Pertemuan empat pemimpin asura akhirnya di gelar di dalam gunung tertinggi yang ada di alam ini.Terlihat di sana Dewi Kematian, yang merupakan satu-satunya wanita dari ras asura yang menjadi ratu, kini duduk di atas singgasana yang terbuat dari batu hitam.Di depan dirinya, ada sebuah meja besar tanpa kaki. Meja yang melayang di udara, tapi sangat kokoh dan tidak goyah.Di seberang meja itu ada Raja Raksasa yang paling besar dan paling menyeramkan. Dia meletakan senjatanya di atas meja batu melayang itu, seraya memasang raut wajah tidak sabaran.Di sebelah kanan Dewi Kematian terlihat Raja yang bertubuh kecil tapi bukan kurcaci. Dia yang paling tampan di bandingkan dengan tiga raja yang lain, tapi dia juga yang memilki umur paling tua dibandingkan dengan semua pemimpin di sini.Sayap asura kecil itu hanya ada satu, dan tidak berbentuk sayap seperti para asura yang lain. Sayapnya terbuat dari energi kegelapan, dengan panjang dua kali dari panjang depa tangannya.Dari semua pemimpin,
Pertemuan para pemimpin Asura ini akhirnya menemukan beberapa masalah, terutama yang bersangkutan dengan Lanting Beruga.Ada satu asura yang menganggap Lanting Beruga berguna bagi alam ini, sementara tiga pimpinan yang lain menganggap Lanting Beruga sebagai bencana.Yang menganggap Lanting Beruga berguna adalah Raja Asura Kecil yang mahir mengontrol tenaga dalam. Sementara, Dewi Kematian adalah mahluk pertama yang menentang Lanting Beruga.Karena hal ini, Raja Kecil itu mendapatkan pertentangan dari tiga pimpinan yang lain. Raja Penyihir Kegelapan bahkan hampir menggunakan kekuatannya untuk berperang dengan raja kecil tersebut.Dia mulai mengangkat tangannya, memasang aba-aba untuk menyerang Raja Kecil itu, tapi dihentikan oleh Raja Raksasa."Apa kau berubah pikiran?" tanya Raja Penyihir Kegelapan, "Kau ingin berpihak pula dengan manusia tersebut?"Raja Raksasa tertawa terbahak-bahak mendengar hal tersebut, tapi kemudian dia menjelaskan jika dirinya tidak akan berpihak kepada manusia,
Sudah begitu banyak cara untuk membunuh Lanting Beruga yang masih berada di dalam tengkorak asura, tapi tidak ada satupun yang mampu melakukannya. Beberapa hari yang lalu, para pemimpin Asura juga telah datang ke tempat ini untuk menghentikan Lanting Beruga, tapi yang terjadi malah membuat mereka mengalami luka dalam yang cukup parah.Hebatnya, setiap luka yang mereka alami akan sangat sulit untuk disembuhkan dengan menggunakan energi kegelapan itu sendiri.Lalu sekarang, Dewi Kematian mencoba melakukan tindakan yang sedikit gila. Dia memberi perintah kepada seluruh petingginya untuk mengangkat tengkorak raja asura kuno. Semua orang telah berada di posisi masing-masing. Mereka menggunakan rantai yang entah terbuat dari bahan apa, yang jelas rantai itu sangat besar lagi kuat.Dewi Kematian memberi perintah kepada semua petinggi untuk menarik 7 rantai yang telah dia tanamkan pada tengkorak raja asura kuno."Sekarang, tarik rantai itu dengan segenap kekuatan yang kalian miliki!" perint
Waktu telah berlalu begitu cepat, dan kini sudah dua hari lamanya. Lanting Beruga mulai merasakan adanya getaran kuat di sekujur tubuhnya, dan saat itu muncul cahaya keemasan menyelimuti tubuh pemuda itu.Pedar cahaya emas itu membuat semua asura yang mengelilingi tempat itu menjadi sedikit takut. Beberapa petinggi asura bahkan mundur beberapa langkah karena tidak tahan berada di dekat Lanting Beruga.Tarikan nafas Lanting Beruga mulai kembali normal seperti sebelumnya, dan kini detak jantungnya mulai terdengar oleh telinganya sendiri.Benar, untuk melakukan meditasi yang mendalam, kadang kala Lanting Beruga lupa untuk bernafas, dan karena hal ini detak jantungnya begitu lambat. Dua menit hanya satu kali tarikan nafas, dan dua menit pula dia menahan nafasnya.Teknik pernafasan ini mungkin tidak diajarkan oleh guru-gurunya, tapi Lanting Beruga percaya jika seorang pendekar mampu mematikan tubuhnya sendiri, maka pada saat itu lah dia mampu menghidupkan sesuatu yang dia harapkan.Perlaha
