Gadis besar bertanduk sedikit lebih panjang rupanya masih tidur, tapi dia menggigau mengenai makanan.
"Sudahlah, kau tetap tinggal di dalam kamar ini, jangan keluar sebelum aku kembali," ucap gadis asura itu, seraya membawa saudarinya keluar dari dalam kamar.Lanting Beruga tidak punya pilihan lain, kecuali berdiam diri di dalam kamar ini seraya memulihkan kondisinya yang lelah.Entah berapa lama Lanting Beruga tidur di dalam kamar tersebut, tapi kini di luar kamar, dia mulai mendengar keributan. Mengintip dari balik pintu, pemuda itu melihat gadis asura telah kembali dengan beberapa mangkuk hitam yang memancarkan sinar terang.Didalam mangkuk itu ada cairan aneh, dan setiap saudarinya diberi setetes cairan saja, sebelum kemudian mereka kembali tidur dengan pulas.Gadis Asura membawa cawan itu ke dalam lemari lalu menguncinya dengan rapat. Dia kemudian masuk ke dalam kamar, melihat Lanting Beruga berdiri di depan pintu dengan memasang wajBaru pula berniat untuk tidur, tiba-tiba pintu kamar Dusala di dobrak oleh seorang asura berwajah sangar.Belasan asura yang lain datang memasuki kamar tersebut, lalu menyeret tubuh Lanting Beruga keluar dari ruangan tersebut."Tunggu! apa yang kalian lakukan?" Dusala berusaha menjelaskan situasinya kepada asura yang terlihat seperti pasukan prajurit atau mungkin pasukan keamanan di kastil tersebut.Namun apapun yang dikatakan oleh Dusala, tidak berguna dihadapan para prajurit tersebut. Mereka tetap menarik paksa Lanting Beruga.Sialnya, kekuatan para asura ini diluar dugaan Lanting Beruga. Dia hanya bisa sekali melepaskan diri dari cengkraman tangan besar mereka, tapi pada akhirnya asura yang lain menangkap tubuh Lanting Beruga."Diam!" teriak prajurit itu, lalu mendaratkan tamparan ke wajah Dusala. "Kau melakukan kesalahan dengan menyimpan mahluk asing di dalam rumahmu, apa kau tidak tahu perbuatanmu adalah kesalahan?""Tapi di
Ada sebuah ramalan di tempat ini, sebuah ramalan yang dianggap sangat keramat lagi dipercaya oleh segenap bangsa asura.Ramalan itu adalah munculnya mahluk setengah asura setengah siluman yang bisa mengendalikan siluman ular seperti manusia mengendalikan kuda-kuda mereka.Persilangan darah mereka ini membuat mahluk setengah siluman setengah asura itu memiiki dua kekuatan sekaligus yaitu, kekuatan asura atau yang dikenal dengan kekuatan kegelapan dan kekuatan siluman.Dua darah menjadi satu, dua kekuatan berkumpul, dan hal ini akan membuat sebuah mahluk baru sesuai yang diramalkan oleh asura tersebut.Ramalan pertama adalah, akan ada manusia yang datang ke alam batas ini. Ya, meskipun alam batas begitu luas dan tidak bisa dijabarkan, atau pula alam batas ini memiliki petak-petak yang berbeda, seperti alam batas yang ditinggali oleh Lanting Beruga pasti berbeda dengan alam batas yang dikunjungi oleh Satrio Langit.Ini seperti alam siluman,
Lanting Beruga masih mencoba menawarkan kerja sama kepada bangsa asura itu, tapi semua mahluk ini tampkanya tidak ingin mendengarkan ucapan Lanting Beruga, mungkin mereka tidak peduli atau mungkin karena mereka tidak tahu apa yang diucapkan oleh pemuda tersebut.Semuanya berniat membunuh Lanting Beruga, dengan harapan dapat menghentikan malapetaka yang akan terjadi beberapa saat lagi.Beberapa asura yang memiliki mata tajam dan bagus mencoba menghentikan pergerakan pemuda itu, -hal yang mutlak dimiliki oleh mata asura adalah mampu melihat keberadaan musuh di kegelapan malam, dan menebak arah pergerakan musuh-.Namun sayangnya tidak ada satupun dari asura ini yang memiliki kekuatan lain selain dari bisa menebak pergerakan lawan atau melihat dikegelapan malam, tidak ada.Setiap mata asura memiliki kekuatan tersembunyi yang tertidur dan butuh usaha keras untuk membangkitkan nya.Kekuatan mata yang telah bangkit paling tidak membutuhkan waktu
Asura bebal yang bodoh lagi keras kepala kini terdiam di tempatnya, tidak dapat menggerakkan tubuhnya bahkan untuk mengedipkan mata saja dia tidak mampu melakukannya.Sekarang matanya melihat sosok mahluk tinggi besar berada di belakang Lanting Beruga. Mahluk itu memiliki 6 tangan yang membawa berbagai macam senjata, dan semua senjata itu diarahkan kepada dirinya.Peristiwa ini bukan terjadi di alam bawah sadar, peristiwa ini dilihatnya di alam sadar dan dengan matanya sendiri.Sepertinya, sekarang asura keras kepala itu sudah mengetahui siapa sosok yang bernaung di dalam mata kiri Lanting Beruga. Dia adalah asura kuno, asura yang berumur entah berapa puluh ribu tahun lamanya, yang telah lama mati tapi menyimpan semua kekuatannya pada mata.Asura kuno ini adalah cikal bakal dari klan asura yang berada di alam bawah atau alam kegelapan. Merekalah yang memulai perang melawan para dewa, dan mereka pula yang mengalami kekalahan ketika para dewa itu m
