Rupanya, tanpa diketahui oleh orang lain, Dewa Beralis Tebal merupakan teman pertama Aria Mandala.
Beberapa tahun yang lalu, Aria Mandala bertemu dengan Dewa Beralis Tebal di sebuah kedai tuak yang terkenal di Kota Majangkara.
Kedua orang terlibat adu mulut saat menentukan tuak mana yang berkualitas paling baik di tempat ini, hingga ke duanya memutuskan untuk tanding minum. Yang kalah akan membayar semua biaya pembelian tuak tersebut, dan nyatanya ke dua orang itu sama-sama kalah.
Mereka jatuh di depan teras kedai tanpa sempat beranjak lagi dari tempat itu. Mulai dari sana, ikatan pertemanan mereka menjadi lebih dekat.
Beberapa kali Dewa Beralis Tebal bertarung melawan musuh-musuh Sekte Pedang Awan Berarak, dan mendapatkan bantuan dari Aria Mandala.
Meskipun teknik antara ke dua orang itu tidak begitu sama, tapi pada dasarnya Aria Mandala memahami teknik itu dari mertuanya, yaitu Seno Geni.'Dewa Beralis Tebal, apa kau tahu sebuah
Karya seru lainnya, berjudul Legenda Kitab Surgawi.
Dewa Beralis Tebal telah berjanji tidak akan meningkatkan level kependekarannya sebelum beberapa misi yang ditugaskan kepada pria itu selesai di lakukan.Satu alasan kenapa dia melakukan hal itu adalah, orang lemah tidak akan diperhitungkan oleh musuh, dan karena dirinya adalah mata-mata handal, Dewa Beralis Tebal tidak ingin menarik perhatian musuh dengan tekanan tenaga dalam atau pula aura alam yang dimilikinya.Menjadi mata-mata dengan kekuatan lemah itu lebih mudah, jika dibandingkan mata-mata yang memiliki kekuatan hebat.Namun, Aria Mandala menganggap bahwa Dewa Beralis Tebal sudah waktunya untuk meningkatkan level kependekarannya.Pemahaman pria itu jangan di tanya, dia sudah terlalu paham mengenai dunia kependekaran bahkan hingga level langit sekalipun. Ini karena dia begitu cerdas dan memiliki jiwa spiritual yang kuat."Sudah beberapa tahun lamanya, kau hanya berhenti di level pilih tanding, dan kini baru mengijak dasar tanpa tanding
Setengah hari lamanya Lanting Beruga duduk di pinggir jalan, dan hampir membuatnya mati karena bosan, satu orangpun manusia tidak lewat di jalan luas tersebut.Sesekali pemuda itu melirik peta yang ada di dalam saku bajunya, mulai memutuskan untuk melangkahkan kaki untuk berjalan, tapi dia mulai merasa bimbang.Jikalah salah jalan, mungkin ke ujung dunia, dia tidak akan kembali ke Istana Kekaisaran Tang.Pada akhirnya, pemuda itu masih menunggu di pertigaan jalan. Sesekali dia berjalan ke kiri, tapi selang beberapa saat kemudian kembali lagi ke kanan.Ingin rasanya mengutuk otaknya yang buntu.Hingga entah waktunya kapan, pemuda itu akhirnya tertidur pula di pinggir jalan itu, dengan posisi duduk."Pengembara! Pengembara!" terdengar sayup-sayup suara memanggil dirinya, sesekali Lanting Beruga merasakan tubuhnya diguncang pelan. "Pengembara! kenapa kau tidur di pinggir jalan?"Lanting Beruga membuka sebelah matanya, hampir saja melompa
Tanpa disadari oleh Lanting Beruga, sepertinya orang-orang ini sedang merencanakan sesuatu dengan Kekaisaran Tang.Dua orang tetua yang duduk di sudut ruangan bercerita dengan Tien Cia mengenai pasukan yang disiapkan di luar Istana Kekaisaran Tang. Hanya menunggu komando sebelum menyerang Kekaisaran Tersebut."Putri Sin Tang harus mendapatkan tahta tersebut, apapun yang terjadi!" ucap tetua itu. "Meskipun Pangeran Jianhen Tang memiliki seluruh prajurit Kekaisaran Tang, Putri Sin Tang memiliki seluruh aliansi aliran putih.""Aku dengar kabar, jika Pangeran Jianhen Tang bergerak untuk menjalin aliansi dengan Aliran Hitam yang dipimpin oleh Sekte Pedang Kutukan!" ucap Ten Cia."Ini mungkin akan menjadi sulit bagi Putri, Sin Tang, tapi kita tidak akan mundur, ketidak adilan ini harus dihancurkan!"Ya, kemelut di Kekaisaran Telah lama berlangsung antara dua anak Ratu yang berlainan arah.Putri Sin Tang merupakan anak dari orang asing yang pernah
