Share

Bab 43

Penulis: Yazmin Aisyah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

LEBIH BAIK KITA BERPISAH 43

"Hay, Senja…"

Aku membeku. Lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai Clay berdiri di depanku dengan senyum tipisnya yang kaku.

"Maaf, aku datang tanpa memberitahu lebih dulu. Ada sesuatu yang perlu kubicarakan."

Ah, kenapa sepertinya urusanku dengan Marsya dan keluarganya tak pernah usai? Jonas sudah pergi, dia bisa tenang disana meski masih menata hati. Sementara aku disini, harus menyelesaikan masalah yang dia tinggalkan. Ugghh, kalau ingat dulu dia pernah menyakitiku, rasanya aku tak rela melakukan ini dan itu untuknya. Seandainya saja dia tak pernah main perempuan, apalagi dengan perempuan seperti Marsya, rasanya hidupnya dan hidupku pasti akan baik-baik saja.

Lelaki itu masih memandangiku. Aku dengan segera menguasai diri.

"Maaf juga, tapi sepertinya, kita tidak saling kenal."

"Saya Abangnya Marsya. Kita bertemu di rumah sakit."

Dari belakang, Mbak Arin mencubit pinggangku.

"Bisa ikut saya? Kita bicara di cafe depan."

Aku menggeleng dengan cepat.

"Ti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
rissia
ikut seneng senja hamil....syukaaa novel ini keren ceritanya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 44

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 44Seminggu berlalu, kasus kebakaran hebat di Villa Permata Indah itu masih menjadi perbincangan. Kebakaran yang menewaskan keluarga pebisnis kaya raya, Ruslan Hendrawan, beserta seluruh keluarganya. Enam jenazah yang telah menghitam ditemukan di antara reruntuhan rumah mewah milik keluarga Marsya. Beruntung, rumah kiri kanan dibatasi halaman luas seperti umumnya rumah-rumah mewah bergaya Eropa, sehingga kebakaran tak merembet kemana-mana. Proses identifikasi masih berlangsung, diduga para korban adalah seluruh anggota keluarga yang berjumlah empat orang, termasuk, para ART, larena hingga kini, kedua anak keluarga tersebut tak ada yang muncul."Marsya…"Aku mual mendengar berita itu, membayangkan seseorang yang pernah ku kenal, menjadi korban dengan keadaan yang mengenaskan.Ponsel di saku celana Biru bergetar. Dia menggeser sedikit duduknya sambil mematikan layar televisi. Tanpa melepaskan pelukannya dariku, Biru mengangkat telepon dari Jonas. Kali ini, tak a

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 45

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 45"Zara kenapa?"Aku meraih bayi mungil itu dalam gendongan. Dia baru saja diberi obat, dan sekarang sedang dalam tahap hendak tidur. Matanya sayu menatapku. Aku terenyuh, sejak dia lahir ke dunia ini, tak sekalipun dia sempat melihat wajah sang Ibu. Menurut cerita Jonas, begitu bayi itu dinyatakan sehat, keluarga Marsya langsung menyuruh Jonas membawanya pergi. Mereka sama sekali tak mau melihatnya. Saat itu Marsya masih di ruang rawat, dan dia juga menolak melihatnya."Zara anak cantik, anak salihah kesayangan Mami, kesayangan Kak Vio, kesayangan Bunda." Kuciumi pipinya yang gembil. Aku menyebut diriku sendiri Bunda padanya, berharap dia akan jadi sahabat terdekat bayi yang tengah kukandung."Zara harus sehat dan kuat. Zara akan tumbuh dewasa nanti, dan saat itulah kamu akan tahu kenyataan yang sesungguhnya. Tapi saat itu, Bunda berharap kamu telah jadi anak yang kuat."Zara menggeliat, matanya mulai menutup. Kuayun-ayun tubuh mungil itu, dan dia semakin n

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 46

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 46Aku berlari meninggalkan Clay seorang diri dan masuk ke kamarku sendiri. Kami telah merencanakan kebakaran di rumah Mami dengan matang, termasuk menarik seluruh uang dari rekening masing-masing, salah satunya, untuk membeli rumah kecil di pinggiran kota ini. Sengaja kami memilih perumahan yang masih sepi, supaya tak ada yang usil mencurigai kami. Nanti, setelah aku berhasil merebut kembali bayiku, aku akan menbawanya pergi dari sini. Untuk itu, aku butuh uang yang banyak.Di dalam kamar, aku termenung sendiri, memikirkan kata-kata Clay yang seketika menampar kesadaranku. Aku memang pernah mengatakan hal itu, bersumpah tak mau melihat bayi yang kukandung. Untuk apa? Dia hanya membuatku lemah, membuatku merasa selalu teringat pada Jonas. Padahal, setelah melahirkan, Mami menekanku habis-habisan. Mendapatkan Biru, atau menikahi Om Arkan. Mami tak mau tahu bahwa kedua hal itu, tak mungkin bisa ku lakukan. Selamanya, aku tak mungkin bisa bersaing dengan Senja.T

