Bony An mencoba memanfaatkan beberapa benda di sekitar dirinya untuk dijadikan senjata. Bebatuan dan reruntuhan beton yang ada di sana berhamburan seketika saat dia menggunakan kipasnya.Beberapa kali pula akan muncul badai berkekuatan besar yang mampu membuat banyak budak kegelapan melayang ke udara sebelum terhempas kasar di tanah."Pimpinan ...." salah satu pendekar sekte lentera es memanggil Bony An, "Kami butuh bantuan di sini."Bony An menatap bawahannya, rupanya ada belasan pendekar sedang dikepung oleh para budak kegelapan. Wajah-wajah para pendekar itu semakin tegang, bercampur dengan rasa takut. Di sekitar mereka ada banyak mayat pendekar aliran putih, bercampur pula dengan mayat budak kegelapan, dan hal ini pula yang mungkin membuat para pendekar itu lebih ketakutan lagi dalam menghadapi budak kegelapan.Meskipun Bony An berada cukup jauh dari para pendekar Lentera Es tersebut, tapi dirinya berusaha untuk membantu mereka semua. Ya, mungkin mereka bukan bawahan yang telah d
Sekarang hari benar-benar sudah malam, matahari telah hilang meninggalkan manusia bersama dengan pertempuran ini.Budak kegelapan mulai menyatu dengan gelapnya malam ini, menyulitkan para pendekar untuk menyerang mereka.Keadaan dunia saat ini benar-benar gelap gulita, hanya mengandalkan telinga untuk mendeteksi keberadaan budak kegelapan.Yang ditakutkan Bony An benar-benar terjadi, Aliansi Pendekar Aliran Putih tidak bisa menghadapi budak kegelapan dalam keadaan seperti ini.Selain itu, bertarung selama seharian lamanya telah menguras banyak stamina para pendekar ini. Sebagian besar dari para pendekar telah menguras aura alamnya, dan sebagian yang lain malah telah mengandalkan tenaga dalam untuk menghadapi budak-budak kegelapan.Satu hal yang masih menopang tubuh mereka adalah Delima Kemala Putri yang terus mengirim kekuatan roh air untuk menyembuhkan luka-luka yang mereka alami.Namun sepertinya gadis kecil itu juga mulai kelelahan. Dia telah banyak menggunakan energi roh air, dan
Kehadiran Lanting Beruga membawa perubahan yang besar pada perang yang terjadi saat ini. Bagaimana tidak, aliansi para pendekar yang mulai kewalahan menghadap banyak budak kegelapan, pada akhirnya mampu membalikan ke adaan ketika Lanting Beruga datang.Tentu saja, beberapa alasannya yaitu, pertama Lanting Beruga membakar benda apapun yang bisa menimbulkan api, dengan tujuan untuk menyinari gelapnya malam ini.Alasan ke dua, Lanting Beruga memiliki kekuatan dan jurus level tinggi, sehingga dia mampu menumbangkan banyak budak kegelapan yang hampir mustahil bisa dihadapi oleh aliansi para pendekar aliran putih.Sejak kedatangannya, entah sudah berapa banyak budak kegelapan yang mati di tangan pemuda tersebut, mungkin telah mencapai ratusan budak. Dia mengincar musuh yang tampak lebih kuat dibandingkan dengan kebanyakan pendekar aliran putih, dia juga datang pada sebuah kelompok budak, lalu menghabisi mereka dengan cepat.Yang tersisa dari kelompok-kelompok budak kegelapan itu akan berh
Di dalam dimensi mimpi yang dibangun oleh Dewa Penidur.Terdengar suara gemuruh ledakan yang begitu keras, jikalah ada manusia yang berada di dalam dunia tersebut, dapat dipastikan akan langsung tulik karena suara ledakan besar itu.Asap berbentuk jamur raksasa membumbung tinggi hingga ke angkasa, di ikuti pula dengan gelombang kejut yang bertekanan cukup besar, cukup untuk menyapu sebuah desa besar hingga rata dengan tanah.Di alam itu, tidak ada benda yang utuh lagi. Apapun jenis benda di sana sudah dipenuhi dengan banyak kerusakan.Meskipun semua benda itu adalah ciptaan dari imajinasi Dewa Penidur, tapi tetap saja akan mengalami kehancuran ketika menjadi medan pertarungan antara Dewa Penidur melawan Komandan Kegelapan.Sekarang kita akan melihat lebih dekat lagi!Di arah barat dunia mimpi itu, sosok Dewa Penidur masih mengambang di udara. Seluruh pakaiannya penuh dengan koyakan, dua lututnya berdarah bahkan lengan kanannya juga terluka.Tubuh gendutnya kini mulai tak sanggup ditut
