"Kau itu adalah aku," ucap Roh Api, "maka kembalilah kepada diriku."Aura api yang menyala-nyala terlihat mulai masuk ke dalam tubuh Lanting Beruga.Dalam hitungan beberapa waktu kemudian pada akhirnya kekuatan Roh api bersatu kembali tubuh aslinya.Itu artinya sekarang roh api memiliki kekuatan dua kali lipat. Tubuh merah yang menyala-nyala sekarang mulai berubah.Secara perlahan sekarang sayap pada Roh Api berganti bentuk, lebih lebar, bulu ekor bertambah panjang dan tepat di kiri dan kanan bulu ekor tersebut ada dua helai bulu yang begitu panjang, hingga menyerupai seperti cambuk.Bukan hanya itu, warna merah pada api yang terus menyelimuti tubuh burung api itu juga telah berubah. Ya, bukan lagi berwarna merah bara, tetapi sekarang berwarna biru tua.Api biru yang menyala.Tingkat kepanasan pada api biru lebih tinggi dibandingkan dengan api merah. Dan secara mengejutkan pula, api itu bisa menyembuhkan luka yang dialami oleh Lanting Beruga.Namun tentu saja berbeda dengan roh air, a
Tidak lama kemudian, setelah dua cahaya terang itu menembus gelombang tanah, pergerakan dari gelombang itu seketika terhenti.Ada percikan api di setiap sisi gelombang itu, dan entah apa yang terjadi, tiba-tiba gelombang itu hancur sebelum menutupi seluruh asura.Itu juga terjadi pada asura yang terperangkap pada pilar-pilar yang tinggi.Dewa Tersesat menyapukan pandangannya ke sekeliling, jelas tidak suka saat melihat tekniknya digagalkan.Namun ...Wush.Sosok pria bercahaya biru kini telah berada di hadapan Dewa Tersesat, mengarahkan pedangnya ke tubuh mahluk tersebut."Sial, kenapa dia berada di sini?" Dewa Tersesat tidak sempat melakukan pergerakan ketika pedang pembantai telah berhasil melukai bagian dadanya.Namun ...Wush.Ada setu lagi tebasan yang kuat, dan kini mengenai lengan mahluk tersebut, hingga terkoyak begitu besar.Dua cahaya sekali lagi menyerang, tapi kali ini, Dewa Tersesat menggunakan semua kemampuan untuk menghentikan serangan tersebut. Alhasil, terjadi sebuah
-Penyerapan Energi Kehidupan-Dewa Tersesat melakukan sebuah gerakan yang cukup aneh, seperti sedang menghimpun sesuatu. Namun di sini Lanting Beruga tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh mahluk tersebut.Ribuan cahaya seperti kunang-kunang bertaburan di angkasa, entah sejak kapan cahaya-cahaya itu muncul.Lalu perlahan cahaya tersebut, mulai berputar seperti pusaran air, yang berada tepat di atas kepala Dewa Tersesat.Satu persatu cahaya-cahaya tersebut menghilang di kepala mahluk tersebut. Namun apa sebenarnya yang terjadi dengan cahaya itu.Jauh dari tempat ini!Terdengar banyak suara serak yang keluar dari mulut para asura jahat, 'asura yang melarikan diri dari medan pertempuran,' suara serak itu kini berubah pilu bersamaan dengan tubuh mereka yang mulai mengurus.Ya, mereka telah ditumbalkan oleh Dewa Tersesat. Sejak awal, Dewa Tersesat memiliki kemungkinan untuk menggunakan mereka semua sebagai sumber daya kekuatannya.Teknik yang dimiliki oleh Dewa Tersesat dinamakan penyerap
Dengan gabungan semua kekuatan, kini mereka mulai membantu Lanting Beruga. Pertarungan ini jelas begitu sengit, sebab Dewa Tersesaat sialan itu sama sekali tidak terkena dampak dari serangan-demi serangan yang dilakukan oleh lawan-lawannya.Roh Air yang kini dibantu oleh semua pendekar, menyerang mahluk itu dengan menggunakan tentakelnya, tapi sialnya serangan yang begitu kuat hanya ditahan menggunakan satu tangan saja.Menahan sapuan tangan gurita raksasa itu jelas membuktikan bahwa kekuatan Dewa Tersesat jauh lebih besar dari mereka.Karena begitu kesal, Roh Air menciptakan gelombang yang begitu besar, dan membenamkan tubuh Dewa itu ke dalam lautan.Apakah dia akan mati? tidak, dengan kekuatannya sekarang, Dewa itu mampu bertahan di dalam arus air yang kuat.Sesekali, banyak hiu yang diciptakan dari kekuatan gabungan untuk meremuk dan mencabik tubuh Dewa Tersesat, tapi hiu-hiu itu bahkan tidak bisa mendekati mahluk tersebut.Dia, atau dewa itu malah menyedot air laut itu ke dalam p
