Dua jam telah berlalu, dan kini Dewa Tersesat telah kembali pulih dari luka yang dia alami. "Saatnya melakukan pembalasan," ucap Dewa tersebut, seraya tersenyum sinis, menatap wajah rapuh Dewa Penidur yang tak mampu lagi bergerak. "Kekuatan manusia begitu rapuh, begitu juga dengan tubuh yang mereka miliki. Tidak sepantasnya manusia seperti dirimu menantang seorang dewa."Dengan keadaannya sekarang, Dewa Penidur bahkan tidak mampu untuk membantah ucapan lawannya. Sekarang, dia sudah siap untuk pergi ke alam baka."Karena kau adalah manusia pertama yang mampu membuat diriku terluka, maka aku akan membuat kematianmu tidak terasa menyakitkan ...." Dewa Tersesat kini mengambil aba-aba untuk memusnahkan lawannya dalam satu kali serangan yang kuat.Dia mengangkat telapak tangannya ke atas, dan seketika energi yang dia miliki mulai menggumpal membentuk sebuah bola api raksasa.Lepaslah bola energi itu dari telapak tangan dewa tersebut, bergerak pelan ke arah Dewa Penidur yang terkapar tidak
Setelah beberapa waktu berlalu, Dewa Tersesat berjalan di antara beberapa wilayah yang ditemuinya, dan menyadari jika sekarang dia berada di alam bawah atau alam asura. “Ini sedikit berbeda dengan rencana awalku, tapi tidak terlalu buruk,” ucap dirinya, senyum licik kini muncul di wajah mahluk tersebut, tampaknya dia akan merencanakan sesuatu yang akan melibatkan kaum asura ini.Setelah berjalan beberapa jauhnya, dia bertemu dengan asura level rendah yang memiliki bentuk menyeramkan, dengan bagian tubuh hampir seperti dengan para siluman, hanya saja jauh lebih mengerikan lagi dibandingkan dengan siluman itu sendiri.Dia bertanya, “Apakah kalian ingin menjadi pasukanku? Kita akan menghancurkan langit, bukankah hal itu juga yang kalian inginkan sejak dahulu? Kaum kalian selalu tertindas oleh para dewa, perang terjadi antaka ras asura dan para dewa, tapi kalian tidak pernah mencicipi kemenangan, jika kalian ingin aku bisa memimpin kalian dan kita akan menguasai langit Bersama-sama…?”As
Perjalanan Dewa Tersesat untuk menemukan ras asura tertinggi akan memakan waktu yang lebih lama, tapi di jalan dia pasti menemukan asura kasta tinggi. Kemungkinan besar Dewa Tersesat bisa mempengaruhi asura kasta tinggi, yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan Kasta Tertinggi.Labih dari itu, kasta tinggi memiliki kekuatan tidak beberda jauh dari kasta tertinggi.Sekarang, apa yang harus dilakukan? tentu saja ada dua hal yang akan terjadi, pertama jika para asura kasta tertinggi berpihak kepada Lanting Beruga, maka kemungkinan besar Kasta Tinggi berpihak pada Dewa Tersesat, itu artinya akan terjadi perang satu ras.Perang yang akan terjadi lebih besar dibandingkan ketika Lanting Beruga berhadapan dengan pimpinan asura yang lain.Namun jika kasta tinggi tidak berpihak kepada Dewa Tersesat, maka kemungkinan dewa menjijikan itu akan membunuh mereka semua.Dua hal yang sama-sama tidak diharapkan bagi Lanting Beruga, tapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur, masalah ini terjad
Di alam bawah sadarnya, Roh Api terus mengumpulkan kekuatannya. Burung yang diselimuti api itu menyala semakin terang benderang, dengan ukuran terus bertambah besar.Getaran kuat yang terjadi di tempat itu semakin nyata dirasakan oleh Lanting Beruga, dan secara perlahan sebuah singgasana api mulai terbentuk di sana.Gejolak api menyala-nyala.Semakin lama, beberapa pilar api juga mulai berdiri, yang menandakan jika kekuatan roh api meningkat drastis.Pada puncak dari kekuatan itu, Roh Api terbang tinggi ke angkasa, lalu dia berdiri di atas tenggerannya sendiri yang terbuat dari api.Namun kali ini, penampilan Roh Api bisa dibilang sangat berbeda jauh dari roh api dahulu yang berbentuk seperti monster ganas.Roh api masih berbentuk burung, dia seperti garuda kencana, tapi dengan tubuh seperti manusia.Muncul pula pakaian zirah di tubuh burung tersebut, zirah perang yang sangat elegan. Semua zirah memancarkan warna emas, dan memang terlihat seperti emas.Sayap terbentang lebar, lebih da
