Karena Rahyang Sempakwaja, suami Rababu, lebih memilih hidup sebagai seorang Pandhita atau Resi ketimbang mengurusi tugas kenegaraan. Jadi, Rahyang Sempakwaja beserta Pohaci Rababu tidak tinggal di istana.
Akan tetapi rasa cinta Raden Amara yang semakin menggebu-gebu terhadap Rababu membuat dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Setiap saat yang ada dalam pikirannya hanyalah Rababu, wajah perempuan rupawan itu selalu terbayang. Semakin hari semakin bertambah berat rasa rindunya kepada Rababu.Dan dia pun hampir gila. Untung saja dia mendapat akal bagaimana caranya agar dia bisa berjumpa lagi dengan Rababu.Dalam sebuah pasewakan rutin antara raja dengan para pejabat istana di ruangan yang bernama Bale Mangu.Raden Amara menyampaikan sebuah usul yang sebenarnya hanyalah akal-akalan saja agar dia bisa berjumpa dengan Rababu."Ayahanda Prabu," ucap Raden Amara sambil menjura hormat kepada Prabu Wretikandayun yang duduk di kursi kRaden Amara tak bisa melanjutkan perkataanya karena Rababu tiba-tiba menghambur ke dalam pelukannya sambil terisak-isak. Memeluk erat seperti ingin melepaskan beban berat yang membelenggunya.Ya, rasa cinta kepada raden Amara adalah penderitaannya karena dia sudah bersuami.Dibandingkan dengan Rahyang Sempakwaja suaminya, jelas Raden Amara lebih gagah dan tampan, karena suaminya hanyalah seorang yang mempunyai cacat di badannya.Raden Amara tak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia memeluk erat-erat tubuh mulus Rababu. Bukankah ini yang diinginkan dari rencananya mengadakan pesta.Bukankah ini yang sangat diharapkannya, bisa berdekatan dengan sang pujaan hatinya walau sudah menjadi milik orang?Cinta memang bisa membuat buta segalanya, termasuk buta adat dan aturan, mereka telah lupa bahwa hal itu adalah tabu untuk dilakukan.Semakin lupa lagi karena nafsunya yang membara, Raden Amara memperlakukan Rababu seperti istrinya sendiri.
Kabar ini dibawa oleh pembantu satu-satunya Ki Bantrangsana.Diberitakan bahwa tadi malam Purbasora membawa pasukan menyerbu markas Laskar Dewawarman.Pemimpin laskar yang tidak mampu mengimbangi kesaktian Purbasora akhirnya takluk.Diketahui ternyata markas Laskar Dewawarman masih berada di wilayah Indraprahasta. Semua anggota termasuk pemimpinnya dijebloskan ke penjara menanti hukuman.Kabar selanjutnya siang ini. Atas jasanya yang menumpas gerombolan Laskar Dewawarman, Purbasora dipercaya menggantikan Prabu Padmahariwangsa."Bagaimana?" tanya Ki Bantrangsana kepada semua yang berkumpul di ruang depan rumahnya.Mereka saling pandang satu sama lain. Kecuali Kameswara yang duduk di pojokan.Arya Soka ingat ramalan Kameswara. Bahwa Purbasora akan menjadi raja Indraprahasta sudah menjadi kenyataan sekarang."Ingat, pada akhirnya akan berujung ke sana!" ujar Ki Bantrangsana."Penyerbuan Laskar Dewawarman h
Pada malam harinya para pemuda langsung turun gunung. Mengemban misi. Mengingat letak kerajaan Galuh cukup jauh dari sana.Beruntung Ki Bantrangsana memberikan masing-masing kuda tunggangan. Jadi perjalanan mereka akan lebih cepat.***Kerajaan Galuh.Mendung menggelayuti wajah Prabu Sena Sang Raja di kerajaan Galuh. Sang Permaisuri bersimpuh bersandar ke lututnya. Sepasang suami istri ini dirundung gelisah tak menentu."Rasanya aku ingin berada di dekat Sanjaya," lirih Prabu Sena."Sampai kapan kita begini, Kanda?""Aku tetap bingung, Dinda. Setidaknya aku akan mempertahankan harga diri sebagai raja, walau kenyataannya aku hanya dianggap pajangan saja. Lebih baik mati terhormat dari pada jadi pecundang...""Tapi itu konyol, Kanda...""Setidaknya ada perlawanan, jangan mau ditindas... kecuali...""Kecuali apa?""Uwak Resi yang meminta langsung, maka dengan rela aku akan memberikannya,"
