Terima kasih pada semua pembaca yang telah mengikuti Lanting Beruga hingga hari ini. Ini adalah bab terakhir yang menceritakan tentang Lanting Beruga, saya harap kalian tidak kecewa dengan tulisannya. heheh. Di buku yang sama ini, saya ingin melanjutkan ceirta dari anak sulung Lanting Beruga yang bernama Rambai Kaca, dimana pemuda itu berada di alam lelembut dalam pengawasan Pramudhita. Dia akan berada di sana selamanya, kecuali dia berhasil menjadi seorang pendekar yang hebat. Dan ini adalah syarat yang dibuat oleh Lanting Beruga. Kehidupan Rambai Kaca ini cukup miris, mengingat dia adalah satu-satunya manusia di alam lelembut. Namun dia adalah pemuda yang cerdas walaupun kadang bertingkah sembrono, sama seperti bapaknya. Di sini juga saya ingin menyampaikan kepada pembaca, bahwa saya menepati janji saya untuk menamatkan cerita Lanting Beruga. Walaupun ada cerita lanjutan, tapi ini tidak berfokus pada Lanting melainkan Rambai Kaca.
Ini adalah lanjutan dari cerita Lanting Beruga, tapi di sini yang akan difokuskan adalah putra sulungnya, Yaitu Rambai Kaca.Sebelum melanjutkan bacaan ini, saya harap para pembaca yang kiranya tidak memiliki kesabaran menunggu up, baiknya tidak membaca cerita ini, dan berhentilah di cerita Lanting Beruga. Jangan sampai ucapan kotor keluar di kolom komentar. Ini karena saya bukan komputer yang cerdas, yang bisa membuat cerita setiap hari. Kadang kala otak buntu, dan tidak ada yang bisa ditulis lagi.Jadi sekali lagi, berhentilah di cerita Lanting Beruga, jika tidak bisa sabar.***Ketika terjadi perang antara manusia melawan kegelapan, Seno Geni memberi perintah kepada Pramudhita untuk membawa Putra Lanting Beruga yang baru lahir.Tujuannya jelas, untuk melindungi cicitnya dari serangan budak-budak kegelapan.Setelah perang berakhir, Pramudhita berniat menyerahkan Putranya kepada Lanting Beruga, tapi pria itu menolak. Bukan tanpa alasan, melewati celah dimensi begitu sulit dan mengur
Distrik Karang Putrih berada paling jauh dari pusat Padepokan Naga Utara. Letaknya terpencil, dan akses menuju ke sana bisa dibilang cukup sulit.Ini disebabkan, tempat itu dikelilingi oleh karang berwarna putih yang menjulang tinggi. Mustahil akan ada murid titipan yang bisa melewati tempat tersebut, kecuali jika mereka memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat baik.Bukan tanpa sebab karang putih ini dibangun menjadi tembok, hal ini bertujuan agar murid-murid titipan tidak keluar dari dalam Distrik yang kemungkinan akan membahayakan keselamatan mereka.Rambai Kaca di bawa terbang melewati dinding karang putih tersebut, lalu mendarat di lapangan yang luas tapi tidak begitu datar.Bocah itu diberi sebuah rumah mungil, yang hampir mirip seperti goa pendek. Di dalam rumah itu, Rambai Kaca bisa melakukan apa saja, misal berlatih, tidur dan sebaginya."Aku rasa kau cukup mandiri," ucap Pelayan tersebut, "kau akan cepat beradaptasi dengan lingkungan ini."Setelah memberikan kunci rumah,
Rambai Kaca tahu membersihkan dinding putih ini tidak mudah untuk dilakukan. Begitu terjal dan dipenuhi karang yang tajam, membuat pekerjaan ini menjadi bertambah sulit untuk diselesaikan.Namun, Rambai Kaca tidak menyerah, dia akan terus berkerja keras sampai memiliki perolehan poin yang cukup untuk mendapatkan tiket.Tiket untuk keluar dari tempat ini, membutuhkan 30 poin, dan untuk membeli beberapa makanan dipasar membutuhkan 30 poin. Setiap hari, pekerjaan anak-anak akan dihadiahi 2 poin, karena tugas yang diberikan terbilang ringan dan juga tidak membutuhkan waktu yang lama.Namun, pekerjaan yang dipilih Rambai Kaca begitu sulit. Hasil yang didapatkan dari pekerjaan itu juga lumayan besar, 5 poin setiap harinya. Namun, dia harus bekerja lebih dari 8 jam setiap hari.Hari pertama, Rambai Kaca mengalami banyak kendala, terutama karena dia tidak begitu terbiasa bekerja keras di Padepokan Pedang Bayangan.Kedua telapak tangannya melepuh, bahkan mengeluarkan cairan putih yang tentu sa
Rambai Kaca memasuki ruangan yang dipenuhi oleh banyak gulungan. Gulungan-gulungan itu merupakan catatan atau kopian dari sebuah jurus, tapi tidak terlalu lengkap. Ada beberapa gulungan yang berukuran besar, diikat menggunakan pita sutra, ada pula gulungan sederhana yang terbuat dari bilah bambu, dan ada pula gulungan yang terbuat dari kertas yang usang.Sekumpulan gulungan itu diletakan pada sebuah rak yang juga berukuran sangat besar. Masing-masing rak paling tidak menyimpan 100 gulungan mengenai jurus bela diri. Masing-masing rak juga memiliki lebel yang merangkum isi dari semua gulungannya.Misal rak pertama ada lebel yang bertulisan, kumpulan jurus pedang naga.Rambai Kaca jelas tidak menyukai rak itu, dia tidak ingin menggunakan pedang. Jadi dia berjalan lagi menuju rak-rak yang lain.Ada beberapa rak yang yang menulis nama senjata, seperti panah angin, tombak naga, dan sebagainya. Namun, Rambai Kaca tidak akan tertarik untuk mempelajarinya, karena dia tidak ingin berurusan de