Para raksasa kini berkumpul, mengelilingi tubuh Raja Mereka yang mulai sekarat."Yang Mulia Raja, tolong ...." ucapan salah satu raksasa terhenti, tampaknya dia tidak kuasa untuk menyebut kata 'mati'."Kalian semua, dengarkan aku ..." ucap Raja Raksasa. "Hidupku sudah sangat lama, aku telah merasakan banyak penderitaan, banyak perang, banyak musuh, tapi aku sangat bersyukur karena memiliki kalian semua. Setelah kematianku, aku berharap tidak ada perselisihan diantara kalian semua. uhuk uhuk uhuk ...""Yang Mulia Raja tolong jangan katakan itu, bertahanlah, kita memiliki Roh Air yang mampu menyembuhkan semua penyakit, bersabarlah dia akan datang menolong dirimu.""Tidak ada gunanya, jantung iblisku mulai terbakar karena tombak Dewa, aku tidak akan bertahan lama...." ucap Raja Raksasa dan lagi-lagi dia batuk bercampur darah. "Raksasa adalah ras yang paling kuat, jangan pernah berseteru satu sama lain, karena kita juga menjadi ras yang hampir punah. Jadi sekarang ...uhuk uhuk uhuk ..."S
Lanting Beruga terkejut ketika mendapati dirinya masih berusia remaja. Dia terdampar di atas padang ilalang yang berada di tepi sebuah pantai.Dia menyapukan pandangannya ke sekeliling, memperhatikan setiap jengkal tanah yang ada di tempat tersebut.Kini dia melihat sosok serigala besar tidur di halaman sebuah gubuk kecil nan reot. Serigala itu tampaknya sedang menunggu beberapa domba yang sedang mencari makanan.Tidak jauh dari serigala besar itu, ada beberapa ekor serigala kecil yang terlihat menggemaskan.Tepat di gubuk itu, ada asap putih yang keluar dari dalam atap ilalang. Sepertinya ada orang yang sedang menanak nasi di dalam gubuk itu.Seketika, Lanting Beruga merasa begitu lapar. Dia dengan cepat berlari mendekati gubuk itu, dan sebelum dia tiba di halaman gubuk, dia baru menyadari jika gubuk ini adalah gubuk dimana dulu dirinya tinggal bersama kakek dan neneknya.Seorang wanita tua keluar dari dalam gubuk tersebut, dia membawa semangkuk nasi dan satu ekor ayam panggang."Ne
"Lanting Suamiku ....!" terdengar sayup-sayup suara wanita memanggil nama pria tersebut, "Lanting Suamiku ...bangunlah, aku mohon ..."Mata Lanting Beruga perlahan terbuka, hal yang pertama dia lihat adalah wajah cantik Bony An yang merah karena menangis. Mata indah wanita tersebut mulai bengkak, dan entah tidak tahu berapa lama dia telah menangisi dirinya.Lanting Beruga perlahan duduk, dia melihat tubuhnya yang dipenuhi dengan luka, tapi api biru mendadak muncul pada setiap luka yang dia dapatkan.Api biru mulai melakukan penyembuhan.Di sisi lain, kondisi teman-temannya dalam keadaan menyedihkan. Berapa banyak asura yang hampir mati karena Lanting Beruga, bahkan Resi Irpanusa terbaring tak berdaya di sisi lain tempat tersebut.Beberapa waktu yang lalu, Resi Irpanusa melempar Pramudhita dan semuanya dari tubuh Roh Air, kemudian dia secara mengejutkan bersama dengan Roh Air menahan semua serangan dari Dewa Tersesat yang mencoba membunuh Lanting Beruga.Akibatnya, Resi Irpanusa mengal
SerangLanting Beruga meninggalkan tempatnya, dan kini langsung berhadapan dengan Dewa Tersesat.Dia mengangkat pedang pembantai iblis, lalu mengayunkan pedang itu ke arah tubuh Dewa Tersesat.Awalnya, dewa itu bisa menahan serangan tersebut, tapi dua tangan energi yang ada di belakang pundak Lanting Beruga, melakukan gerakan yang tak terduga.Mereka juga melakukan serangan dalam waktu bersamaan."Tidak mungkin ..." benteng yang melindungi tubuh Dewa Tersesat pada akhirnya dapat dipecahkan oleh Lanting Beruga.Energi kehidupan itu, yang tidak pernah berhasil dihancurkan, pada akhirnya dapat terpatahkan oleh Lanting Beruga.Karena teknik pelindung yang digunakannya telah hancur, Dewa Tersesat menggunakan dua tangannya, untuk menahan serangan tersebut.Namun, serangan itu terlalu berat, dia tidak kuasa menghentikannya, hingga energi pedang itu, mendorong tubuh Dewa Tersesat hingga dia jatuh terhempas ke bumi.Luka yang dialami, pada dua tangannya kini sulit untuk disembuhkan. Pada saat
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m