Hutan itu memang masih dekat dengan kawasan istana sehingga mudah saja bagi serombongan prajurit yang mengejar menemukan mereka."Itu mereka!""Tangkap!"Namun, beberapa langkah sebelum menyerbu, sesuatu melesat dari atas pohon tanpa sempat mereka menyadari.Bress! Bress!Bress!"Aaahhh...!"Rombongan pengejar menjerit lalu terjatuh, semuanya tak berkutik lagi.Mereka terkena senjata perangkap berupa rangkaian bambu runcing yang dipasang di atas pohon dan melesat ketika alatnya diinjak Arya Soka sang perancang alat itu.Setelah berhenti karena terkejut mendengar teriakan, Prabu Sena melanjutkan perjalanan lagi."Teman saya sudah memasang perangkap di sepanjang jalan yang akan kita lalui." jelas Kameswara."Kalian sudah merencanakan semuanya?" tanya Prabu Sena."Ya, Paduka, atas perintah guru kami,""Siapa?"Sambil berjalan penuh waspada Kameswara menceritakan siapa dia
Kejap berikutnya keduanya sudah bersiap dengan kuda-kuda mantap.Puspa Arum memaklumi kalau tokoh hampir tua ini memiliki tenaga yang besar pasti karena pengalaman. Sementara Nyai Permoni sedikit terkejut melihat perempuan yang masih muda memiliki kekuatan yang tak bisa dianggap sembarangan.Entah siapa yang mulai duluan, tahu-tahu keduanya bersamaan menerjang ke depan sambil mengayunkan senjata masing-masing.Trang!Dua senjata sama-sama menusuk ke sasaran namun bertemu dalam benturan sebelum mencapai tujuan.Begitu seterusnya, setiap salah satunya mengincar bagian yang mematikan maka yang satu lagi menangkis. Tidak hanya menangkis tapi dilanjutkan menyerang.Trang! Trang! Trang!Tongkat panjang Nyi Permoni kelihatannya lebih beruntung karena bisa menjangkau jarak lebih panjang, tapi pedang Puspa Arum yang lebih ringan juga kuat tak bisa dianggap remeh.Sampai sejauh ini keduanya belum mengerahkan ten
Si gemuk kerahkan semua tenaga dalam. Dialirkan ke kepala dan dua tangan. Seketika kepala dan dua tangan sebatas siku tampak berubah warna merah.Sementara si kurus tinggi mengambil jarak beberapa langkah kemudian membuat gerakan seperti menari. Jurus ini bukan sembarangan meski terlihat menggelikan.Lama kelamaan sosok yang bernama Destawana ini tampak seperti bayangan. Inilah jurus Kalangkang Ibing. Dengan jurus ini Destawana bisa bergerak lebih capat seperi bayangan.Sedangkan Madrawi mengeluarkan ajian Mastaka Wesi. Dengan ajian ini bagian tubuh yang berwarna merah itu menjadi kebal terhadap senjata.Kali ini Arya Soka dibuat kelimpungan. Pedangnya tidak mempan terhadap Madrawi, sementara dia juga harus bergerak lebih cepat guna menghindari serangan Destawana.Di sisi lain dia tidak mempunyai waktu untuk menambah tenaga dalam atau mengganti jurus. Kedua lawannya menutup semua celah.Keadaan berubah, Arya Soka terdesak. Akan t
