Ketika Goang Fai kembali berusaha menekan Lanting Beruga, pria itu telah terhenti tepat ketika ujung mata pedang pemuda itu berada di depan lehernya.
"Jangan melawan!" ucap Lanting Beruga. "Atau pedang ini tidak akan memberi ampun..."
Wajah Goang Fai mulai pucat saat ini, dia tidak berkutik sama sekali, seraya bergerak mundur dengan pelan.
Lanting Beruga hanya menyunggingkan senyum tipis ke arah pria itu, benar-benar tidak berniat untuk membunuh orang-orang ini.
Namun bukannya berterima kasih karena mendapat simpati dari Lanting Beruga, Ang Bei melepaskan beberapa serangan senjata rahasia ke arah wajah Lanting Beruga.
Beberapa serangan itu membuat penutup wajah yang selalu menjaga mulut Lanting Beruga akhirnya terlepas pula, tertiup oleh angin dan melayang jauh meninggalkan markas sekte ini.
Pada saat yang sama, Goang Fai langsung melompat ke belakang, seraya melepaskan seberkas sinar panas ke arah Lanting Beruga.
Boom.
Rekomendasi novel, Legenda Kitab Surgawi dan Serangan Balik Berandal Seksi
Zixin tidak menduga serangannya dengan seluruh aura alam yang dikuasainya dapat dipatahkan oleh Lanting Beruga, dengan sangat mudah.Dari beberapa orang pemuda yang dihadapi oleh Zixin, terdapat banyak yang memiliki ilmu kanuragan di atas rata-rata dan dia mampu mengalahkan mereka semua. Namun Lanting Beruga adalah pengecualian.Lanting Beruga masihlah berumur 20 tahun, dari sisi manapun usia semuda itu tidak mungkin memiliki ilmu kanuragan yang begitu tinggi hingga dapat mengalahkan pendekar level bumi rendah."Siapa kau sebenarnya?" tanya Zixin, "Apa kau orang tua yang menyamar menjadi seorang pemuda?""Apa yang kau bicarakan?" tanya Lanting Beruga, menggaruk telinganya beberapa kali, sebelum kemudian berbalik ke arah belakang. "Tetaplah di sana, jangan melakukan hal bodoh!"Meskipun Zixin mungkin ingin sekali melawan, tapi luka dalam yang didapatnya karena serangan Lanting Beruga, membuat Zixin jatuh pula. Dia tidak kuasa untuk menggerakka
Lanting Beruga masih berusaha mengingatkan 3 tetua untuk tidak melawan, karena semua yang mereka lakukan akan percuma, tapi bahasa isyarat yang dikatakan oleh Lanting Beruga tampaknya sulit dimengerti oleh para Tetua yang telah diselimuti oleh amarah. Mereka berusaha menekan Lanting Beruga setiap ada kesempatan, dan mencoba melukai pemuda itu dengan segara cara. Hal licik kadang kala dilakukan oleh mereka, dengan melempar debu racun atau pula melempar senjata rahasia berupa jarum-jarum berukuran kecil. Namun, semuanya tidak berarti bagi pendekar pedang yang telah memahami dasar-dasar pedang dengan mendalam. Lanting Beruga dapat menghindari semua hal itu. Lien Hua, yang merupakan tetu terbaik diantara dua temannya, mencoba peruntungan dengan pertarungan jarak dekat. Dia menukik cepat dengan ilmu meringankan tubuhnya, berada di belakang Lanting Beruag dengan tebasan secara horizontal. Ketika Lanting Beruga berhasil menahan serangan itu,
Dalam hitungan waktu yang cepat, semua tetua telah terpental jauh dari tempat itu. Luka dalam yang mereka derita mungkin tidak terlalu parah, karena Lanting Beruga masih menahan kekuatannya, tapi mereka semua kini mulai tidak berdaya.Tidak ada yang benar-benar dapat berdiri dengan baik saat ini, apa lagi sampai melepaskan serangan pada sosok pemuda tersebut.Dari kejauhan, para tetua melihat Lanting Beruga memasuki Markas Pedang Phonik.Lanting Beruga menyimpan kembali pedang sisik naga hijau, dan berjalan pelan dan berhenti pada ruangan yang besar.Di tengah ruangan itu, ada sebuah gambar dirajut di atas kain sutra dengan tinta merah yang berbentuk seperti seekor burung berekor panjang dengan paruh mirip seperti burung elang, dan kaki yang panjang.Burung Phonik. Legenda menyatakan burung itu adalah raja dari segala raja burung, tercipta dari saripati api yang membuatnya terlihat diselimuti oleh api yang terang.Untuk sesaat, Lanting Berug
