat di kolong kereta kuda. Dengan sedikit membukanya, terlihatlah tumpukan perhiasan dan batangan emas.Peti berisi harta perhiasan ini berasal dari Nini Ratminah atas ide dan permintaan Saka setelah tahu persyaratan yang disebutkan Ki Bayunata. Bagi bangsa guriang, itu hal yang sangat mudah mendatangkan harta sebanyak itu.Pemuda itu terperangah
Bola mata resi Danuranda bergerak-gerak seperti sedang mencari sesuatu. Wajahnya menunjukan kecemasan. Kini dia tengak-tengok ke segala arah. Sepertinya dia merasakan kehadiran seseorang."Aneh, sepertinya ada jurig menyusup. Tapi untuk apa?" Resi Danuranda mendesah lalu melangkah keluar. Ternyata dia cukup peka juga. Tapi hanya sekadar peka tidak mampu mendeteksi lebih jauh.Saka Sinting tersenyum memandangi punggung sang resi. "Aku memang jurig, tapi cuma sementara, resi gadungan!"Jelaslah sekarang tujuan semua ini. Kalau dulu ada Boma Sangara yang hendak membangun kerajaan baru. Kini, entah siapa orang yang dipanggil Tuanku itu, dia merencanakan menguasai kota raja Pakuan.Saka Sinting kembali ke raga kasarnya. Sampai di sana pemuda ini terkejut karena resi Danuranda berdiri mematung di bawah pohon di mana raga kasarnya berada. Wajahnya tampak mendongak ke atas."Rupanya penyusupnya ada di sini!" seru resi Danuranda. Tangan kanannya m
Saka Sinting bergerak mendekati resi Danuranda. Bagi sang resi ini kesempatan untuk meleburkan tubuh Saka Sinting dengan apinya yang panasnya mampu mencairkan baja sebesar kerbau dalam waktu singkat."Konyol, cari mati kau!" seru sang Resi tersenyum merasa menang. Lalu dengan cepat dia songsong Saka Sinting. Dua telapak tangan berhasil meraih bahu pemuda itu.Seketika api membungkus seluruh tubuh Saka Sinting. Bahkan dari mulut sang resi juga menyembur lidah api khusus membakar bagian kepala.Namun, Saka Sinting tetap tenang. Dia tidak merasakan kepanasan sama sekali. Kobaran api itu tidak membuatnya terbakar.Tubuhnya dalam keadaan baik-baik saja. Malah seolah sengaja dirinya dibakar. Saka Sinting berdiri sambil bersedekap. Kedua matanya menatap tajam wajah resi Danuranda.Beberapa lama keadaan tetap seperti itu meskipun resi Danuranda telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya. Jika dilihat dari jauh maka kobaran api itu seperti api ungg
Orang yang dipanggil Tuanku ini melepaskan pukulan. Ternyata dia memiliki tenaga dalam lumayan, tapi masih berada di bawah Resi Danuranda. Tentu saja hanya dalam beberapa gebrak, Tuanku telah ambruk kehilangan tenaganya.Di sebelah sana Nari Ratih juga telah menyelesaikan tugasnya. Semua penjaga rumah telah terkapar dengan luka parah yang membuat mereka tak mampu menyerang lagi. Mereka masih dibiarkan hidup.Beberapa saat kemudian berdatangan orang-orang. Saka Sinting langsung mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah."Cari dan ambillah yang menjadi milikmu saja!"Setelah semuanya selesai. Si Tuanku, Resi Danuranda dan semua anak buahnya diikat dan dikumpulkan di bangunan tanpa dinding.Saka Sinting berpesan kepada orang-orang bekas pengikut Resi Danuranda yang hendak pulang, agar ada yang melaporkan ke pihak kerajaan.Empat hari kemudian, rombongan prajurit Galuh yang datang dipimpin seorang senapati. Mereka juga datang bersama
"Dia calon istri Raden Sujiwa, putra seorang menteri dari Manukrawa, tidak ada alasan calon suaminya yang membunuh,""Dari petunjuk yang sengaja ditinggalkan, jelas maksud pembunuhan ini adalah balas dendam. Tapi dendam apa?""Kalau soal harta kekayaan, tidak mungkin. Keluarga Ki Barna tidak memiliki harta yang berlimpah. Misalnya, adiknya Randu ingin menguasai harta warisan sendiri, itu tidak mungkin!" tegas Nari Ratih."Sepertinya masalah cinta. Saka meneguk tuaknya. "Coba kau ingat-ingat barangkali sebelum Raden Sujiwa, mungkin ada lelaki lain yang pernah jadi kekasihnya. Atau ada wanita mencintai Raden Sujiwa, dia tidak ingin ada wanita lain yang memilikinya,"Nari Ratih menopang dagunya. Pikirannya berputar-putar memanggil ingatannya."Aku tidak tahu tentang Raden Sujiwa, tapi aku tahu Arum Honje pernah memiliki kekasih sebelum dilamar Raden Sujiwa."Menduga-duga boleh saja, tapi harus disertai bukti kuat yang mengarah kepad