Aura yang keluar dari tubuh Lanting Beruga lebih misteri lagi, membuat Ketua Agung sulit memahami pemuda tersebut.
Sekarang Ketua Agung mulai menyadari, Lanting Beruga telah menahan kekuatannya saat bertarung teknik dengan dirinya.
"Mode ke dua, Aura Api," ucap Lanting Beruga, "Tarian Dewa Angin, Aura Api Kematian!"
Cahaya terang menyelimuti bilah pedang Lanting Beruga, memiliki esensi api yang lebih panas dari api di gunung merapi.
Tiga Ketua Aliran menciptakan dinding pelindung untuk menahan serangan Lanting Beruga, tapi kali ini pemuda itu menggunakan lebih dari 25% dari kekuatan roh api.
Tebasan Lanting Beruga tidak terbendung, dua orang itu terpental beberapa jauhnya.
Salah satu dari mereka terhempas cukup keras permukaan tanah, yang lain hampir saja menghancurkan pilar Markas Besar Aliran Darah Besi.
Pedang yang mereka miliki terlempar jauh, sarung tangan yang digunakan oleh Ketua Aliran Selatan terbakar tepat di bagian ibu jari
Pada akhirnya Lanting Beruga pergi bersama dengan Ketua Aliran Selatan. Pemuda itu menggunakan Garuda Kencana sebagai tunggangannya, dan membiarkan Ketua Aliran Selatan pergi menggunakan ilmu meringankan tubuh.Mura ikut dalam perjalanan itu, ini atas permintaan Lanting Beruga, karena dia tidak memiliki teman yang bisa menerjemahkan bahasa Sundaland.Sesekali mereka akan berhenti dan memutuskan berjalan kaki, atau istirahat di pinggir hutan.Ada banyak pelajaran didapatkan oleh Mura selama bersama Lanting Beruga, dia menulisnya dalam catatan kecil yang selalu dibawanya kemanapun pergi.Di hari yang sama, seorang pemuda telah tiba di Kota Pertengahan, -sebutan kota kecil yang terletak di antara Aliran Darah Besi dan Kekaisaran Tang, dimana Acara Lelang Windu yang diadakan 8 tahun sekali akan diselenggarakan-, pemuda itu menarik nafas dalam-dalam, menyadari jika Kota ini tidak seperti yang dia bayangkan.Ada banyak orang di dalam kota ini, terd
"Apa aku akan mendapatkan banyak budak?" tanya pria gendut yang ada di dalam kereta gajah itu. "30 budak kemarin telah kubuang, mereka membosankan!" "Maaf Tuan, kita ke sini bukan untuk mencari budak, kita akan mengikuti acara lelang ..." ucap Ares. "Apa?" pria gendut di dalam Kereta Gajah menarik nafas dalam-dalam, "Jadi aku tidak bisa memiliki budak?" "Tenang saja, Penyelenggara akan mengirim budak ke Bangsawan Dunia setelah acara lelang selesai," jawab Ares. "Budak-budak itu akan dibagi kepada semua saudaraku," Bangsawan Dunia semakin kesal. 100 budak yang dikirim oleh Penyelengara tidak dapat memenuhi kebutuhan semua Bangsawan Dunia yang berjumlah 1000 orang laki-laki dewasa. Jelas 100 budak tidak akan cukup bagi mereka. Namun sayangnya, para budak bukan hanya alat pemuas nafsu para Bangsawan Dunia, tapi kadang kala menjadi pekerja paksa yang tidak digaji. Telah tercatat di dalam Organisasi Sayap Putih bahwa Bangsaw
Belati itu berhenti satu jengkal tepat di wajah Bangsawan Dunia. Nyaris saja menancap di pipi sebelah kiri.Bangsawan Dunia jelas panik, berteriak keras dan melompat keluar dari Kereta Gajah. Dia tidak percaya ada manusia rendahan berani menyerangnya di tengah-tengah pengawalan Serikat Naga.Namun apa yang terjadi? kenapa mata belati berhenti saat ini?"Apa yang kau lakukan?" tanya Ares, "Beraninya kau menyerang Bangsawan Dunia ketika dalam pengawalanku?"Pria itu kesulitan untuk berbicara, dia berniat menoleh ke arah Ares tapi tidak berhasil, seluruh tubuhnya mendadak kaku dan berhenti bergerak.Ini merupakan salah satu kekuatan Ares, dengan elemen petir yang dikuasainya, dia dapat menghentikan pergerakan lawannya.Sentruman listrik yang menyelimuti tubuh pria tersebut terasa begitu sakit, padahal dia telah mencapai level tanpa tanding di jalur kependekaran.Sekarang dia menyadari tindakannya terlalu ceroboh, hingga tidak mempedulika
Orang-orang hebat telah berkumpul di Kota ini, tapi acara lelang belum dilaksanakan. Ada beberapa hal yang mungkin sedang diurusi oleh penyelenggara acara ini, entahlah.Lanting Beruga tiba hari ini dengan mengendarai Garuda Kencana. Perjalanan mereka bertiga sedikit terhambat karena Lanting Beruga sibuk mengurusi beberapa bandit yang mereka temui diperjalanan.Dua bandit cukup kuat berhasil melarikan diri, tapi Garuda Kencana menemukan markas para bandit ini. Lanting Beruga menghanguskan markas itu tanpa tersisa, dan membunuh semu bandit."Akhirnya kita sampai di tempat ini?" ucap Lanting Beruga, merentangkan dua tangannya, sesekali menggerakkan pinggul dan terdengar retakan kecil. "Perjalan yang menguras tenaga.""Menguras tenaga?" gumam Mura. "Kau menaiki Garuda Kencana, sementara kami menggunakan ilmu meringankan tubuh tiada henti."Mura sangat kesal pasalnya Lanting Beruga acap kali salah jalan, dan masih ngotot untuk memimpin perjalanan padah
