Tidak ada satupun dari lima orang itu yang diletakan pada tempat yang sama, masing-masing mereka berada di tempat yang berbeda dan cendrung memiliki masalah yang juga berbeda. Jika di tempat ini medan gravitasi menjadi lebih besar, bukan berarti di tempat lain medan gravitasi sama dengan di tempat ini.
Ah, mungkin Lanting Beruga kurang beruntung dengan ditempatkan di wilayah ini.Pemuda itu berjalan merangkak, dan berhasil menemukan sebuah celah lubang reruntuhan bangunan yang ada di sana. Dengan berusaha sangat keras, Lanting Beruga masuk ke dalam celah reruntuhan tersebut, dan mulai menutup celah itu dengan kerikil-krikil kecil yang disusunnya sedemikian rupa untuk menutup lubang.Cukup sulit, tapi pada akhirnya dia berhasil bersembunyi sementara waktu di dalam celah reruntuhan itu.Beruntung mata kiri Lanting Beruga masih bekerja dengan cukup baik, sehingga dia bisa melihat lingkungan sekitar meskipun situasi di dalam reruntuhan itu benar-bena2 tahun telah berlalu di alam ini, Lanting Beruga telah memiliki kemampuan untuk berlari atau melompat beberapa jengkal tingginya. Menurut Roh Api ini adalah pencapaian terbaik, hampir setara dengan anak-anak dewa yang baru saja lahir di alam langit.Menyandingkan dengan anak-anak sebenarnya membuat Lanting Beruga terasa kesal, ya meskipun itu adalah anak-anak bangsa dewa sekalipun.Namun selama 2 tahun ini, Lanting Beruga bahkan belum mencicip makanan lezat, dia hanya memakan lumut yang ada di sini.Kehidupan termiskin yang dialami oleh Lanting Beruga bahkan masih menyempatkan dirinya untuk mencicipi nikmatnya nasi. "Ah, aku merindukan bagaimana rasanya nasi!"5 tahun telah berlalu lamanya, dan sekarang dirinya sudah mampu berlari dan berjalan sangat jauh. Tidak terasa, tubuhnya sudah beradaptasi dengan lingkungan di sekitar, dan dia sudah mampu untuk mengangkat benda-benda cukup besar yang ada di sekitar reruntuhan istana ini.
Lanting Beruga berjalan mendekati pemukiman bangsa asura yang dianggap tersesat di alam batas ini.Terlihat sama seperti manusia, mereka juga hidup dengan mata pencarian bertani, meskipun tanaman yang mereka pelihara memang tidak mirip dengan tanaman di alam manusia.Bentuk tanaman tampak seperti kubis, tapi berukuran kecil dan memancarkan sinar terang seperti kunang-kunang yang tiada berkedip.Lanting Beruga berjalan di perkebunan bangsa tersebut, tapi sayangnya banyak sisi kebun yang rusak oleh siluman ular aneh penghisap cairan mahluk hidup.Baru saja selangkah memasuki perkebunan tersebut, tiba-tiba kaki Lanting Beruga terhenti sesaat karena ada sengatan energi yang membuat dirinya merasa kaku.Wus wus wus.Dua anak panah menderu dan menancap tepat di depan kaki Lanting Beruga.Sosok gadis bertelinga panjang dengan dua tanduk kecil berada di depannya kini mendekati Lanting Beruga. Kulit tubuh gadis itu berwarna hijau
Lanting Beruga bersembunyi di balik semak belukar yang ada di tepian perkebunan. Dia menatap dan meneliti beberapa asura yang datang mendekati gadis asura tersebut.Ukuran tinggi asura tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan Lanting Beruga, atau dua kali lebih tinggi dari asura gadis tersebut."Panen raya akan dilaksanakan tiga hari lagi, aroma dari tanaman ini akan mulai tercium oleh siluman ular, jadi kami akan membantu dirimu menjaga-""Aku akan berjaga di sini,"ucap gadis asura terebut, "Kalian bisa berjaga di sebelah sana!"Gadis Asura itu tampaknya sedang melindungi keberadaan Lanting Beruga yang acap kali datang ke sisi tersebut. Jadi dia dengan sengaja meminta seniornya untuk berjaga di wilayah lain.Mereka akan saling memberi tahu jika melihat bangsa siluman ular penghisap cairan datang mendekati perkebunan tersebut.Mula-mula para asura dewasa menolak hal itu, dengan alasan keselamatan gadis asura, tapi gadis tersebu
Gadis Asura yang memiliki tinggi dua kali dari Lanting Beruga, jelas tidak ingin pemuda manusia itu mati di sini karena menahan siluman ular tersebut. Dia menyarankan agar Lanting Beruga ikut bersama dirinya ke perkebunan inti dimana ada banyak asura di sana.Namun sekali lagi Lanting Beruga menolak hal itu, dan menyarankan sebaliknya. Gadis Asura harus memanen semua cubung bulan sementara dirinya menghalangi siluman ular tersebut. Mungkin tidak akan banyak siluman yang akan mati di tangan Lanting Beruga, tapi mendapatkan beberapa cubung dalam jumlah banyak bukankah imbalan yang setimpal.Masih berpikir panjang gadis asura tersebut, tiba-tiba sekawanan ular siluman telah ada di hadapan mereka.Lanting Beruga tersenyum dingin, dan menurut pemuda itu ini adalah waktu yang tepat untuk menunjukan hasil dari usahanya beberapa tahun ini."Kau akan terkejut saat melihat hal ini!" ucap Lanting Beruga.Pemuda yang disangka memiliki satu mata itu t
