Rambai Kaca mendengar semua pembicaraan itu dengan sangat jelas. Mereka duduk tidak berjauhan pada satu meja ini. Namun Rambai Kaca tidak peduli, bertarung melawan mereka juga tidak ada gunanya, kecuali dia akan mendapatkan sangsi dari Padepokan.Murid titipan tidak begitu dianggap di sini, mereka juga tidak begitu diperhatikan, ketika terjadi keributan antara dirinya dengan murid umum, maka semua pihak akan menyalahkan dirinya.Kemungkinan dikembalikan ke Padepokan Pedang Bayangan bisa saja terjadi, dan itu artinya dia harus rela menjadi pendekar pedang karena paksaan Pramudhita. Jadi dia lebih baik diam, tanpa melakukan perbuatan yang akan merugikan dirinya sendiri.Jurus Kilat Putih sedikit lebih tebal dibandingkan dengan jurus lain yang satu level dengannya. Ada beberapa tingkatan pada jurus ini, dan masing-masing tingkatan dijelaskan secara detil di dalam jurus tersebut.Rambai Kaca memiliki otak yang lebih encer dari kebanyakan manusia, dia bisa mengingat banyak hal dengan bai
Di sebuah pusat pasar, ada bangunan besar yang menjulang tinggi. Menaranya diukir sedemikian rupa hingga menyerupai lidah dari Naga, tampak begitu indah dilihat oleh mata.Itu adalah sebuah bangunan atau toko yang menjual sumber daya pelatihan, dan juga peralatan yang menunjang level kependekaran seseorang.Rambai Kaca masuk ke dalam bangunan itu, langsung mencari beberapa sumber daya pelatihan yang dibutuhkan.Dengan tiket di tangannya, dia bisa memasuki ruangan demi ruangan yang ada di dalam bangunan tersebut."Kau bukan murid umum," ucap salah satu pelayan toko, "Aku yakin ini adalah kali pertama dirimu datang Ke Toko Lidah Naga."Rambai Kaca langsung menyerahkan tiket yang telah dia tukarkan dengan banyak poin. Namun di dalam saku bajunya ada tiket lain yang digunakan untuk membeli sumber daya di dalam toko Lidah Naga ini."Apa yang kau inginkan, Putra Manusia?" tanya pelayan tersebut, pria yang berumur lebih tua dibandingkan dengan Pramudhita."Aku butuh sumber daya untuk meningk
Mungkin benar apa yang diduga oleh Rambai Kaca mengenai elemen petir yang dijadikan dasar jurus kilat putih, sangat sulit untuk dilakukan, walaupun tampaknya jika berhasil,maka kecepatannya menjadi tidak tertandingi.Pemimpin Padepokan Naga Utara yang memiliki jurus ini, tidak menggunakan elemen petir tapi malah menggunakan elemen angin. Lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan elemen petir yang dimiliki oleh Rambai Kaca.Kemungkinan berpindah dari satu tempat ke tempat yang dituju adalah 10 berbanding 1. 10 kali menggunakan jurus tersebut menggunakan elemen petir, maka hanya satu kali yang benar-benar sesuai dengan keinginan pemiliknya.Kegagalan jurus kilat putih dengan elemen angin lebih mudah diminimalisisir, dimana 10 kali lompatan kemungkinan gagal hanya 3 kali saja pada level rendah atau pula level pembelajaran ini.Namun ..."Aku tidaka akan patah arang," ucap Rambai Kaca, "aku akan menguasai jurus ini, walaupun dibutuhkan waktu 10 tahun, 20 tahun, atau mungkin 100 tahun u
Semua orang menatap ke arah Rambai Kaca dan Sepuh Manik Angkeran secara bergantian. Kemudian empat sesepuh yang lain tertawa kecil seraya mengejek Rambai Kaca, "pilihan yang bagus, seorang manusia Si cacat sebagai gurunya.""Apa kau yakin?" tanya Manik Angkeran, pria tersebut malah tertawa mengikuti empat sesepuh yang lain, "kau tidak menyesalianya? Lihatlah, semua orang menertawakan dirimu. Aku bisa merasakan tekanan tenaga dalammu telah bangkit dibandingkan murid baru yang lain...""Apa tenaga dalamnya sudah bangkit?" empat sesepuh yang lain tersentak, mereka tidak menyadari hal ini sebelumnya.Rambai Kaca sengaja tidak menunjukan tekanan tenaga dalamnya, dan menyimpannya rapat-rapat agar terlihat normal seperti orang yang tidak tahu apapun mengenai ilmu kanuragan. Karena hal ini, tidak banyak orang yang merasakan tekanan tenaga dalam bocah tersebut, tapi Manik Angkeran tampaknya berbeda, dia masih bisa merasakan tekanan tenaga dalam bocah tersebut.Sekarang, empat sesepuh mulai ber