Setelah menjelang siang hari, sudah lebih dari 5 barang berhasil di lelang, tapi serpihan senjata kuno masih belum muncul.Rupanya ada banyak barang berharga kali ini, membuat beberapa pendekar tergiur untuk memilikinya.Serpihan Senjata Kuno mungkin akan menjadi barang penutup dari acara lelang kali ini, dan semua pendekar level tinggi menunggu momen itu.Bangsawan Dunia telah mendapatkan satu barang lelang, giok putih dengan harga yang cukup mahal.Giok itu akan digunakannya untuk melemahkan beberapa siluman, didijadikan budak di dalam Istana Bangsawan Dunia. Budak manusia sudah biasa, mungkin budak siluman akan menjadi sensasi tersendiri bagi bangsawan tersebut.Lanting Beruga masih duduk di bangku deretan belakang, hampir saja mengantuk saat ini. Acara lelang rupanya sangat membosankan bagi pemuda itu.Lagipula tidak ada satupun barang yang dilelang berhasil hasil menarik perhatian Lanting Beruga, atau Ketua Aliran Selatan.
Ares tidak pernah membuka matanya ketika acara lelang ini berlangsung setengah hari lamanya. Dia tidak berniat melihat benda apapun yang ada di tempat ini, karena menurutnya semua benda di sini tidak lebih kuat dari tombak yang ada di tangannya.Atau, tidak ada benda yang memiliki esensi elemen petir yang sesuai dengan kekuatannya.Aura alam elemen petir yang dimiliki oleh Ares memang terbilang sangat langka, hanya ada satu dari seratus juta orang yang berhasil memiliki kekuatan tersebut. Di era ini, Ares satu-satunya orang yang terdengar mampu menyerap aura alam elemen petir.Jadi sudah barang tentu dia tidak akan melirik senjata atau kitab-kitab yang mempelajari jurus yang tidak sejalan dengan elemen dasar yang dikuasainya.Tujuan Ares datang ke sini hanya satu, menjaga Bangsawan Dunia berwajah gendut yang duduk di depan dirinya.Sungguh, jika bangsawan itu terdampar di tepi sungai atau pantai, mereka tidaka akan mengenal dirinya sebagai Bangsawa
Acara Lelang kembali di lanjutkan setelah acara makan selesai, tapi wajah Lanting Beruga tidak begitu baik karena tidak ada satupun makanan yang boleh dia telan.Meskipun dia ragu racun itu dapat melumpuhkannya, tapi tetap saja Mura tidak mengizinkan Lanting Beruga mengambil meski hanya satu makan tersebut.Alasan Lanting Beruga tidak perlu takut ialah, karena dia tidak memiliki level kependekaran yang pasti, dan tentu pula karena dia tidak memiliki aura alam.Namun, untuk menghindari hal buruk yang akan terjadi kemudian hari, Mura tetap melarang Lanting Beruga.Makanan itu rupanya hanya dihidangkan bagi para pendekar diluar Serikat Naga. Nyatanya Serikat Naga makanan untuk Serikat Naga baik-baik saja."Terima kasih telah menikmati hidangan yang kami siapkan," ucap pria berpakaian hitam di tengah-tengah halaman gedung lelang. "Kami harap masa depanmu sangat cerah."Mura menaikan alisnya, mulai jengkel dengan ucapan pria tersebut
110 juta keping emas, sebuah penawaran yang begitu tinggi bahkan melebihi Bangsawan Dunia.Tindakan Lanting Beruga jelas menarik perhatian semua orang yang ada di dalam gedung lelang, termasuk Ares.Biasanya Ares selalu menutup matanya, tapi kali ini tidak kuasa menahan rasa penasaran ketika mendengar angka 110 juta dari seorang pembeli.Satrio Langit tertawa kecil, sudah menduga apa yang akan dibeli oleh Lanting Beruga di dalam lelang ini.Sebagai teman dekat, Satrio Langit tentu saja paham mengenai tubuh Lanting Beruga yang tidak memiliki tenaga dalam ataupun aura alam."Dia benar-benar melakukannya!" ucap Satrio Langit, "Hahahah ...bodoh, berapa banyak uang yang dia bawa?"Satrio Langit tidak peduli dengan sumber daya pelatihan yang dibeli oleh Lanting Beruga, yang dia butuhkan hanyalah serpihan senjata kuno.Namun, situasi sedikit memburuk karena tindakan Lanting Beruga. Bangsawan Dunia tidak terima ada manusia biasa mengungguli h
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m