Rakus dan serakah, itu adalah sifat dasar siluman ular tersebut. Mereka tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menghabisi satu hektar tanaman cubung bulan.Sekarang, mahluk tersebut mulai bergerak ke lebih dalam di perkebunan tersebut, dan sialnya ada beberapa siluman yang kini sedang bergerak ke arah Gadis Asura.Gerakan mereka terlihat lambat, tapi pada kenyataanya mereka benar-benar sangat cepat."Bidik siluman ular terlebih dahulu!" kepala perkebunan memberi perintah. Pada saat yang sama puluhan asura menarik busur panah mereka, mengarahkan senjata itu pada belasan siluman ular yang semakin mendekati gadis asura."Lepaskan!" teriak kepala perkebunan.Belasan anak panah dilepaskan dari busurnya, mengandung energi kegelapan yang cukup pekat.Lanting Beruga dapat melihat anak panah itu dengan jelas, dan menurut dirinya serangan itu sebenarnya sangat berbahaya, dapat menimbulkan kerusakan yang besar jika terkena permuk
Lanting Beruga berlari menuju pagar energi yang dibangun oleh bangsa asura, berharap bisa menembus dinding tersebut dengan jurus angkara jagad yang dimilikinya.Namun, sebenarnya dinding energi ini memiliki tingkat ketebalan dan kepadatan energi yang sulit ditembus oleh bangsa manusia. Seperti halnya dinding es yang berada di dunia utara, pagar energi ini dapat membunuh manusia biasa jika nekat melewatinya tanpa bantuan dari asura itu sendiri.Sekarang ada lebih dari 20 siluman ular mulai bergerak ke arah Lanting Beruga dan situasi ini semakin sulit mengingat Lanting Beruga benar-benar kehabisan energi pisiknya.Larinya tidak secepat sebelumnya, dan mode cahaya api akan sulit digunakan dengan tubuh lemah seperti ini.Satu ekor siluman ular bergerak lebih cepat dari ular yang lain, dan kini dia memotong jarak antara dirinya dan Lanting Beruga. Hanya beberapa puluh depa lagi jarak antara mereka berdua, dan beberapa puluh depa pula jarak antara Lanting Berug
Gadis besar bertanduk sedikit lebih panjang rupanya masih tidur, tapi dia menggigau mengenai makanan."Sudahlah, kau tetap tinggal di dalam kamar ini, jangan keluar sebelum aku kembali," ucap gadis asura itu, seraya membawa saudarinya keluar dari dalam kamar.Lanting Beruga tidak punya pilihan lain, kecuali berdiam diri di dalam kamar ini seraya memulihkan kondisinya yang lelah.Entah berapa lama Lanting Beruga tidur di dalam kamar tersebut, tapi kini di luar kamar, dia mulai mendengar keributan. Mengintip dari balik pintu, pemuda itu melihat gadis asura telah kembali dengan beberapa mangkuk hitam yang memancarkan sinar terang.Didalam mangkuk itu ada cairan aneh, dan setiap saudarinya diberi setetes cairan saja, sebelum kemudian mereka kembali tidur dengan pulas.Gadis Asura membawa cawan itu ke dalam lemari lalu menguncinya dengan rapat. Dia kemudian masuk ke dalam kamar, melihat Lanting Beruga berdiri di depan pintu dengan memasang waj
Baru pula berniat untuk tidur, tiba-tiba pintu kamar Dusala di dobrak oleh seorang asura berwajah sangar.Belasan asura yang lain datang memasuki kamar tersebut, lalu menyeret tubuh Lanting Beruga keluar dari ruangan tersebut."Tunggu! apa yang kalian lakukan?" Dusala berusaha menjelaskan situasinya kepada asura yang terlihat seperti pasukan prajurit atau mungkin pasukan keamanan di kastil tersebut.Namun apapun yang dikatakan oleh Dusala, tidak berguna dihadapan para prajurit tersebut. Mereka tetap menarik paksa Lanting Beruga.Sialnya, kekuatan para asura ini diluar dugaan Lanting Beruga. Dia hanya bisa sekali melepaskan diri dari cengkraman tangan besar mereka, tapi pada akhirnya asura yang lain menangkap tubuh Lanting Beruga."Diam!" teriak prajurit itu, lalu mendaratkan tamparan ke wajah Dusala. "Kau melakukan kesalahan dengan menyimpan mahluk asing di dalam rumahmu, apa kau tidak tahu perbuatanmu adalah kesalahan?""Tapi di
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m