Kombinasi yang sempurna dari tiga aliran yang berbeda jalan hanya demi satu tujuan yaitu membuka lapisan pelindung pulau ke empat.
Dua kali jurus level kehancuran digunakan oleh Petinggi Hayna Darah dan juga Pimpinan Suku Tangan Panjang, tapi Lanting Beruga bahkan belum menggunakan murka naga bayangan untuk mematahkan salah satu tangan raksasa tersebut.Dari awal dia hanya menggunakan teknik pedang emas yang digabungkan dengan teknik pedang bayangan, lalu diakhir dengan teknik pedak awan berarak.Tiga teknik yang dijadikan satu itu berhasil menghancurkan dua tangan raksasa besar tersebut.Dari sini, dapat dilihat jika pengalaman dan teknik yang dimiliki oleh Lanting Beruga nyatanya lebih efektif digunakan jika dibandingkan jurus level kehancuran yang dimiliki oleh dua pendekar lainnya.Meskipun masih diselimuti dengan tanda tanya, tapi Petinggi Sekte Hayna Darah menunda niatnya untuk mengetahui identitas Lanting Beruga yang sebenarnya.Cacing Gurun adalah legenda mengerikan yang hanya menjadi mitos bagi beberapa kalangan, karena hingga hari ini mereka tidak pernah melihat penampakan dari cacing gurun tersebut.Di dalam cerita, Cacing Gurun dikabarkan memiliki mulut yang besarnya hampir seperti gedung bertingkat. Dia akan menelan benda apapun yang bergerak di atas pasir dimana dirinya berdiam diri.Tidak peduli jika itu adalah batu yang menggelinding, Cacing Gurun akan menghisapnya, dan dapat dipastikan semua yang masuk ke dalam mulut besarnya akan berakhir dengan kematian.Namun, itu adalah cerita dongeng di Dunia Utara, karena faktanya Cacing Gurun yang ada di pulau ke empat ini bukanlah mahluk hidup seperti yang mereka ceritakan, melainkan sosok penjaga yang bergerak atas kekuatan roh bumi.Jadi dia tidak benar-benar hidup, tapi tetap saja keberadaan mahluk tersebut di sini menjadi ancaman besar bagi pendekar yang ingin merebut Pusaka Roh Bumi.Mahluk tersebut meliuk-
Cacing Gurun terhempas di atas pasir ketika terkena serangan telak Petinggi Sekte Hayna Darah. Untuk beberapa saat mahluk besar itu sama sekali tidak bergerak.Apakah dia telah mati? tentu saja belum, mahluk dengan kekuatan roh bumi tidak mungkin mati hanya dengan serangan seperti tadi. Kekuatan Petinggi Sekte Hayna Darah hanya bisa menghancurkan beberapa baris dari giginya yang tajam, dan melukai tenggorokannya, tapi kelemahan mahluk itu ada pada kristal segi enam yang ada di langit-langit mahluk tersebut.Benar saja, belum genap 10 tarikan nafas setelah terkena serangan Petinggi Sekte Hayna Darah, mahluk besar itu bangkit lagi, dan kini menunjukan tubuhnya secara utuh.Lanting Beruga menelan ludahnya sekali melihat ukuran panjang mahluk tersebut. Kepalanya berada di pinggir barat pulau sementara ekornya berada di pinggir timur pulau, betapa besar dan panjang mahluk tersebut."Apa kau bisa dimakan?" tanya Lanting Beruga, "tidak tidak,
Kini Lanting Beruga telah tiba di pulau ke lima, pulau paling tinggi dan juga paling kecil jika dibandingkan dengan empat pulau yang lain. Keadaan di pulau ini malah berbeda dengan pulau yang lainnya, dimana pulau ini tampak begitu subur.Ada banyak pohon besar hidup di pulau tersebut, air sungai yang mengalir jernih dan lumut yang hidup dipermukaan bebatuan.Di tengah pulau ini, ada 6 pilar raksasa yang memiliki rantai pada masing-masing ujung pilar tersebut.Tepat di tengah pilar itu ada sebuah batu berwarna hitam pekat, dan dililit oleh rantai serta ada sebuah tulisan kuno tepat di atas batu tersebut.Tulisan itu mungkin merupakan sebuah mantra yang dibuat oleh dewa Ismaranta.Setelah Lanting Beruga tiba di sana, dua pendekar lain akhirnya tiba pula di tempa tersebut.Dan sekarang, situasi sedikit lebih tegang karena tampaknya akan terjadi perebutan mengenai pusaka roh bumi itu.Sebelum pertarungan terjadi, tiba-tiba muncul cahaya
Petinggi Serikat Naga itu bernama Belen, pria yang dijuluki sebagai yang tidak pernah meleset. Senjata di pundaknya adalah kebanggan bagi Serikat Naga, berupa busur panah besar yang kononnya didapat di dalam bumi, setelah menghancurkan setengah pulau di barat daya Markas Besar Serikat Naga.Berbeda dengan Set, Belen sama seperti Ares yang besar di lingkungan Serikat Naga. Dia telah mengabdi kepada Bangsawan Dunia sejak lama, bahkan orang tuanya merupakan pelopor munculnya organisasi Serikat Naga tersebut."Siapa yang bergerak, akan kuhancurkan!" ucap Belen, dia menarik busur panahnya ke arah Petinggi Sekte Hayna Darah, kemudian mengarahkannya ke Pimpinan Suku Tangan Panjang. Tindakan ini bertujuan untuk mengancam mereka berdua.Suku Tangan Panjang mulai berkeringat dingin, mungkin tidak menduga jika salah satu pimpinan Serikat Naga akan datang ke tempat ini.Namun yang tidak diketahui oleh Suku Tangan Panjang adalah, prasasti mengenai Roh Bumi ter