Kondisi tubuh Dewa Penidur yang semula gendut mendadak menjadi kekar berisi, dia bahkan terlihat lebih tampan di bandingkan dengan wujud yang sebelumnya.Hal ini sangat mengejutkan, dan hampir tidak pernah diduga oleh orang lain.Di sisi lain, Aksa Yukamara masih mencoba untuk menghadapi Dewa Penidur. Dia menggunakan energi kegelapan, untuk membentuk sebuah dinding hitam yang merupakan teknik pertahanan tingkat tinggi.Namun kala ini, Dewa Penidur tidak akan menahan diri lagi. Tatapan mata pria itu sangat tajam, dan buas. Saat ini, seberkas cahaya terang bergumpal di telapak tangannya, berbentuk seperti bola energi yang padat, dengan tiga cincin yang mengelilinginya.Senyum sinis kini tersungging di bibir pria tersebut, sebelum kemudian dia mengarahkan bola energi tersebut ke arah Aksa Yukamara."Aku akan bertahan ...." Aksa Yukamara meyakinkan dirinya sendiri, tapi raut wajahnya tidak bisa berbohong, dia telah ketakutan.Booom.Bola padat yang mengandung esensi aura alam itu menghan
Komandan Makaria berusaha mengimbangi kecepatan Ares dengan segala cara, tapi dia tidak mampu untuk melakukan hal tersebut.Jika bukan karena Lanting Beruga, mungkin Ares adalah pemilik ilmu meringankan tubuh yang paling baik di dunia persilatan ini. Berkat elemen petir yang mengalir pada aura alamnya, dia mampu memanipulasi tubuhnya hingga memiliki kecepatan setara dengan petir itu sendiri.Wush.Ares mendadak lenyap dari pandangan Makaria ketika wanita itu mengarahkan pukulan ke wajah pria tersebut. Dia mendadak muncul di belakang wanita asura itu.Ketika Makaria melakukan putaran cepat, seraya mengayunkan tendangan, mendadak Ares kembali lenyap dari pandangan wanita tersebut.Bukan hanya sekali atau dua kali, sejak memasuki malam hari, Makaria mulai kesulitan menghadai kecepatan Ares.Suah.Tombak Ares meluncur cepat, menikam dada kiri komandan itu hingga tembus. Sengatan listrik membuat Makaria berteriak sekeras yang dia bisa, tapi Ares sepertinya sengaja menyiksa wanita itu, menu
Kini hari telah menjelang siang, awan hitam tebal di langit telah menipis bersaamaan dengan para komandan yang bertumbangan. Dua jam yang lalu, Ares telah menghabisi lawannya, dan kini hanya ada satu komandan lagi yang sedang dihadapi oleh Dewa Pemarah.Komandan tersebut adalah komandan terbaik nomor dua di dalam pasukan kegelapan. Kekuatannya nyaris sama dengan komandan yang dihadapi oleh Lanting Beruga. Tidak berselisih jauh tingkat kehebatan dua komandan tersebut.Di saat ini, Ares masih bisa menyambung pertarungan dengan Komandan yang dihadapi oleh Dewa Pemarah, tapi dia pada akhirnya membiarkan Dewa Pemarah untuk mengakhiri pertarungannya.Bagaimanapun, Seorang pendekar kelas tinggi biasanya tidak suka ada orang lain yang menggangu pertempuran mereka, ketika berhadapan satu lawan satu.Tidak jauh di sebelah Ares, terlihat mayat Komandan Makaria yang telah berubah menjadi tumpukan tulang gosong.Rupanya komandan wanita itu tidak cukup kuat untuk menghadapi matan ksatria perang dar
Pada akhirnya dapat ditarik beberapa hal dari pembicaraan mereka semua. Keputusan pertama, Lanting Beruga, Ares dan Satrio Langit akan pergi lebih dahulu ke Benua Olimpus untuk mencari informasi mengenai situasi yang ada di tempat tersebut.Ini jelas diperlukan bagi mereka, mengingat jumlah pendekar yang tidak banyak dengan kemampuan standar dan juga makanan yang minim, jadi mendapatkan informasi yang banyak akan mempermudah mereka melakukan penyerangan.Beberapa hal mengenai kelemahan musuh atau pula kekuatan mereka harus diselidiki terlebih dahulu, baru kemudian melakukan serangan besar-besaran.Ke dua, Sang Jenius ingin menciptakan sebuah meriam yang jauh lebih besar dari meriam ini dengan konsumsi aura alam yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan meriam aura pertama.Ini akan dijadikan sebagai pembuka pertempuran yang akan mereka lakukan. Serangan meriam itu sangat berguna, karena radius jangkauannya yang lumayan besar, sehingga dapat melemahkan budak-budak kegelapan yang akan
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m