Sementara di tempat lain, markas besar Sayap Putih yang terletak di Pulau misterius, jauh dari wilayah Bumi Tengah. Terlihat Satrio Langit sedang berlatih keras di tengah teriknya mata hari. Ada banyak logam-logam besar yang menjadi sasaran serangan pemuda itu. Beberapa lempengan logam itu sudah hancur di banyak sisi. Sejak kembalinya dari Kota Pertengahan, Satrio Langit semakin keras berlatih. Pertarungan antara Lanting Beruga melawan Ares membuktikan bahwa tubuhnya masih begitu lemah. Dia tidak bisa bertarung untuk membantu Lanting Beruga pada saat itu, dan sialnya dia hanya dianggap setara dengan Naga Emas. Level ini tentu jauh dibawah Lanting Beruga. "Satrio Langit!" seru Rindu Hati. "Ketua memintamu untuk mengikuti rapat!" "Aku sedang latihan," timpal Satrio Langit, masih melepaskan beberapa pukulan pada lempengan logam yang ukurannya cukup tebal. Sesekali terlihat pancaran emas dari kepalan tinjunya, di iringi aura emas yang berb
Situasi di dalam ruangan rapat masih hening seperti sebelumnya, hingga kemudian Satrio Langit berbicara. "Jelaskan informasi selanjutnya!""Baiklah informasi selanjutnya!" ucap Aria Mandala.Informasi ini tidak kalah lebih mengejutkan para petinggi kelompok sayap putih.Sekarang ada lima markas besar Serikat Naga telah didirikan di wilayah Dataran Olympus. Masing-masing markas besar diketuai oleh satu Naga Emas setara Ares.Menurut informasi yang dipercaya, pertambahan jumlah ksatria naga berkali-kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya. Itu artinya bukan hanya 2 pendekar level langit saja yang bergabung pada organisasi besar tersebut, tapi lebih banyak pendekar level bumi yang mengisi 5 markas besar itu."Tunggu jelaskan mengenai Dataran Olympus itu ...?" tanya Satrio Langit, selama dia bergabung, pemuda itu tidak pernah mendengar mengenai dataran Olympus tersebut.Hal ini dikarenakan Satrio Langit tidak terlalu peduli mengenai informas
Rupanya, tanpa diketahui oleh orang lain, Dewa Beralis Tebal merupakan teman pertama Aria Mandala. Beberapa tahun yang lalu, Aria Mandala bertemu dengan Dewa Beralis Tebal di sebuah kedai tuak yang terkenal di Kota Majangkara. Kedua orang terlibat adu mulut saat menentukan tuak mana yang berkualitas paling baik di tempat ini, hingga ke duanya memutuskan untuk tanding minum. Yang kalah akan membayar semua biaya pembelian tuak tersebut, dan nyatanya ke dua orang itu sama-sama kalah. Mereka jatuh di depan teras kedai tanpa sempat beranjak lagi dari tempat itu. Mulai dari sana, ikatan pertemanan mereka menjadi lebih dekat. Beberapa kali Dewa Beralis Tebal bertarung melawan musuh-musuh Sekte Pedang Awan Berarak, dan mendapatkan bantuan dari Aria Mandala. Meskipun teknik antara ke dua orang itu tidak begitu sama, tapi pada dasarnya Aria Mandala memahami teknik itu dari mertuanya, yaitu Seno Geni. 'Dewa Beralis Tebal, apa kau tahu sebuah
Dewa Beralis Tebal telah berjanji tidak akan meningkatkan level kependekarannya sebelum beberapa misi yang ditugaskan kepada pria itu selesai di lakukan.Satu alasan kenapa dia melakukan hal itu adalah, orang lemah tidak akan diperhitungkan oleh musuh, dan karena dirinya adalah mata-mata handal, Dewa Beralis Tebal tidak ingin menarik perhatian musuh dengan tekanan tenaga dalam atau pula aura alam yang dimilikinya.Menjadi mata-mata dengan kekuatan lemah itu lebih mudah, jika dibandingkan mata-mata yang memiliki kekuatan hebat.Namun, Aria Mandala menganggap bahwa Dewa Beralis Tebal sudah waktunya untuk meningkatkan level kependekarannya.Pemahaman pria itu jangan di tanya, dia sudah terlalu paham mengenai dunia kependekaran bahkan hingga level langit sekalipun. Ini karena dia begitu cerdas dan memiliki jiwa spiritual yang kuat."Sudah beberapa tahun lamanya, kau hanya berhenti di level pilih tanding, dan kini baru mengijak dasar tanpa tanding
Setengah hari lamanya Lanting Beruga duduk di pinggir jalan, dan hampir membuatnya mati karena bosan, satu orangpun manusia tidak lewat di jalan luas tersebut.Sesekali pemuda itu melirik peta yang ada di dalam saku bajunya, mulai memutuskan untuk melangkahkan kaki untuk berjalan, tapi dia mulai merasa bimbang.Jikalah salah jalan, mungkin ke ujung dunia, dia tidak akan kembali ke Istana Kekaisaran Tang.Pada akhirnya, pemuda itu masih menunggu di pertigaan jalan. Sesekali dia berjalan ke kiri, tapi selang beberapa saat kemudian kembali lagi ke kanan.Ingin rasanya mengutuk otaknya yang buntu.Hingga entah waktunya kapan, pemuda itu akhirnya tertidur pula di pinggir jalan itu, dengan posisi duduk."Pengembara! Pengembara!" terdengar sayup-sayup suara memanggil dirinya, sesekali Lanting Beruga merasakan tubuhnya diguncang pelan. "Pengembara! kenapa kau tidur di pinggir jalan?"Lanting Beruga membuka sebelah matanya, hampir saja melompa