Rambai Kaca masih enggan menghadapi Pedak Lelap, dia berniat untuk kembali ke kamarnya, tapi Pedak Lelap tidak membiarkan remaja itu angkat kaki dari bukit ini.Sekarang, setelah mendengar ucapan Pedak Lelap, semua murid berkumpul di sekitar mereka.Para murid itu juga mulai penasaran dengan kebenaran mengenai kematian Kukung Suna, meskipun beberapa murid yang lain tampaknya juga tidak percaya jika Rambai Kaca telah membunuh Kukung Suna."Lihat dan perhatikan, Remaja ini mulai ketakutan!""Eh, jadi dia yang dikabarkan telah membunuh Kukung Suna? aku pikir kabar itu hanya omong kosong belaka, dan lihatlah remaja ini tidak bergerak saat dihadapkan dengan kekuatan Pedak Lelap!""Dia ingin meninggalkan tempat ini, aneh sekali. Jika dia memang orang hebat, dia tidak akan lari dari tantangan Pedak Lelap.""Kau benar, kecuali dia hanya pecundang yang numpang tenar ..."Kemudian para murid tertawa mengejek, tidak jarang dari para murid ini memaki Rambai Kaca dengan kalimat yang kasar.Ya, mak
Mendengar tantangan Rambai Kaca, Pedak Lelap tidak bisa menahan diri untuk tidak menggunakan jurus level terhebat yang di kuasai saat ini.Dia pikir, siapa sebenarnya Rambai Kaca yang sanggup menantang murid terbaik di Padepokan Naga Barat? Dengan jurus ini, Pedak Lelap akan memberikan perhitungan yang tidak akan terlupakan seumur hidup Rambai Kaca.Beberapa saat kemudian, tekanan tenaga dalam mulai menyelimuti tubuh Pedak Lelap. Permukaan karang mulai bergetar, beberapa kerikil terangkat karena tekanan tenaga dalam pemuda tersebut.Ada cahaya muncul dari dalam tubuh pemuda tersebut, yang nampak seperti pantulan cahaya ketika mengenai permukaan air."Remaja ini dalam masalah, kenapa dia memancing emosi Pedak Lelap, bodohnya, jika aku jadi dirinya, sekarang juga aku langsung berlutut dan meminta maaf.""Tidak ada murid yang bisa menandingi kekuatan Pedak Lelap, bahkan dirinya bisa menghadapi beberapa sesepuh di Padepokan Naga Barat.""Hoi Bocah!" seorang murid berteriak keras, "segera
"Panggilkan tiga orang Teliksandi ke sini!" Naga Sosro memberikan perintah. Tiga orang telik sandi terbaik di Negara ini segera menghadap Sang Raja, menanyakan apa misi yang harus mereka selesaikan saat ini."Aku perintahkan kalian untuk membawakan surat ini kepada Menantuku yang ada di Padepokan Pedang Bayangan!" sebelum Raja Naga Sosro benar-benar menyerahkan surat tersebut, dia berpesan agar para telik sandi tidak membuka isi surat, juga tidak membiarkan surat itu jatuh ke tangan para pendekar aliran hitam. "Surat ini sangat penting, jangan sampai direbut dari tangan kalian!""Kami mengerti!" tiga Telik Sandi segera pergi meninggalkan Kerajaan Naga Utara.Setelah ke tiganya pergi, Mahasepuh dari Padepokan Naga Utara berpamitan kepada Sang Raja untuk memulai perjalanan ke Padepokan Naga Selatan.Walau bagaimanapun, perjalanan ini cukup panjang, dan tentu memiliki resiko yang sangat besar.Raja menyarankan agar dua orang itu menanggalkan atribut kependekaran mereka, menjadi orang bi
Di negri selatan.Ini adalah perguruan Naga Selatan, sebuah padepokan yang dianggap memiliki kemampuan paling tinggi. Kekuatan mereka berasal dari para sesepuh senior yang telah berusia ratusan tahun, dan masih aktif berkiprah di dunia persilatan.Bak pepatah buah kelapa, semakin tua semakin bersantan, tampaknya ungkapan tersebut sangatlah cocok untuk menggambarkan Padepokan Naga Selatan.Dari pada padepokan yang lain, Padepokan Naga Selatan terletak di tengah danau yang luas. Air danau kadang kala terlihat berombak, tapi kadang kala pula begitu tenang. Danau ini dinamakan Danau Naga Emas, dan menjadi salah satu penghasil ikan terbanyak di Negera tersebut.Menariknya, para warga dibebaskan untuk mengambil ikan yang ada di danau meskipun danau ini adalah wilayah kekuasaan Padepokan Naga Barat.Namun itu adalah sisi baiknya, sementara sisi buruk dari danau ini juga tidak kalah menarik. Pada malam-mala tertentu, danau yang elok dipandang mata ini, akan diselimuti oleh kabut tipis. Fen