Hari pengungsian akhirnya telah tiba, dan pembuatan bahtera dengan ukuran yang luar besar telah selesai pula dibangun.Seluruh asura yang tidak memiliki kemampuan bertarung mulai memasuki lorong bawah tanah, yang dipandu oleh belasan prajurit asura.Petinggi Asura terpaksa meminta istrinya untuk pergi ke bersama para pengungsi dan para sura yang lain.Sementara itu, gadis asura mendekati Lanting Beruga, dia mengatakan beberapa kalimat yang intinya berharap jika mereka bisa keluar dari mala petaka tersebut.Gadis asura itu juga berterima kasih kepada Lanting Beruga karena tanpa imbalan apapun mau membantu bangsa asura yang identik dicap sebagai musuh bagi para manusia itu sendiri."Kau tidak perlu mengatakan hal itu," ucap Lanting Beruga. "Tidak semua manusia itu baik, tidak pula semua asura itu jahat ....Semuanya memiliki sisi gelap dan terang."Setelah itu semua orang mulai masuk ke dalam lorong bawah tanah yang dikawal oleh bel
Lanting Beruga senjaga membiarkan satu celah terbuka, dengan begitu semua siluman itu akan menyerbu celah tersebut.Keuntungan dari taktik ini adalah, kawanan musuh tidak akan masuk secara bersamaan, mereka akan masuk secara bergantian ke dalam celah tersebut, dan dengan hal ini Lanting Beruga beserta puluhan asura akan dengan mudah melawan mereka satu persatu.Benar pula, setelah gerbang dibuka sedikit, hanya sebesar satu ekor siluman ular tersebut, sekarang terlihat ada satu siluman telah masuk ke dalam kastil itu.Tidak perlu menunggu perintah Lanting Beruga, semua pasukan ini sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.Para pemanah telah menarik busur dari tadi, dan bersiap menghujani siluman ular tersebut."Serang!" teriak Pimpinan Kasti Asura.Dengan serentak belasan anak panah yang mengandung energi kegelapan dalam jumlah yang lumayan besar, mulai menyerbu para siluman ular itu.Beberapa anak panah dapat dihindari o
Dua hari di atas gunung berapi yang acap kali meledak lebih dari 3 kali dalam setiap harinya, membuat beberapa asura di sini mulai merasa kepanasan dan sesak.Hanya Lanting Beruga yang masih tetap tenang berada di atas gunung ini tanpa pengaruh dari suhu panas gunung tersebut.Namun beberapa hari itu pula, tampaknya tidak ada satupun siluman ular yang mencoba menaiki gunung tersebut. Ini sudah diperkirakan oleh Pimpinan Asura sebelumnya, menjadikan tempat ini sebagai benteng terakhir bagi mereka.Pada hari selanjutnya, akhirnya Lanting Beruga membuat sebuah keputusan besar yang membuat seluruh asura benar-benar terkejut tidak percaya dengan rencana yang dia buat.Ya, Lanting Beruga berniat pergi ke markas besar siluman tersebut seorang diri, tapi dengan sebuah rencana yang mungkin dianggap sebagai kegilaan bagi para asura ini."Kalian harus memancing semua siluman menuju gunung ini," ucap Lanting Beruga, "Alihkan perhatian mereka, sementa
Lanting Beruga melompat ke bawah, mendarat tepat di dasar menara itu, bersama dengan api putih yang selalu berkeliling di sekitar tubuhnya.Pada saat ini, langit merah yang terpancar redup hingga membuat ketakutan perlahan memudar dan berubah menjadi biru muda.Namun mencapai dasar menara ini, bukan berarti Lanting Beruga akan langsung menemukan pimpinan atau ayah dari mahluk ganas dengan dua energi tersebut.Mula-mula ada lusinan mahluk ganas telah menunggu dirinya di bawah sana. Mereka menyerang Lanting Beruga, berteriak keras seraya melompat di sepanjang dinding ruangan bawah tanah.Berjalan seperti kuku tajam, atau pula dengan cakar itu mereka berusaha membunuh Lanting Beruga.Dalam keadaan seperti ini, Lanting Beruga tidak bisa bertarung setengah hati. Dia harus menggunakan segenap kekuatan untuk membunuh mereka semua.Ya, selain keras dan tajam, kuku itu sangat kuat. Lebih kuat dari senjata level tinggi sekalipun.Dalam beberapa
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m