Lanting Beruga tersenyum tipis, mengisyaratkan agar dua orang ini tetap tenang.
"Aku akan menghadapi mereka!" ucap Lanting Beruga.
Pemuda itu berdiri mantap, kemudian kembali menutup wajahnya dengan kain hitam sehingga kini tampilannya terlihat kembali menyeramkan.
Pintu berderik pelan, ketika Lanting Beruga membuka daun pintu tersebut. Mula-mula beberapa orang di luar rumah ini dikobari semangat membunuh, tapi ketika yang keluar adalah sosok Lanting Beruga, Sang Long kembali menampakan ekspresi pucat.
Wajahnya yang putih bahkan kini sedikit membiru karena kemunculan Lanting Beruga.
"Kakak ke lima," ucap Sang Long, "Di ... dialah yang telah mempermalukan diriku!"
Kakak Ke Lima yang dimaksud oleh Sang Long adalah pria berperawakan tinggi tapi dengan rambut yang tertata cukup rapi. Pria itu menyipitkan mata ke arah Lanting Beruga, mungkin berusaha menjamah bagian terdalam dari sosok pemuda tersebut, ingin menemukan apa yang menjadi pemud
Jangan marah, karena bisa bikin cepat tua...wkwkwkw. Oh ya, terima kasih karena telah bersabar.
Menyadari kesalahannya tentu saja sudah terlambat dilakukan oleh Sam Hong. Dia yang telah memulai menarik pedang, tidak mungkin mundur dalam pertarungan ini.Sekali lagi, Sam Hong menyerang Lanting Beruga dengan banyak jurus andalan yang dikuasainya, tapi semua jurus tersebut tidak berarti bagi pemuda itu.Pemuda itu bahkan tidak mengeluarkan semua kekuatan pisiknya untuk menahan serangan Sam Hong.Sebuah tebasan sekali lagi mengarah ke tubuh Lanting Beruga, tapi pemuda itu malah menarik tubuhnya ke belakang, menghindari serangan itu dengan sangat mudah.Mata pedang Sam Hong hanya berjarak dua jari dari batang leher Lanting Beruga.Namun belum pula Sam Hong berhasil menguasai pedangnya lagi, Lanting Beruga telah menyerang pria itu tepat pada bagian tengah dadanya.Teriakan Sam Hong tertahan, ketika gagang pedang sisik naga hijau mendarat tepat di tengah ulu hati pria itu.Sam Hong jatuh ke tanah dengan mulut berdarah. Jika Lanting Ber
Lanting Beruga menanyakan apakah Ling Cun akan kembali atau tetap memutuskan tinggal di sini. Namun, Ling Cun menjelaskan jika tidak ada lagi Sekte Sayap Pedang, hanya ada nama tapi tidak ada lagi makanannya. Kesalahan terbesar Sekte Sayap Pedang adalah, kenapa menerima tawaran dari Kekaisaran Tang yang menyebabkan perpecahan di dalam Sekte itu sendiri. Ya, Ling Cun bukan salah satu orang yang terkena dampak dari perpecahan ini, ada banyak pendekar lain yang hidup luntang lantung karena tidak tahu arah dan tujuan lagi. Sayangnya, di sini meskipun kehidupannya cukup aman, pengaruh dari Sekte Pedang Phonik acap kali mengganggu dirinya. Padahal, Ling Cun berniat mendirikan sebuah sekte kecil di sini, melatih beberapa murid berusia muda. Namun hal itu tidak mendapatkan izin dari Sekte Pedang Phonik yang menjadi super power di wilayah ini. Ada lima desa yang dikuasai oleh sekte tersebut. Hanya ketika mereka meminta izin kepada Sekte Pedang Phonik,
Sam Hong kembali dengan keadaan terluka, di bantu oleh Tang Long masuk menemui seorang Tetua yang menjadi guru mereka. Di altar batu merah, Tetua itu sedang melakukan meditasi yang mungkin tidak ingin diganggu oleh siapapun, termasuk itu adalah Sam Hong dan Tang Long sebagai murid ke lima dan ke enamnya. "Apa yang terjadi dengan kalian berdua?" Kakak Pertama dari murid Tetua itu bernama Zixin, sang pendekar tercepat di generasi murid sekte pedang Phonik tahun ini. Tang Long menjelaskan prihal Lanting Beruga yang mereka lawan di desa Bukit Bambu beberapa hari yang lalu secara garis besarnya. Pada intinya, mereka mengatakan tidak sanggup melawan pemuda itu, yang diyakini sebagai pendekar level bumi. Mendengar hal itu, Zixin yang kini telah mencapai level bumi rendah sedikit menaikan alisnya, karena tidak terlalu percaya terhadap dua adik bodoh yang ada dihadapannya. Tidak ada pendekar level bumi di tempat ini kecuali yang berasal dari Sekt