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 47

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 47PoV JONASAku hempas mendengarnya, mendengar orang yang pernah kucintai, menjerit-jerit histeris karena ternyata, matanya tak lagi bisa melihat. Dalam pelukan dokter Aylin, Marsya meronta-ronta. Dia tak terima akan nasib buruk yang menimpanya. Aku sendiri, gemetar dalam pelukan Biru.Kemarin, aku tiba kembali di Indonesia karena rindu pada Zara. Dan seperti ikatan batin, Zara juga ternyata sedang demam. Setelah puas menemaninya, aku pergi ke rumah Biru, tapi di perjalanan, tak jauh dari gerbang perumahan keluarga Senja, aku menemukan Marsya, mengalami kecelakaan dengan kondisi mengenaskan. Luka yang amat parah di wajah karena mobilnya menabrak pohon besar.Takdir ternyata masih mempertemukan kami. Bagaimanapun, dia adalah Ibu dari anakku. Jauh di lubuk hatiku, aku menginginkan dia menyadari kesalahan dan meraih jalan taubatnya.Marsya terkulai lemas. Dia pingsan lagi."Dia shock. Oh ya, menurut saksi mata yang melihat, Nyonya Marsya membenturkan kepalanya d

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH    Bab 48

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 48Marsya, akhirnya menyerah oleh hidup yang dipilihnya sendiri.Dia menabrakkan dirinya di kaca jendela kamarnya di lantai tiga, dan jatuh dari sana. Rumah sakit heboh, dan berita itu langsung menjadi trending topik. Spekulasi berkembang, mengatakan bahwa rumah sakit lalai karena pasien tak bisa melihat, namun semua itu terbantahkan dengan pesan terakhir yang direkam Marsya di ponselnya.'Aku sudah tak tahan lagi. Hidupku, dan dunia ini tak pernah berpihak padaku. Aku pergi, semoga ada kebahagiaan yang kutemukan di dunia yang berbeda'Di pemakaman yang akhirnya kami gelar, karena Clay tak juga datang, aku mendengarkan lagi rekaman suaranya. Kutahan tangis sekuat tenaga, membayangkan anakku Zara. Apa yang akan ku katakan padanya nanti, kelak jika dia besar? Atau sebaiknya, dia tak pernah tahu? Apakah aku akan membiarkan saja Mami dan Papi Biru menjadi orang tuanya, membiarkan dia hanya tahu hal itu saja?Meski kelak, aku tak bisa menjadi wali nikah Zara karena

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 49

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 49POV SENJA"Hai, Senja, masih ingat aku?"Aku memandang wajah cantik di hadapanku. Pada rambut ikal bergelombang berwarna kecoklatan, yang dia biarkan tertiup angin. Pada hidung bangirnya, dan tentu saja, pada kacamata segi empat berwana coklat tua, senada dengan warna rambutnya, yang membuatnya tampak terpelajar. Tentu saja aku ingat dia. Satu diantara sekian gadis yang pernah digosipkan dekat dengan Jonas di kampus dulu. Sayangnya, aku yang tak pernah memergoki mereka secara langsung, menganggap itu hanya gosip saja."Aku ingat wajahmu, kamu seseorang yang pernah dekat dengan Jonas, dulu, kan?" Aku mengacungkan dua jari, memberi tanda kutip pada kata 'dekat'. "Tapi, maaf, aku nggak ingat nama kamu. Yoan, Erika, Tania, Diana, Raras, kamu yang mana?"Wajah Jonas merah padam karena aku menyebut nama-nama gadis yang pernah dekat dengannya. Sementara, gadis di depanku malah tertawa."Rupanya, Jonas punya banyak penggemar. Atau mungkin, pacar bayangan. Erika. Na