5 orang terlihat hanya bayangannya saja, sangat tidak jelas di lihat oleh mata biasa seperti yang dimiliki oleh Pangeran Jianhen Tang.Sementara di belakang lima orang, itu ada sebuah kristal menyala terang dan mengambang, yang memancarkan sinar hijau tua yang redup.Pangeran Jianhen tidak tahu kristal apa itu, tapi dia juga tidak ingin mencari tahu mengenai hal tersebut. Berada di tempat ini membuat dadanya mulai terasa sesak, dia ingin menyelesaikan kesepakatan ini secepatnya.Dari pandangan mata Jianhen, dua di antara mereka berlima memiliki tubuh yang besar dan tinggi, dua yang lain berukuran sama dengan manusia pada umumnya, sementara satu lagi terlihat sangat pendek, atau mungkin karena bungkuk.Namun, orang yang dianggap pendek itu melepaskan tekanan energi yang jauh lebih kuat dibanding dengan 4 orang yang lain.Ah, tentu saja semua tekanan mereka berlima sangat kuat, Jianhen bahkan kesulitan bernapas berada di sini."Kau orang asing
"Jika pemuda itu adalah musuh, kau harus membunuhnya!" salah satu Tetua berkata kepada Tian Cia.Dalam situasi seperti ini, mereka tidak bisa mempercayai orang asing, lebih-lebih orang yang berasal dari luar wilayah bumi tengah.Tetua Kong, sejak tadi memperhatikan gelagat Lanting Beruga yang sibuk dengan makanan-makanan di atas meja. Pemuda itu bukan hanya tidak peduli dengan keadaan sekitar, dia juga tidak peduli jika beberapa orang sedang menyingung dirinya.Yang terpenting menurut pemuda itu saat ini, isi perut hingga kenyang. Setelah itu dia bisa bersantai, dan menanyakan mengenai orang-orang di belakang dirinya.Selagi dirinya makan, dunia akan belahpun tampaknya tidak akan dipedulikannya.Sementara itu, Tetua Kong yang berasal dari Sekte Mentari Senja tidak nyaman dengan keberadaan Lanting Beruga di tempat ini.Beberapa kali dia mengusulkan kepada Tian Cia untuk membunuh pemuda itu, atau paling tidak membuat dia membuka identitas diri
"Ah, akhirnya sudah selesai!" ucap Lanting Beruga, setelah menegak satu cawan air dan menepuk dadanya beberapa kali.Pemuda itu menggeliat ke kiri dan ke kanan, baru menyadari jika tempat ini sudah mulai kacau, dan tampaknya ada lebih banyak orang yang ada di dalam penginapan ini.Apa mereka semua adalah pelanggan? pikir Lanting Beruga, tapi tidak mungkin! Kenapa Tetua di sudut ruangan kini terseok pada reruntuhan dinding, dan satu lagi tetua terjerumus di lantai penginapan.Lanting Beruga kemudian tertawa kecil, dia melambaikan tangannya ke arah Tian Cia, lalu berkata. "Apa kalian sedang bertaruh minum? ah, kalian begitu kasar, sayang sekali aku tidak kuat minum, jadi tidak bisa ikut bertaruh!"Semua orang menatap ke arah Lanting Beruga dengan ekspresi yang penuh tanda tanya, Tetua Kong menganggap Lanting Beruga merupakan salah satu bagian dari Kekaisaran Tang dan tentu saja wajar jika Tian Cia membawanya ke tempat ini."Sial, kita berdua te
100 pendekar aliran putih berniat membantu Tetua Kong, tapi ancaman dari seribu pendekar aliran hitam membuat mereka tidak berkutik. Siapa yang berani melawan, mereka akan dihancurkan, dibunuh dan barang kali akan dicincang. Jadi sekarang, satu-satunya yang mungkin dapat orang-orang ini lakukan adalah, menyerahkan diri dan dipenjara bersama. 3 prajurit terbaik, -di kerajaan Sursena, mereka dijuluki sebagai Senopati Anom-, melihat ke arah lubang besar yang tercipta karena hempasan tubuh Tetua Kong. Mereka kemudian tersenyum sinis. Sementara itu Tetua Jingmi mulai mengutuk tindakan yang dilakukan oleh Tien Cia. "Begitu rendah dirimu," ucap Tetua Jingmi, "Tetua Kong telah menyelamatkanmu pada pertempuran dahulu, dan hari ini kau menghianati dirinya!" Senyum penghinaan tersungging dari bibir rusak Tien Cia. Dia merasa tidak bersalah karena telah melukai Tetua Kong, dan menganggap hal itu sebagai kecerdasan. Jika Tetua Kong memilih untuk be
Lanting Beruga kembali tersenyum ramah, tapi senyum itu mendadak lenyap dari bibirnya ketika dia memandang 2 pendekar elit yang ada di lantai ke dua.Mata kiri pemuda itu tampak bersinar redup, bahkan sebelum energi batin disalurkan melewati mata itu, tubuh dua prajurit elit sudah lebih dahulu merasa merinding."Pria buruk rupa tadi, aku tidak membunuhnya, karena dia memberiku makan gratis!" ucap Lanting Beruga, "Tapi aku tidak akan menahan diriku untuk kalian semua!""A' Apa yang kalian lakukan?!" teriak salah satu prajurit elit. "Bunuh pemuda itu sekarang!"Lanting Beruga tersenyum seraya berbalik badan menatap ratusan musuh yang telah mengelilingi penginapan ini. Dengan langkah mantap dia keluar dari dala bangunan itu, dengan pedang yang diseret ke lantai.Percikan api menyala karena benturan antara mata pedang dan beberapa logam yang ada di lantai bangunan."Serang dia bodoh!" teriak prajurit elit.Namun, pada saat yang sama tubuh