Jurus Aura Naga Petir adalah jurus tanpa menggunakan senjata dan tubuh sebagai serangan. Pada dasarnya, jurus aura naga petir adalah teknik untuk melumpuhkan tubuh manusia yang berada di dekat pemilik jurus tersebut.Dengan menggunakan elemen listrik, manusia akan berhenti bergerak, terpaku dan mematung di tempatnya karena sengatan listrik yang dihasilkan dari jurus tersebut.Jelas ini tidak akan membunuh musuh, tapi jika pemilik jurus ini mau melakukan sesuatu yang buruk, dia bisa melukai mereka sampai mengirimnya ke alam baka.Rambai Kaca begitu senang melihat jurus tersebut, wajahnya sejenak memerah diliputi oleh semangat. Ini adalah jurus yang cocok untuk dirinya, yang tenang dan cendrung menghindari pertarungan."Walaupun aku tidak menjadi bagian dari murid umum di Padepokan ini, tapi aku masih bisa berlatih untuk menjadi lebih kuat ..." gumam Rambai Kaca, "kali ini aku merasa sangat beruntung sekali."Namun karena jurus itu tidak lengkap, Rambai Kaca tampaknya akan mengalami ken
Di hari lain, Rambai Kaca telah mengumpulkan banyak belut di dalam tong kerang yang dia siapkan di dalam rumahnya.Mula-mula dia menyentuh belut tersebut, dan benar saja dia langsung disengat oleh kekuatan ikan itu."Aduh duh duh duh ...." Rambai Kaca melompat ke belakang, kepalanya membentur dinding rumahnya, "hewan kecil ini saja bisa menghasilkan sengatan listrik yang begitu kuat...."Setelah beberapa kali berpikir, dia melakukan percobaan lagi dan lagi. Namun, hal yang sama dia dapatkan, tersengat listrik tersebut sampai seluruh tubuhnya menjadi lumpuh.Di hari selanjutnya dia kembali melakukan pengujian, tapi kali ini dia menggunakan tenaga dalamnya untuk menyelimuti jari jemari tangan.Awalnya sengatan itu masih terasa begitu kuat, tapi secara perlahan Rambai Kaca mulai dapat merasakan aliran listrik di dalam tubuhnya.Dengan aliran listrik tersebut, Rambai Kaca kembali menutup matanya. Dia membiarkan seluruh ikan menyengat tangannya, dan walaupun kadang kala hal itu membuat ta
Rambai Kaca mendengar semua pembicaraan itu dengan sangat jelas. Mereka duduk tidak berjauhan pada satu meja ini. Namun Rambai Kaca tidak peduli, bertarung melawan mereka juga tidak ada gunanya, kecuali dia akan mendapatkan sangsi dari Padepokan.Murid titipan tidak begitu dianggap di sini, mereka juga tidak begitu diperhatikan, ketika terjadi keributan antara dirinya dengan murid umum, maka semua pihak akan menyalahkan dirinya.Kemungkinan dikembalikan ke Padepokan Pedang Bayangan bisa saja terjadi, dan itu artinya dia harus rela menjadi pendekar pedang karena paksaan Pramudhita. Jadi dia lebih baik diam, tanpa melakukan perbuatan yang akan merugikan dirinya sendiri.Jurus Kilat Putih sedikit lebih tebal dibandingkan dengan jurus lain yang satu level dengannya. Ada beberapa tingkatan pada jurus ini, dan masing-masing tingkatan dijelaskan secara detil di dalam jurus tersebut.Rambai Kaca memiliki otak yang lebih encer dari kebanyakan manusia, dia bisa mengingat banyak hal dengan bai
Di sebuah pusat pasar, ada bangunan besar yang menjulang tinggi. Menaranya diukir sedemikian rupa hingga menyerupai lidah dari Naga, tampak begitu indah dilihat oleh mata.Itu adalah sebuah bangunan atau toko yang menjual sumber daya pelatihan, dan juga peralatan yang menunjang level kependekaran seseorang.Rambai Kaca masuk ke dalam bangunan itu, langsung mencari beberapa sumber daya pelatihan yang dibutuhkan.Dengan tiket di tangannya, dia bisa memasuki ruangan demi ruangan yang ada di dalam bangunan tersebut."Kau bukan murid umum," ucap salah satu pelayan toko, "Aku yakin ini adalah kali pertama dirimu datang Ke Toko Lidah Naga."Rambai Kaca langsung menyerahkan tiket yang telah dia tukarkan dengan banyak poin. Namun di dalam saku bajunya ada tiket lain yang digunakan untuk membeli sumber daya di dalam toko Lidah Naga ini."Apa yang kau inginkan, Putra Manusia?" tanya pelayan tersebut, pria yang berumur lebih tua dibandingkan dengan Pramudhita."Aku butuh sumber daya untuk meningk
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m