Si Tombak Maut harus direpotkan dengan menghindar dan menangkis serangan tanpa bisa membalas. Ini juga prinsip persilatan, siapa yang lebih cepat dia yang akan unggul.Begitu hingga sepuluh jurus berikutnya lelaki setengah baya berambut gimbal ini mulai keteteran. Pikirannya juga mulai kacau. Masa sama gadis belia dia kalah?Tambah kacau lagi dengan gerakannya yang asal-asalan menghindar dan menangkis tidak sesuai lagi dengan pola gerak jurusnya.Sebenarnya ini kesempatan bagi Widuri untuk segera melumpuhkan lawannya. Tapi gadis ini mempunyai pikiran lain. Keadaan seperti ini malah digunakan untuk mempermainkan si gimbal.Dengan jurus pedangnya yang sudah sempurna dan sangat cepat dia terus mendesak lawan tak memberi kesempatan menyerang balik hingga Si Tumbak Maut itu tampak kelelahan dan mulai melambat gerakannya.Widuri menggunakan salah satu jurus ajaran Nyai Mintarsih, Dewi Pedang Menari. Sama seperti yang lain, selama perjalanan men
Jagat Kundalini meskipun berbadan seperti raksasa, tapi gerakannya cepat layaknya lelaki biasa seukuran Kameswara. Maka itu merupakan kelebihan.Karena setiap pukulan dari tenaga kasar saja akan menghasilkan hantaman kuat yang bisa meremukkan batu sebesar kepala.Apalagi kalau disertai tenaga dalam.Kalau bukan karena tenaga dalam yang besar, Kameswara mungkin akan kalah cepat dan sudah jadi bulan-bulanan serangan si tinggi besar berkepala botak ini.Sementara yang dirasakan si botak bermacam-macam. Ada rasa kepuasan seorang pendekar mendapatkan lawan yang tangguh.Ada perasaan penasaran siapa sebenarnya Kameswara, kenapa semuda ini sudah memiliki kemampuan luar biasa dan dari mana asalnya?Dan ada perasaan geram, karena pemuda ini bersikap menganggap enteng. Apa mungkin pemuda ini belum tahu nama besar Si Raja Begal?Lewat puluhan jurus Kameswara belum melakukan serangan balik. Dia masih membaca inti sari jurus yang dig
Kameswara menatap sejenak situasi di depannya. Asmarini duduk menyandar ke bahu raga kasarnya. Di atasnya Payung Terbang memayungi keduanya. Pendekar muda ini tersenyum. Kemudian sukma Kameswara masuk kembali ke dalam tubuh kasarnya. Pedang Bunga Emas otomatis terpegang di tangannya. Asmarini langsung sadar dari lamunannya. "Kakang sudah kembali!" Asmarini langsung menyimpan payungnya. Tangan kiri memegang pedang, tangan kanan merangkul tubuh istrinya. "Inikah Pedang Bunga Emas?" Kameswara pura-pura tidak tahu. "Terbuat dari emas dan menebarkan harum, ini memang pedang pusaka leluhur. Kakang telah membawanya dengan selamat. Terima kasih banyak, Kang!" "Aku suamimu, pasti akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Tidak perlu berterima kasih. Ini, simpanlah!" Asmarini menerima pedang pusaka tersebut, lalu dia menggeser duduknya hingga saling berhadapan. "Aku juga rel
Blang!Kameswara menemukan sebuah ruangan bawah tanah agak luas. Keadaannya remang-remang.Di tengah ruangan ini ada gundukan bantu besar bentuknya mirip seperti dulu dia menyelam ke dasar telaga.Cahaya remang-remang ini pasti berasal dari pedang pusaka itu. Kameswara segera mencari letaknya. Dulu tertancap pada sebuah batu, sekarang pasti sama.Setelah berkeliling satu kali akhirnya menemukan juga pusaka tersebut. Kedua mata Kameswara terbelalak."Mungkinkah ini pedang yang sama? Kalau begitu bisa jadi ada dua, karena di masa depan sudah aku ambil dan diserahkan kepada Ayu Citra, atau..."Kameswara ingat selama sering bertemu dengan Fan Xiang yang merupakan reinkarnasi dari Ayu Citra, gadis itu tidak pernah membicarakan tentang pedang ini."Atau bisa jadi pedangnya kembali ke sini!"Ketika tangan Kameswara menjulur hendak memegang pedang yang tertancap di batu tersebut, tiba-tiba ada serangan hawa gaib yang me