Pria itu kemudian masuk ke dalam danau, dan tidak ada yang melihat hal ini, tidak pula tahu apa yang akan dia lakukan setelah itu.Sementara di dalam goa, tampak jelas cahaya redup menyelimuti seorang pendekar tua yang sedang melakukan meditasi guna memahami keilmuan yang dipelajarinya.Tubuhnya terangkat beberapa jari dari tempat duduk yang terbuat dari batu putih licin.Di sekitar goa itu, hanya ada lumut dan sesekali air danau yang masuk ke dalamnya. Suhu udara di sini terasa panas, meski ada banyak air berada di dalam goa tersebut.Cukup gelap dipandang, jika bukan karena beberapa jamur yang menyala mungkin tidak akan bisa melihat dengan jelas ketika berada di dalam goa ini.Ya, beruntung ada pijar cahaya keluar dari tubuh pendekar tua tersebut.Dia adalah Mahasepuh Padepokan Naga Selatan, orang terkuat di sini, bahkan dia lebih kuat dari penguasa negri ini. Butuh satu langkah lagi bagi dirinya untuk mencapai level bumi pada jalur kependekaran, level yang dianggap mustahil bagi r
Seorang pendekar level bumi memiliki teknik aneh yang mampu memanggil roh dari alam baka, untuk diletakan kembali ke dalam raga.Kala itu terjadi, pendekar itu membutuhkan beberapa darah untuk mengembalikan wujud tubuh yang sempurna, dan dia telah menumbalkan lebih dari 100 pendekar aliran hitam hanya untuk menciptakan tubuh Naga Sudra."Dia adalah Pemimpin kami, Pemimpin Cakar Hitam ...""Apa itu artinya," ucap Tiung Langit, dengan sedikit ragu, "apa kau adalah satu dari empat orang hebat yang dikabarkan? apa itu juga artinya tiga orang yang lain telah dibangkitkan seperti dirimu?""Kau sudah mengetahui jawabannya.""Jadi apa yang kau inginkan saat ini? Kau ingin mengambil posisiku?""Padepokan Naga Selatan hanyalah hal kecil, aku memiliki tujuan yang jauh lebih besar dari hanya sekedar menguasai padepokan atau pula negara selatan, kami akan membangkitkan pohon sakral.''Tiung Langit semakin terkejut mendengar hal itu, dia selama ini pernah mendengar mengenai pohon sakral, tapi dia m
Pria itu memang bukan salah satu dari 4 pendekar terkuat, tapi pria itu memiliki status yang sama dengan Kukung Suna.Hanya saja ada perbedaan antara dirinya dengan Kukung Suna, dimana pendekar ini yang bertugas untuk membiayai Cakar Hitam.Dia terbilang sangat kaya raya, karena memegang hampir seluruh bisnis gelap yang ada di dunia naga.Seluruh barang selundupan, minuman keras dan perbudakan dikendalikan oleh dirinya, dan semua mengenali dirinya sebagai Juragan Kuning. Orang yang memiliki kekayaan setara satu kerajaan.Konon saking kaya dirinya, uangnya tidak akan habis meski harus dibagikan ke seluruh warga Negara Utara, dimana masing-masing warga akan mendapatkan 100 keping emas setiap orangnya.Namun setelah mendengar kematian putranya dari salah satu sumber terpercaya, Juragan Kuning sedikit demi sedikit mengalami kebangkrutan. Seolah putranya merupakan jimat keberuntungan dan kini jimat itu telah diambil oleh Rambai Kaca di Desa Goa.Juragan Kuning, 'karena dia gemar menggunaka
Nagamayang tanpa permisi langsung masuk ke dalam kedai, dia memesan beberapa tuak terbaik yang ada di tempat itu."Cepatlah! aku sudah tidak tahan!" bentak Nagamayang kepada pemilik kedai minuman. "Ayolah, jangan lama-lama sialan!"Pemilik Kedai hanya tersenyum tipis mendengar makian Nagamayang, dia dengan telaten menuangkan tuak dari kendi ke dalam cawan berukuran besar.Belum pula diletakan di atas meja, tuak itu sudah disambar oleh Nagamayang, dan akhirnya satu cawan tuak telah lenyap, masuk ke dalam perutnya."Satu lagi!" ucap Nagamayang.Pemilik Kedai yang tak lain adalah anak buah Juragan Kuning semakin bersemangat melayani Nagamayang. Dia menuangkan lebih banyak tuak ke dalam cawan, berharap jika sesepuh bodoh ini mabuk dan pingsan.Namun setelah kedatangan Rambai Kaca dan Ki Ageng Nagaraman, Nagamayang masih belum terkalahkan. Dia telah menghabiskan lebih dari 10 cawan besar tuak, tapi belum mabuk.Benar-benar mengejutkan pemilik kedai minuman."Aku tidak pernah bertemu orang
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m