Di gunung yang dipenuhi oleh banyak api, Dewa Tersesat memimpin banyak pasukan kegelapan. Seorang asura tinggi tampak tidak berdaya setelah dewa itu menghancurkan perkampungannya.Banyak sekali jasad yang terbakar di tempat itu karena ulah Dewa Tersesat, terlihat sebagain mayat hanya tinggal kepala, sebagian yang lain hanya tinggal tubuhnya saja, dan sebagian yang lain hanya tinggal tulang belulang.Beberapa menit yang lalu, Dewa Tersesat mendatangi tempat ini, mengajak mereka untuk menjadi bagian dari pasukannya, tapi perkampungan itu menolak dewa itu.Mereka tidak ingin tunduk, dan mereka mengangkat senjata untuk melawan.Dewa Tersesat tidak menginginkan hal itu, berharap semua asura menjadi aliansinya, tapi pada akhirnya kekerasan adalah jalan terbaik."Ini adalah balasan bagi kaum yang menentang diriku!" ucap Dewa Tersesat, memandang pimpinan kampung dengan wajah yang sinis, "lihatlah, kekuatan yang kalian miliki tidak mampu menahanku. Dasar keras kepala, kalian bisa saja masih h
Tanda bahaya mulai terlihat, aura merah telah datang yang menandakan datangnya musuh. Namun tembok yang dibangun oleh Raja Raksasa dan pasukannya sangat tinggi, akan sulit bagi asura untuk masuk ke dalam benteng pertahanan tanpa menggunakan ilmu meringankan tubuh.Namun, di atas awang-awang, asura telah menyiapkan banyak jebakan yang tak nampak oleh mata.Beberapa dari pasukan Dewa Tersesat menunggangi bintang buas seperti serigala tapi dengan kepala yang aneh, memiliki empat mata dan gigi seperti ikan hiu.Dewa Tersesat menciptakan sebuah zirah perang bagi pasukan tersebut, dengan corak seperti zirah perang dewa, tapi tidak terlalu sempurna, dan sama sekali tidak terlihat pantas bagi asura tersebut.Dewa itu sendiri menunggangi seekor serigala dengan sayap hitam yang besar, dengan enam kaki.Matanya tajam, tapi menurut Lanting Beruga tidak ada yang lebih tajam dari mata Garuda Kencana, sang siluman burung elang berkaki empat. Namun, di sini dia tahu, bahwa Garuda Kencana memiliki law
Dua ranjau yang dibuat oleh Raksasa bekerja sangat baik, bahkan pembuatnya tidak percaya jika keberhasilan ranjau itu lebih dari dugaannya sendiri.Namun rupanya, Dewa Tersesat bukanlah mahluk yang begitu cerdas. Sekarang, Pramudhita bisa menarik kesimpulan. Dewa Tersesat bukanlah dewa yang cerdas, karena itu dia selalu menjadi dewa yang lemah tanpa jabatan yang berarti.Kebodohan itulah pula yang membuat Dewa Tersesat kesulitan untuk meningkatkan kekuatannya. Tidak hanya bodoh dalam berpikir, tapi pula bodoh dalam memahami kekuatannya.Ada beberapa tingkatan di alam dewa sekalipun sama seperti manusia dan asura, tapi Dewa Tersesat hanyalah berada pada tingkatan dasar saja. Dia tidak lebih dari seorang prajurit tanpa jabatan.Satu-satunya yang membuat dia cukup kuat adalah karena keberadaan istrinya di sisinya, yang selalu memotivasi hidup untuk terus berjuang.Namun itu saja tidak cukup, Dewa Tersesat pada akhirnya tetap menjadi dewa yang lemah. Statusnya tidak ubah seperti pendekar
"Cukup sudah!" Dewa Tersesat tidak tahan lagi, dia tidak bisa menerima penghinaan ini terus menerus. "Kalian pikir aku tidak bisa melakukan hal yang lebih jauh, kesabaranku telah habis."Mahluk itu meninggalkan binatang tunggangannya, lantas melompat ke angkasa. Dia menatap sepintas semua asura yang berada di balik tembok pelindung, lebih lagi tatapan matanya tertuju ke arah Lanting Beruga.Tidak selang beberapa lama, energi murni yang dimiliki olehnya mulai menggetarkan udara di tempat tersebut.Dia mengangkat tongkatnya ke atas dengan cahaya putih terang yang menjulang sampai ke langit.Tidak berselang beberapa lama, dari langit muncul ribuan anak panah berwarna putih dengan ukuran sebesar lengan orang dewasa.Ribuan anak panah itu mengandung kekuatan murni dari dewa, dan kini menghujani tembok beton istana tersebut."Cepat tinggalkan temboknya!" Lanting Beruga berteriak keras, hal ini membuat semua asura yang bersembunyi di dalam tembok menjadi panik, dan berusaha melarikan diri.N
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m