Lanting Beruga mulai berjalan keluar dari dalam tengkorak itu dengan pedang pembantai iblis di tangannya.Sengaja dia tidak keluar dengan cara menghancurkan tengkorak raja asura kuno, karena menganggap tengkorak itu telah berjasa bagi dirinya.Padahal, jika dia mau, dia bisa keluar dari dalam tengkorak dengan sedikit lebih keres, seperti melubangi tulang itu dengan pedang pembantai iblis.Saat dia berjalan keluar, semua asura dan para petingginya telah menanti pria itu dengan waktu yang cukup lama.Tidak ada satupun dari mereka yang memasang ekspresi wajah ramah. Mata mereka tampak tajam dan mengerikan, dengan gigi yang menyeringai.Namun Lanting Beruga tampak begitu tenang, dia masih berjalan dengan santai, dengan sesekali menyapukan pandangan ke sekeliling, memastikan berapa banyak asura yang akan menyerang dirinya saat ini.Di sisi lain, Dewi Kematian terbang melayang di udara bersama dengan naga-naganya. Binatang tunggangan itu telah bersiap melepaskan semburan api ke arah manusia
"Tarian Dewa Angin," gumam Lanting Beruga setelah berhasil membunuh satu orang asura.Beberapa saat kemudian, dari arah belakang ada sosok naga besar yang hendak menyerang Lanting Beruga. Mahluk itu bahkan telah memuntahkan nafas api ke arah manusia tersebut, tapi pedang pembantai iblis tidak hanya bisa memotong tubuh dan benda apapun, tapi juga bisa memotong api yang mengarah ke tubuh Lanting Beruga."Apa?" Asura terkejut bukan kepalanya, Dewi Kematian juga terkejut, sementara Lanting Beruga malah tersenyum sinis.Pedang Pembantai Iblis dihuni oleh roh logam, yang memiliki kekuatan mutlak yaitu mampu menebas apapun, bahkan Asura Kuno tidak bisa lolos dari kekuatan mutlak roh logam tersebut.Kekuatannya mungkin tidak sampai 100%, tapi ditangan Lanting Beruga, potensi roh api bisa dimaksimalkan hingga batas tertingginya.Sekarang, setelah Lanting Beruga menebas nafas api dari naga tersebut, belahan api mengenai beberapa batu di sekitar kiri dan kanan, dan langsung menjadikan batu itu
Di belakang Raja Raksasa tersebut, ada sekitar 100 petinggi raksasa telah datang, mereka berniat melihat atau mungkin melawan Lanting Beruga secara langsung.Jumlah yang sangat banyak, Lanting Beruga sendiri sampai tidak percaya jika hari ini melihat ada banyak raksasa dalam satu waktu dan satu tempat.Melawan asura level tertinggi itu sama saja melawan pendekar level dewa, atau paling rendah sama dengan level iblis pada jalur kependekaran. Dalam pertarungan yang cepat ini, Lanting Beruga telah membunuh kurang lebih lima orang asura kasta tertinggi dan lebih dari belasan orang asura kasta tinggi.Kasta tinggi sama dengan pendekar level langit tinggi bagi Lanting Beruga.Kekuatan Lanting Beruga memang meningkat secara drastis tapi ini bukan hanya difaktori oleh kerangka dewa yang telah sempurna saja, melainkan ada banyak faktor yang lain.Pertama, Lanting Beruga telah menyempurnakan teknik pedang angkara jagad. Dengan begitu, setiap teknik pedang turunan yang dia gunakan telah berada p
Raja Raksasa mulai menggila, dia menyerang Lanting Beruga dengan pukulan gadah besar. Apapun benda yang terkena serangan gadah itu dapat dipastikan hancur lebur, kecuali tulang tengkorak raja asura kuno.Kali ini dia baru saja melayangkan serangan ke arah wajah Lanting Beruga, tapi sedetik sebelum gadah itu mengenai wajah pria tersebut, dia segera menghilang dari padangan dengan teknik mode cahaya api miliknya.Beberapa detik kemudian, Lanting Beruga telah berada di sisi lain.Untuk ke sekian kali, Raja Raksasa mengayunkan senjatanya untuk menjatuhkan Lanting Beruga, tapi selalu meleset. Raksasa besar seperti sedang mengincar seekor lalat yang lincah.Lanting Beruga akan hilang dari tempatnya kemudian muncul di tempat lain, begitu seterusnya setiap kali Raja Raksasa itu ingin menyerang dirinya.Namun karena mode cahaya api hanya menggunakan 10% kekuatan roh api, maka Lanting Beruga tidak bisa menggunakan teknik tersebut secara terus menerus.Dia harus melawan dan menghadapi serangan r
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m