Lanting Beruga telah melewati dua desa untuk menuju Sekte Pedang Phonik, dan hingga saat ini belum menemukan lokasi keberadaan tempat itu. Padahal peta yang dibuat oleh Ling Cun sudah sangat jelas, tapi sayangnya otak bodoh pemuda itu tidak dapat membaca sebuah peta. "Ehhhh ...," Lanting Beruga menggaruk kepalanya, setelah berkeliling di desa selanjutnya. "Dimana jalan keluar dari desa ini, payah!" Dia memaki dirinya sendiri sepanjang perjalanan, membuat beberapa orang menganggap dirinya orang gila. Sesekali pemuda itu menampar kepalanya. "Bodoh! Lanting Bodoh!" maki dirinya. Setelah hampir satu hari berkeliling seperti orang edan, barulah dia berhasil keluar dari desa tersebut, dan kembali melanjutkan perjalanan. Di atas langit, Garuda Kencana menggelengkan kepala karena melihat tindakan Lanting Beruga, yang jelas selalu menyusahkan dirinya. Jelas burung itu menawarkan tunggangan untuk Lanting Beruga, tapi pemuda itu memutuska
Lanting Beruga melepaskan beberapa serangan dengan pedang sisik naga hijau, membuat semua senjata lawan-lawannya bergetar kesakitan. Setiap tebasan yang dilakukan oleh Lanting Beruga tidak mampu dibendung oleh pendekar level lemah itu, bahkan setelah mereka mengalirkan banyak tenaga dalam untuk senjata mereka. Kaka Ke Dua masih begitu penasaran, dan merasa Lanting Beruga hanyalah pendekar biasa yang memiliki keberuntungan cukup besar, jadi dia ingin menguji pemikiran itu dengan segenap kekuatan yang dimilikinya. Cahaya hijau baru saja dikirim ke arah Lanting Beruga, tapi semua serangan Kakak Ke Dua tidak berguna, kecuali untuk mengusir sekawanan serigala yang menonton di balik bebatuan. Pertarungan ini berlangsung sangat singkat, ketika Lanting Beruga menggunakan teknik pedang awan berarak untuk melumpuhkan semua lawannya. Sekarang, 5 orang itu telah terkapar di tangah dengan semua senjata yang terpotong menjadi banyak bagian. Tang Lon
Siang harinya, Lanting Beruga membuka mata dan melihat 5 orang itu masih berdiri dengan dua lutut tapi dengan mata tertutup, mungkin pula karena tidur. "Bah!" teriak Lanting Beruga, mengejutkan mereka berlima, dan yang lucu adalah Tang Long langsung bersujud di hadapan Lanting Beruga dengan ratapan pilu. "Ja ..jangan bunuh aku ...aku masih perjaka, masih belum menikah ..." Lanting Beruga menggaruk kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak. "Kalian semua benar-benar lucu ...," ucap Lanting Beruga. "Sudahlah, lekas berdiri dan tunjukan jalan menuju markas kalian!" Dengan berat hati, lima orang itu berjalan beriring-iringan sementara Lanting Beruga membuntuti di belakang mereka. Sepanjang perjalanan, lima orang itu masih sibuk berbisik-bisik, dan sesekali menatap ke arah Lanting Beruga yang sibuk memperbaiki penutup wajahnya. Sesekali pula, pemuda itu memasukan telunjuk di balik tutup wajah itu, hanya untuk membersihkan lubang hidungnya.
Ketika Goang Fai kembali berusaha menekan Lanting Beruga, pria itu telah terhenti tepat ketika ujung mata pedang pemuda itu berada di depan lehernya. "Jangan melawan!" ucap Lanting Beruga. "Atau pedang ini tidak akan memberi ampun..." Wajah Goang Fai mulai pucat saat ini, dia tidak berkutik sama sekali, seraya bergerak mundur dengan pelan. Lanting Beruga hanya menyunggingkan senyum tipis ke arah pria itu, benar-benar tidak berniat untuk membunuh orang-orang ini. Namun bukannya berterima kasih karena mendapat simpati dari Lanting Beruga, Ang Bei melepaskan beberapa serangan senjata rahasia ke arah wajah Lanting Beruga. Beberapa serangan itu membuat penutup wajah yang selalu menjaga mulut Lanting Beruga akhirnya terlepas pula, tertiup oleh angin dan melayang jauh meninggalkan markas sekte ini. Pada saat yang sama, Goang Fai langsung melompat ke belakang, seraya melepaskan seberkas sinar panas ke arah Lanting Beruga. Boom.
Zixin tidak menduga serangannya dengan seluruh aura alam yang dikuasainya dapat dipatahkan oleh Lanting Beruga, dengan sangat mudah.Dari beberapa orang pemuda yang dihadapi oleh Zixin, terdapat banyak yang memiliki ilmu kanuragan di atas rata-rata dan dia mampu mengalahkan mereka semua. Namun Lanting Beruga adalah pengecualian.Lanting Beruga masihlah berumur 20 tahun, dari sisi manapun usia semuda itu tidak mungkin memiliki ilmu kanuragan yang begitu tinggi hingga dapat mengalahkan pendekar level bumi rendah."Siapa kau sebenarnya?" tanya Zixin, "Apa kau orang tua yang menyamar menjadi seorang pemuda?""Apa yang kau bicarakan?" tanya Lanting Beruga, menggaruk telinganya beberapa kali, sebelum kemudian berbalik ke arah belakang. "Tetaplah di sana, jangan melakukan hal bodoh!"Meskipun Zixin mungkin ingin sekali melawan, tapi luka dalam yang didapatnya karena serangan Lanting Beruga, membuat Zixin jatuh pula. Dia tidak kuasa untuk menggerakka
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m