Beberapa serangan Bele yang tidak sempat menghantam permukaan pulau malah memutar arah dan mengejar Lanting Beruga kemanapun pemuda tersebut berlari.Seperti namanya, Bele yang tidak pernah meleset, anak-anak panah yang dilepaskan oleh senjatanya rupanya dapat mengejar lawan kemanapun mereka pergi, dengan catatan anak panah itu tidak sempat menyentuh benda di jalur lintasannya.Pertarungan antara Lanting Beruga dan Bele terjadi begitu sengit, dan hampir membuat sebagian besar pulau ini dipenuhi oleh lubang besar seperti telaga kering karena anak panah Satria Naga Langit tersebut.Bintang-bintang terlihat di siang hari, akibat dari benturan dua kekuatan yang begitu hebat.Dalam beberapa waktu yang singkat saja, sudah lebih 100 kali Bele melepaskan serangan, mencoba menekan Lanting Beruga dengan segala cara, tapi nyatanya pemuda itu masih hidup dan sialnya tidak ada satupun dari anak panah Bele yang berhasil melukai tubuh pemuda tersebut.C
"Sial, bocah ini bisa menghindari seranganku!" Bele tidak menduga jika Lanting Beruga menggunakan celah dari anak-anak panahnya untuk menyelamatkan dirinya dari kematian. Cara ini belum pernah dilihat oleh Bele sebelumnya, dan belum pula pernah ada musuh yang menggunakan cara ini untuk menghindari serangan level kehancuran miliknya.Bele sudah begitu yakin, jika Lanting Beruga akan menghindari serangan itu dengan melarikan diri, tapi hal itu akan percuma karena anak panah milikinya akan mengejar Lanting Beruga kemanapun pemuda itu pergi. Namun harapan Bele untuk segera membunuh Lanting Beruga rupanya gagal.Ketika Lanting Beruga berada di atas awang-awang, mata kirinya langsung melepaskan energi batin dalam jumlah besar yang membuat Bele mulai kesulitan untuk bergerak."Dari mana datangnya rasa takut ini ...?" Bele menatap tangannya yang kini memegang busur panah, tapi entah kenapa tangan tersebut malah gemetar seperti kedinginan. "Tekn
Lanting Beruga masih berjibaku sengit melawan Bele, tapi kadang kala pertarungan mereka harus terhenti oleh segel Roh Bumi yang acap kali menyambar dari pilar tinggi.Dan kali ini.Teriakan keras terdengar keluar dari mulut Carpo, setelah bahu kirinya terkena sengatan kekuatan Segel Roh Bumi.Luka yang didapatkan oleh pria itu cukup parah, bahkan kini terlihat tulang bahunya yang putih karena daging yang terkoyak cukup besar.Sambil meringis kesakitan, Carpo memandangi pilar segel Roh Bumi. Kini perasaanya sudah pesimis untuk mendapatkan pusaka tersebut. Tidak dia duga kekuatan dari Segel Roh Bumi benar-benar mengerikan, dan orang sekelas dirinya bahkan tidak mampu menahan sengatan serangan tersebut.Lanting Beruga menggunakan mata asura mencoba melihat momentum serangan pilar tersebut. Dalam dugaannya, dia bisa merasakan setiap serangan segel itu memiliki jeda beberapa waktu sebelum dia menyerang kembali.Mata Asura d
Ketika Lanting Beruga hampir saja bergerak untuk membunuh Bele, tiba-tiba tindakan pemuda itu terhenti ketika dia merasakan ada aura membunuh yang begitu kuat datang ke pulau ini.Belum sempat Lanting Beruga menggunakan mata asura untuk mengetahui siapa gerangan orang tersebut, tiba-tiba sekelebatan cahaya begitu terang menyilaukan mata datang ke arah pulau ini."Sial!" Lanting Beruga melompat secepat mungkin, menghindari serangan cahaya tersebut, lalu tiba-tiba.Bom.Ledakan maha dahsyat terjadi di pulau tersebut, membuat sebagian besar pulau ini runtuh, jatuh menimpa pulau ke empat.Lanting Beruga terlempar beberapa puluh depa ke belakang, dan terombang-ambing di udara. Butuh usaha yang besar agar dirinya tetap berada di pulau ke lima ini.Sebuah serangan yang benar-benar mengerikan, Lanting Beruga bahkan tidak pernah merasakan serangan sehebat ini kecuali pada hari ini.Sesekali pemuda itu dihantam oleh bebatuan, mem
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m