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 50

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 50"Mami, aku boleh masuk, kan? Aku kangen sama Zara."Erika hendak menerobos masuk, ketika Mami membentangkan tangan."Eehh… ehh.. Nanti dulu. Kami mau pergi, dan biasanya saya nggak izinkan orang luar ada di rumah. Jadi, kamu bisa kembali lagi nanti."Erika manyun."Rumah aku jauh, Mi… aku…""Mi… Mami… Mami… sejak kapan mertua aku jadi Mami kamu?" sentakku kesal. Entahlah, kehadiran Erika ini terasa amat menjengkelkan. Bahkan lebih dari Marsya, yang terang-terangan menunjukkan sikap memusuhi. Erika sepertinya manipulatif, wajah manis yang terasa dibuat-buat dan tidak tulus. Aku tidak bodoh untuk menyadari bahwa dia menginginkan sesuatu sehingga tiba-tiba saja muncul dalam hidup Jonas. "Kamu cemburu ya, Senja?" Erika tersenyum, menangkupkan kedua tangan di depan dada. "Maaf, aku cuma menjalankan amanah Jonas. Jonas, sungguh. Aku bukan sedang menggoda suamimu, kok."Erika memilin-milin ujung jilbabnya. "Ternyata kamu langsung mengakuinya. Kebanyakan orang bi

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 51

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 51Aku mungkin terperangkap cinta buta. Seperti dulu, saat masih menjadi gadis gula-gula Jonas, aku kembali hanyut pada romantisme Clay, pemuda keturunan yang tampan meski bertampang badboy. Kami bertemu di Australia, dan aku speechless mengetahui kami berasal dari kota yang sama. Lalu, drama mengejar cinta terulang lagi. Aku mengikutinya pulang ke Indonesia, tepat saat keluarganya berada di ambang kehancuran. Clay dan Marsya, dua kakak beradik korban keegoisan orang tua. Mereka tumbuh menjadi anak yang dingin, sinis, dan minim kasih sayang. Marsya bahkan terindikasi gangguan jiwa, mengerikan sekali. Tapi, Clay, berbeda. Dia punya setitik jiwa yang penuh kasih. Buktinya, dia ingin memiliki Zara, Satu-satunya keluarga sedarah yang dia punya.Masalahnya, bukankah menculik itu tindakan kriminal? Aku memang nakal, kadang seenaknya, dan liar. Tapi, aku belum pernah melakukan tindakan kriminal. Kenapa Clay tidak meminta saja bayi itu secara baik-baik? Setelah itu ka

Bab terbaru

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 60 (ENDING)

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 60 (ENDING)Berita kelahiran baby G menjadi trending topic berhari-hari di keluarga besarku dan keluarga besar Biru. Bergantian, mereka datang menengok, membawakan aku dan Baby G hadiah yang bermacam-macam. Belum lagi aneka rupa snack dan camilan supaya aku banyak makan dan ASI ku lancar. "Mantap Senja. Jahitan aman?"Ulfa meledekku. Aku curhat padanya tentang jahitanku yang entah sebanyak apa, karena bayiku yang besar. Untung saja, posisi jongkok yang selaras dengan gravitasi bumi membuat bayi keluar dengan mudah."Aman. Cuma masih ngiluuuuuu. Hiksss. Kamu sih nggak ngerasain.""Isshh sama aja. Jahitan secar malah lebih parah sakitnya. Belum lagi suntik epidural. Uh, kalau bisa minta, aku mau bius total rasanya."Ulfa melahirkan secar beberapa bulan yang lalu."Bedanya, besok kamu harus hati-hati Ja kalo MP lagi." Ulfa mengedipkan sebelah mata."MP apaan?""Malam pertama setelah nifas. Bilang Biru jangan grasa grusu. Harus pelan-pelan, soalnya kayak perawan

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 59

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 59Sebuah kejutan yang sama sekali tak pernah kuduga. Kupikir tadinya, Tante Mala dan keluarganya telah membawa Erika pergi, seperti yang dia ucapkan setelah mendengar penolakan Jonas. Tapi kini, gadis itu berdiri di hadapanku, menatapku dengan pandangan benci, sementara aku, sekuat mungkin menahan sakit dari pergerakan bayi yang mulai mencari jalan keluar."Erika…"Bahkan, untuk berkata-kata pun sulit karena menahan sakit yang luar biasa. Perutku terasa diremas, dipelintir, seakan ada sesuatu yang besar berguling-guling di dalam sini, mendesak desak jalan lahir hingga bagian bawahku ikut terasa ngilu. Aku bertahan untuk tetap duduk, membiarkan air ketuban mengaliri kakiku, membasahi kasur dan sebagian jatuh ke lantai."Senja…"Dia berhenti sejenak, menatap wajahku yang meringis, tak bisa berpura-pura biasa saja dan menyembunyikan rasa sakit ini. Aku sendiri hanya diam sambil menatapnya, sementara hatiku terus berdoa agar Allah menjagaku. Ya, meski Biru ada di

