Tidak selang beberapa lama, Cindra Wati juga datang menghampiri Rambai Kaca, dan menanyakan mengenai tindakan apa yang harus mereka lakukan saat ini.Ada dua pilihan, bersembunyi seperti seorang pengecut, atau ikut bertarung layaknya seorang pendekar sejati.Tentu saja, Rambai Kaca tidak akan bersembunyi, dia akan mengambil pilihan ke dua, yaitu bertarung bersama para prajurit untuk melawan Kelompok Cakar Hitam."Aku sudah memutuskan," ucap Rambai Kaca, "Dan aku tidak akan menyerah!"Rambai Kaca langsung mempersiapkan diri, dan kini dia keluar dari kamarnya.Di sisi lain, Jaka Pati dan Jalangka tampaknya tidak akan bersembunyi seperti para peserta yang lainnya. Sejenak, Jaka Pati menatap wajah Rambai Kaca, tapi kemudian pandangannya teralihkan pada sosok Cindra Wati yang berada di belakang bocah tersebut.Ada rasa cemburu di hati Jaka Pati, mengingat Cindra Wati lebih dekat dengan Rambai Kaca dibandingkan dengan dirinya.Namu, untuk saat ini dia harus menepiskan pikiran itu terlebih d
Tidak selang beberapa lama, Cindra Wati juga datang menghampiri Rambai Kaca, dan menanyakan mengenai tindakan apa yang harus mereka lakukan saat ini. Ada dua pilihan, bersembunyi seperti seorang pengecut, atau ikut bertarung layaknya seorang pendekar sejati. Tentu saja, Rambai Kaca tidak akan bersembunyi, dia akan mengambil pilihan ke dua, yaitu bertarung bersama para prajurit untuk melawan Kelompok Cakar Hitam. "Aku sudah memutuskan," ucap Rambai Kaca, "Dan aku tidak akan menyerah!" Rambai Kaca langsung mempersiapkan diri, dan kini dia keluar dari kamarnya. Di sisi lain, Jaka Pati dan Jalangka tampaknya tidak akan bersembunyi seperti para peserta yang lainnya. Sejenak, Jaka Pati menatap wajah Rambai Kaca, tapi kemudian pandangannya teralihkan pada sosok Cindra Wati yang berada di belakang bocah tersebut. Ada rasa cemburu di hati Jaka Pati, mengingat Cindra Wati lebih dekat dengan Rambai Kaca dibandingkan dengan dirinya. Namu, untuk saat ini dia harus menepiskan pikiran itu terl
Kini para prajurit dibuat kalang kabut, menghadapi musuh yang begitu kuat. Belum lagi mereka harus memikirkan masalah siluman cacing yang melubangi sebagian besar tanah di Istana Kerajaan.Sekarang, bukan hanya tembok istana yang tenggelam ke dalam tanah, tapi ada banyak pendekar yang juga masuk ke dalam lubang buatan siluman cacing tersebut.Pertahanan mulai goyah.Pasukan musuh mulai memasuki benteng kerajaan, dan mulai menyerang semua prajurit yang berada di halaman utama istana.Pertempuran besar akhirnya tidak bisa dielakkan lagi.Para pendekar aliran hitam ini sangatlah brutal, menyerang seperti babik yang terluka parah.Lebih dari itu, kekuatan mereka berada di atas rata-rata para prajurit level rendah.Di kerajaan ini, tentu saja ada lebih banyak prajurit level rendah dibandingkan prajurit level sedang apalagi level tinggi.Terdengar suara ledakan besar di tempat lain, seorang pendekar aliran hitam yang memiliki level sangat tinggi baru saja melepaskan serangan tenaga dalam ya
Jika mendapatkan 4 siluman cacing tersebut, Rambai Kaca kini mengantongi 5 mustika siluman. Dengan lima buah mustika tersebut, dia kemungkinan mampu meningkatkan tenaga dalam hingga 100 lingkaran tenaga dalam. Tentu saja, itu adalah jumlah yang begitu banyak yang mampu membantunya bisa memahami jurus-jurus lebih jauh.Hanya dengan 160 lingkaran tenaga dalam, membuat Rambai Kaca harus menggunakan akalnya untuk membunuh lawan. Dia tidak bisa memboroskan energi tersebut, atau dia akan kehabisan stamina sebelum perang ini berakhir."Bocah perjalananmu akan berakhir di sini!" tiga orang pendekar level dua puncak kini menghadang Rambai Kaca.Rupanya, noda darah yang ada di wajah dan sebagian besar tubuhnya telah menarik perhatian tiga pendekar tersebut.Rambai Kaca berhenti sejenak, dia menghela nafas panjang kemudian menatap ke arah siluman cacing yang kini sedang berhadapan dengan empat sesepuh."Kami akan mengirimu ke alam baka!" teriak salah satu dari pendekar aliran hitam itu, seraya m