Manakala terbetik berita yang dibawa oleh pedagang dari Arab bahwa Ali bin Abi Thalib telah meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam, maka Rakean Sancang bergegas kembali ke Arab.Tempat pertahanan di Gunung Negara terpaksa ditinggalkannya. Di saat itulah dengan segera pasukan Tarumanagara dikerahkan untuk menghancurkan umat agama baru itu.Hampir separuh penganut agama baru itu meninggal dan sebagian lainnya dapat melarikan diri melalui jalan rahasia berupa gua kemudian keluar di bukit yang curam.Para penganut agama baru lalu menyebar ke mana-mana di wilayah Tatar Sunda."Dan sejak saat itu mereka menjalankan keyakinannya secara sembunyi-sembunyi?" tanya Padmasari."Benar, bisa jadi telah mengganti nama agar tidak ketahuan lagi," sahut Ki Santang."Kau mencurigai atau menemukan sesuatu yang berkaitan dengan hal itu?""Ada!""Wah, apa itu?""Ada sebuah ajaran yang namanya Sunda Wiwitan, ajarannya
Sepasang suami istri berbeda masa sudah dalam perjalanan mencari Pedang Bunga Emas. Pada malam hari apabila tidak mendapatkan penginapan, maka mereka bermalam di hutan atau kebun.Mereka membuat gubuk dadakan. Dengan kesaktian Kameswara tentu saja sangat mudah dan cepat membangun tempat istirahat sementara tersebut.Sebelum tidur Asmarini sempatkan untuk bersemedi mencari petunjuk keberadaan pusaka leluhurnya.Selama ini setelah berkali semedi sebelum perjalanan, dalam pikirannya selalu ingin pergi ke arah utara."Kalau ke utara, tempat apa saja yang akan kita temukan? Selain bukit Gajah Depa tempat aku menyegel Kala Cengkar. Bukit itu dekat ke perbatasan kerajaan Wanagiri,"Kameswara tampak menerawang. Meski berbeda waktu, tapi letak suatu tempat tetap sama.Tempat mereka berada sekarang sudah dekat ke wilayah yang suatu saat nanti menjadi kerajaan Talagamanggung."Di masa ini kerajaan itu belum berdiri, sedangkan Hutan
"Aku tidak menyangka ternyata orang-orang desa Linggapura menggunakan cara-cara memalukan!" teriak Genta."Jangan ngawur!" sentak Suryadana tidak bisa menahan diri. "Sebenarnya kau mau apa ke sini?"Genta bertolak pinggang, wajahnya menunjukkan keangkuhan dan congkak. Sambil menunjuk dia berseru."Aku akan buktikan bahwa warga desa yang katanya kumpulan para pendekar melakukan cara licik untuk memikat hati wanita. Dengan cara membunuhmu, maka guna-guna yang merasuki Sukesih akan hilang!"Genta melangkah ke alun-alun. Keributan kecil di balai desa ini memancing warga yang lain berdatangan untuk melihat apa yang terjadi."Aku tantang kau di kandang sendiri, Suryadana. Katanya kau adalah pemuda berbakat di desa ini, aku ingin tahu seberapa hebatnya dirimu!"Di tempat lain Kameswara dan Asmarini sudah menyaksikan kejadian itu.Sebelum melangkah memenuhi tantangan Genta, pemuda berbakat desa Linggapura menyuruh calon istrinya