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 58

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 58Seperti dugaanku, Mama memang langsung histeris saat aku menceritakan kejadian kemarin. Mama memegang tanganku, lalu memeriksa seluruh tubuhku."Kamu nggak apa-apa kan? Ya Allah, Senja. Kenapa kamu nekad seperti itu? Kalau lelaki itu kalap gimana? Kamu juga Biru, kenapa kamu izinkan saja Senja melakukan hal berbahaya. Jangan terus-terusan menuruti keinginannya. Dia ini kadang harus dilarang secara tegas. Kalau perlu, kamu kurung saja di rumah."Tuh kan?Di seberangku, Biru meringis karena ikut kena damprat. "Iya, Ma, maaf, aku salah," ujar Biru dengan suara lembut."Mulai besok, Senja diawasi dua puluh empat jam. Lagi hamil besar, kok bisa-bisanya kepikiran nantangin penjahat."Mama masih belum puas."Mama marah bukan karena lemari dan keramik-keramik itu, tapi marah karena kamu nekad. Sejak dulu Mama bilang apa? Manjat pohon, naik motor lelaki, aduh Senja. Kapan berhenti bikin Mama khawatir? Mama kira setelah nikah, kamu bakalan kalem, ternyata…""Ma, aku

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 57

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 57PoV SENJAAku dan Biru tiba di rumah sakit tiga puluh menit setelah Jonas menelepon, dan mengabari bahwa dia membawa Erika ke rumah sakit karena pingsan di perjalanan. Ini sudah jam delapan malam. Dari kejauhan, kulihat Jonas duduk di selasar rumah sakit, memandangi tanaman bougenville di halaman kecil di depannya."Jonas, apa yang terjadi?""Erika pingsan, dan terlihat linglung. Ada apa sebenarnya? Dan, oh, bagaimana kabar Zara?""Zara baik-baik saja. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan dia."Jonas tampak menghembuskan napas lega."Oh, syukurlah. Beberapa hari ini, perasaanku nggak enak, aku terus teringat pada Zara."Aku terdiam, terenyuh dalam hati. Ternyata, naluri seorang Ayah dalam diri Jonas, telah tumbuh dengan subur. "Orang tuanya sudah datang kan? Kamu sudah menjelaskan semuanya sama dia?"Jonas mengangguk."Kalau begt6, ayo kita pulang. Kita sudah nggak ada hubungannya lagi dengan Erika.""Tapi, dia temanku, Senja. Aku nggak bisa membiarkan dia sep

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 56

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 56PoV ERIKAKenapa semua harus berakhir seperti ini? Senja, bagaimana caranya dia bisa tahu semua pembicaraan dan rencanaku dengan Clay? Perempuan hamil itu benar-benar mengerikan. Dia seperti bisa membaca pikiran orang lain, menebak dengan tepat apa yang kupikirkan. Dan tatapan matanya yang lembut itu, dengan cepat akan berubah menjadi waspada saat melihatku. Sejak awal, dia sepertinya tahu bahwa aku mendekati keluarga Biru dengan maksud tertentu.Kalaulah bukan karena cinta, mana mungkin aku mau melakukan ini semua. Tapi, ternyata, orang yang kuperjuangkan, menyerah begitu saja. Clay, begitu mudah dia mengucapkan perpisahan, tanpa sedikitpun memikirkan perasaanku, apalagi menghargai perjuanganku.Aku menghentikan mobil sewaan di depan rumah Senja. Tak mungkin membawa mobilku sendiri karena Mama dan Papa akan dengan mudah melacaknya.Rumah itu sepi dan tampak tenang. Sebuah rumah yang penuh dikelilingi bunga-bunga indah. Pohon mangga, jambu air dan rumpun m