Raung Wanar tidak pernah menyangka jika murid dari Manik Angkeran yang terbilang lemah di Padepokan Naga Utara, rupanya benar-benar mengerikan.Dia bisa menandingi banyak pendekar aliran hitam dengan level kependekaran yang terbilang rendah.Namun tentu saja yang membuat Raung Wanar benar-benar terkejut, yaitu ketika dia menyaksikan keberanian Rambai Kaca, kelincahan dan mental baja yang dimiliki oleh dirinya.Tidak banyak pendekar dari Padepokan Naga utara yang memiliki mental dan keberanian seperti yang dimiliki oleh Rambai Kaca. Tidak banyak.Jika ada 20 orang murid seperti Rambai Kaca, mungkin saja Padepokan Naga utara tidak akan menjadi terbelakang di antara padepokan yang lain."Setelah dua muridku pulih, aku harus membantu dirinya, bocah itu tidak akan mati karena kalah dalam bertarung, tapi dia bisa saja mati karena kehabisan staminanya."Kehadiran Raung Wanara di tengah-tengah pertempuran para prajurit dan pendekar aliran hitam, membawa angin harapan bagi prajurit Istana.Bag
Sementara di tempat lain, pertempuran yang terjadi di Padepokan Naga Utara mulai tidak berimbang. Tampaknya efek racun kala jengking setan mulai berpengaruh saat ini.Meskipun jumlah pemberontak bisa dibilang tidak lebih banyak dibandingkan dengan pasukan inti di Padepokan Naga Utara, tapi racun itu membuat jalannya pertempuran menjadi benar-benar berubah.Banyak para sesepuh yang mulai kesulitan menggunakan jurus yang mereka kuasai sebelumnya. Bahkan tidak jarang, jurus yang hendak mereka gunakan sama sekali tidak bisa dikeluarkan. Akibatnya, mereka malah terbunuh oleh para penghianat.Lebih dari itu, tentu saja ada banyak murid dari Padepokan Naga Utara yang benar-benar tidak bisa bertarung saat ini. Mereka kehilangan semua kemampuan yang mengharuskan untuk menggunakan tenaga dalam.Beberapa puluh murid memutuskan untuk menggunakan kekuatan pisik, dan masih melanjutkan perlawanan terhadap para penghianat. Namun nasib para murid ini tidak begitu baik. Mereka di hajar habis-habisan ol
Sesepuh penghianat menjadi geram mendengar ucapan Manik Angkeran. Pantas saja, Guru Rambai Kaca itu bisa menggunakan jurus-jurusnya tanpa hambatan yang berarti."Gunakan kemampuanmu!" ucap Manik Angkeran. "Aku ingin melihat seberapa lama kau bisa menyerang dari jarak jauh seperti itu!"Jika Manik Angkeran tidak salah duga, kemungkinan lawannya hanya bisa menggunakan 20 jurus level tinggi lagi dengan sisa tenaga dalam yang dia miliki.Itu artinya, selama Manik Angkeran bisa menahan semua serangan dari sesepuh penghianat, maka kemenangan ini sudah pasti menjadi miliknya.Energi pedang yang jauh lebih besar kini bergerak ke arah Manik Angkeran, tapi Guru Rambai Kaca tidak berniat menghindarinya karena jelas dia tidak mungkin bisa melakukan hal tersebut tanpa bantuan teknik meringankan tubuh.-Naga Perunggu-Manik Angkeran menciptakan sebuah pelindung berbentuk kepala naga berwarna hitam pekat. Boom.Benturan antara dua kekuatan terjadi. Energi pedang menghantam kepala naga yang menutupi
Rambai Kaca kini menghela nafas yang lega, sebab dua temannya kini berada di sini. Mereka akan melindungi dirinya."Terima kasih banyak," ucap Rambai Kaca, "berkat kalian, aku tidak jadi mati ...""Apa yang kau katakan, Saudara Rambai Kaca?" Kidang Alang balik bertanya, "apa yang kami lakukan kepadamu, itu belum seberapa dari apa yang kau lakukan kepada kami berdua. Sekarang cepatlah cari tempat yang aman, dan pulihkan tenaga dalammu. Kami akan menahan mereka di sini!"Rambai Kaca mengangguk tanda mengerti, kemudian bergegas pergi ke sebuah bangunan yang telah porak poranda karena pertempuran.Di sana, dia mengeluarkan dua sumber daya pelatihan. Satu untuk mengembalikan tenaga dalamnya, dan satu lagi untuk mengobati luka yang dia dapatkan.Walaupun mungkin sumber daya untuk mengobati luka tidak akan sepenuhnya menyembuhkan, tapi paling tidak luka yang didapatkan bocah itu bisa berkurang rasa sakitnya.Tanpa berpikir panjang lagi, dia segera menyerap ke dua sumber daya tersebut.Kira-k
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m