Desa Linggapura tidak besar juga tidak kecil, penduduknya agak padat. Sususan pemukimannya tertata dengan rapi. Karena awalnya hanya sebuah padepokan kecil.Pada waktu itu, selain menerima murid baru dari luar, juga ada penambahan warga dari dalam padepokan sendiri. Yaitu anak-anak dari pernikahan antara murid laki-laki dengan perempuan.Desa padepokan ini berada di kaki gunung Lingga. Dulu padepokan utamanya berada di lereng gunung.Sekarang dijadikan tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa ke sana, walaupun warga desa sendiri."Lama-lama bisa jadi kerajaan," ujar Kameswara yang diajak jalan memutar. Tidak melalui jalan utama, tapi langsung menuju lereng."Memangnya ada yang seperti itu?""Ada, dulu Indraprahasta juga awalnya hanya pedukuhan kecil yang dibangun oleh resi Santanu,""Oh, ternyata begitu. Sayangnya sekarang sudah hancur!"Kameswara teringat ketika menyelamatkan keluarga Prabu Wiratara seb
Keesokan harinya perjalanan mencari Pedang Bunga Emas dimulai. Kameswara sudah mempunyai rencana kemana dia akan pergi, tapi tidak disampaikan ke istrinya."Kemana kita akan mulai?" tanya Kameswara."Ke utara!"Tepat. Arah yang hendak dituju Kameswara memang ke utara. Mudah-mudahan saja firasatnya benar."Jadi kita tidak membutuhkan para pendamping?""Hanya untuk keadaan darurat. Jangan terlalu mengandalkan mereka. Selagi masih bisa dikerjakan sendiri, jangan malas!""Baiklah!"Pada dasarnya Kameswara memiliki pemikiran yang sama dengan istri mungilnya ini. Hanya untuk hal yang sangat tidak mungkin baru dia meminta bantuan Padmasari.Seperti menyeberang ke negeri tempat tinggal Ayu Citra dalam waktu sekejap, tapi itu mungkin tidak akan dilakukan lagi.Satu kesamaan yang dimiliki Asmarini dengan Kameswara adalah tidak suka membawa banyak barang dalam perjalanan. Hanya seperlunya saja.Setelah se
Angin yang tadinya berhembus bagaikan badai berganti menjadi tiupan lembut dan sejuk. Semua mata kini memandang ke atas. Satu sosok melayang bagaikan turun dari langit. Bercahaya.Sosok yang memegang payung terbuka menaungi kepalanya dari terik mentari. Setelah semakin turun barulah terlihat sosok tersebut adalah seorang wanita yang kecantikannya bagai bidadari dari alam Tunjung Sampurna."Dewi Payung Terbang!"Beberapa orang berseru mengenali siapa yang datang itu. Semuanya terpana, takjub dengan cara-cara wanita yang dijuluki Dewi Payung Terbang ini muncul di hadapan semua orang.Wanita cantik berpayung mendarat di depan Kameswara. Mereka saling pandang dengan seulas senyum tipis."Kakang berhasil,""Ini berkat Nyai juga!"Aki Balangantrang dan Manarah tampak mendekat."Terima kasih, Ki Sanak telah menyelamatkan kerajaan dan juga ibu saya!" ucap Manarah.Sementara beberapa orang telah mengamankan Hari
Apa yang terjadi? Kita mundur dulu sejenak ceritanya.Setelah kematian suaminya, lalu dinikahi oleh Tamperan. Hidup Dewi Naganingrum tidak tenang. Dia merasa telah mengkhianati sang suami.Sedangkan Pangrenyep sepertinya malah senang. Naganingrum tidak tahu kalau di antara Pangrenyep dan Tamperan sudah ada skandal sejak suami masih hidup.Karena rasa tidak tenang inilah akhirnya Naganingrum memutuskan untuk tinggal di luar istana. Dia memilih bekas pertapaan Premana Dikusumah.Di sana dia membangun rumah sederhana. Manarah juga dirawat di sana. Baru ketika umur tujuh tahun, Manarah diperbolehkan pergi ke istana.Sampai besar Manarah sering bolak balik dari istana ke rumah ibunya.Lalu sekarang, tiba-tiba saja Dewi Naganingrum berada dalam cengkraman tangan seseorang yang berdiri di atas atap. Sosok yang mengenakan pakaian serba merah."Dewata Kala!" Aki Balangantrang terkejut. Lebih-lebih Manarah karena dia sangat menyay