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 55

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 55"Berhentilah bertualang Jonas. Aku gerah melihatmu gonta ganti pacar.""Tunggu sampai aku mendapatkan dia.""Siapa?""Senja.""Bukannya lo udah pacaran lama sama dia?""Lama sih lama Bro. Tapi apa gunanya kalo sekedar nyium aja gak bisa, apalagi lebih dari itu."Bugh!Aku menonjok bahunya sedikit agak keras. Jonas tertawa dan melompat menjauh."Itulah gadis yang baik dan seharusnya langsung lo lamar. Dia mampu menjaga diri, bahkan dari orang yang dia cintai."Tawa Jonas makin keras."Ya gimana? Gua nggak mau beli kucing dalam karung. Kalo sebenarnya dia udah nggak perawan gimana?""Ya, berarti lo harus instropeksi diri, apa saja yang pernah lo lakukan sama gadis-gadis lainnya. Karena jodoh itu sekufu Jonas, lo tahu artinya kan?""Selevel maksud lo?""Ya, semacam itulah. Kalo ternyata dia nggak suci lagi, berarti lo juga sama."Dia terkejut, tapi hanya sejenak. Detik berikutnya, Jonas sudah kembali tertawa."Gila. Nggak bisa gitu, Bi. Biar gua bejat, gua har

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 54

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 54"Pilihan ada ditanganmu, Clay. Apakah akan terus hidup dalam penyesalan, atau bertobat dan menebus dosa."Biru membantu Clay berdiri, dan aku terkejut melihat dia menangis. Lelaki seperti dia? Yang tega melakukan kejahatan luar biasa, membunuh orangtuanya sendiri, menangis?"Dosaku tak mungkin lagi diampuni. Aku telah membunuh orang tuaku sendiri."Suaranya tercekat di tenggorokan. Aku sendiri, sejak melihat air matanya menetes, telah pula merasakan sedih. Sampai usiaku ini, aku memang tidak pernah merasa derita seperti dirinya. Hidupku bahagia dan lurus-lurus saja. Tapi, bukan berarti empatiku tak terasah."Allah itu maha pengampun, Clay. Berdoalah, dan meminta."Clay menghela napas dalam-dalam, menatapku sejenak, lalu memandang Biru."Aku akan menyerahkan diri, tapi, tolong izinkan aku melihat bayi itu… keponakanku."***Aku memandang lelaki itu, dengan langkahnya yang terpincang-pincang, dan tatapan mata penuh kerinduan. Aku tak pernah menyangka ada hidu

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 53

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 53Apa yang harus kulakukan pada bayi ini? Oh, Clay menungguku. Bukankah seharusnya dia menungguku mengabarinya? Bukankah hari ini, dia seharusnya pergi dari negara ini? Meski aku masih belum mengerti, kenapa dia mau repot-repot membawa bayi.Tok tok tok…Aku tersentak. Kaca jendela mobilku diketuk orang dari luar. Dan ketika aku mengangkat kepala, aku terkejut bukan kepalang, mendapati wajah Tante Ivana dan Om Irwan disana. Jantungku rasanya berhenti berdetak."Buka pintu, Erika."Gemetar, aku malah terpaku padanya, menatap wajah Tante Erika, dan Om Irwan. Jika biasanya aku melihat mereka ramah dan murah senyum, kali ini, wajah itu tampak dingin sekali. Kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana mereka bisa ada disini? Kenapa mereka tahu akan membawa bayi ini? Sungguh, kepalaku rasanya mau pecah karena dijejali beribu pertanyaan."Erika!"Sementara itu, Zara masih terus menangis. Suaranya melengking-lengking memekakkan telinga. Dia terus bergerak, meronta-ronta, beru

  • LEBIH BAIK KITA BERPISAH   Bab 52

    LEBIH BAIK KITA BERPISAH 52Aku tersenyum, meski dalam hati, gugup setengah mati. Bagaimana dia bisa menebak dengan begitu sempurna bahwa aku punya hubungan dengan Clay?"Clay siapa?" ujarku, mencoba mengeluarkan suara yang meyakinkan.Senja menatap wajahku dengan pandangan meneliti, lalu dia tersenyum."Kamu yakin nggak mengenal seseorang bernama Clay?"Aku menggeleng "Baiklah, tapi kalau suatu saat aku tahu kamu bohong, aku mungkin akan marah padamu. Karena, ini hal yang sangat penting."Aku membuang pandang, jengah melihat tatapan mata bulatnya yang tajam."Jangankan kenal, dengar namanya saja baru ini. Kupikir, itu sejenis mainan anak-anak."Senja tersenyum, mengangkat gelas susu dan meneguknya perlahan-lahan. Aku melangkah ke depan, ketika kemudian, suaranya terdengar lagi."Manusia yang cerdas tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Jika iya, dia lebih bodoh dari keledai."Aku terdiam sejenak. Apa yang dia maksud? Siapa yang lebih bodoh dari keledai? Aku gegas meninggalkan d

DMCA.com Protection Status