Manik Angkeran membawa Rambai Kaca menuju sebuah telaga kecil yang dikelilingi oleh banyak batu besar. Telaga yang jernih tapi ditutupi oleh banyak lumut dan bunga teratai.Pria itu kemudian meminta Rambai Kaca untuk mundur beberapa langkah ke belakang, lalu dia mulai memasang kuda-kuda."Ada 9 tingkatan jurus Dewa Naga," ucap pria tersebut. "Aku akan menunjukan satu dari 9 jurus itu, perhatikan ...jurus ini menggunakan kontak pisik, dua jari tangan adalah senjata, disebut sebagai Taring Naga Menyambar Sukma."Setelah berkata demikian, Manik Angkeran mulai melakukan beberapa gerakan yang cepat dan diakhiri dengan menarik tubuhnya ke samping, kaki kiri menjadi pendorong, dengan jari telunjuk dan ibu jari yang melengkung membentuk taring, sementara semua jari yang lain tertekuk.Gerakan ini begitu cepat, membuat Rambai Kaca begitu terpesona, tapi sedetik kemudian, atau mungkin tidak lebih dari satu detik, Manik Angkeran menyambar batu besar di hadapannya dengan dua jari tangan tersebut.
Rambai Kaca mencoba memahami jurus dan elemen petir di dalam tubuhnya, mencoba untuk menggabungkan ke duanya. Dalam kata lain, dia ingin menggunakan jurus Taring Naga Menyambar Sukma dengan elemen petir milikinya.Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh bocah tersebut, dia sendiri tidak tahu. Namun tidak ada salahnya berusaha.Selama beberapa hari dia mengurung diri di dalam kamar. Bocah itu akan keluar hanya ketika menyiapkan makanan kepada gurunya, setelah itu kembali melakukan meditasi yang mendalam.Di hari ke tujuh dalam latihan menyendiri, Manik Angkeran mendekati bocah tersebut."Aku akan pergi beberapa minggu, ada misi yang harus diselesaikan," ucap Manik Angkeran."Guru, jika boleh aku tahu, misi apa yang telah kau ambil?""Akhir-akhir ini, ada beberapa siluman muncul merusak beberapa desa di wilayah Kerajaan Naga Utara." Manik Angkeran kemudian tersenyum penuh arti setelah mengatakan kalimat tersebut.Rambai Kaca adalah bocah cerdas, hanya dengan melihat mimik wajah Gur
Menurut keterangan dari bibi pelayan, Manik Angkeran dulunya merupakan pendekar yang cukup berbakat, itu ketika dia masih bisa menjelma menjadi seekor naga.Dia mempelajari teknik Dewa Naga ketika masih menjadi murid titipan, dan berhasil menguasai jurus pertama dari teknik tersebut yaitu jurus Taring Naga Menyambar Sukma.Ketika dia menjadi murid umum, Manik Angkeran mulai mempelajari teknik meringankan tubuh, dan dari 90 murid umum yang menjadi saudara seperguruannya, dia adalah murid yang paling berbakat.Namun banyak orang yang merasa iri dengan Manik Angkeran, terutama bagi murid inti.Menurut bibi pelayan, guru Manik Angkeran saat itu adalah Sesepuh terkuat dari 100 sesepuh yang ada, dan saat ini sesepuh itu telah menjadi Mahasepuh yang memimpin Padepokan Naga Utara.Namun...Suatu hari, Manik Angkeran bermasalah dengan salah satu murid inti yang merupakan Saudara Seniornya dalam satu perguruan.Tanpa sengaja, Manik Angkeran membunuh seniornya dengan jurus Taring Naga Menyambar
Untuk pertama kalinya, Rambai Kaca keluar dari Padepokan Naga Utara. Dia hanya memiliki sebuah peta yang akan memandu dirinya menjalankan sebuah misi bintang pertama.Dengan langkah santai, Rambai Kaca mulai pergi meninggalkan padepokan tersebut setelah 3 tahun lamanya berada di sana.Bagi bocah itu, lingkungan negri Naga Utara masihlah sangat asing. Sepanjang perjalan, matanya acap kali menemukan pemandangan indah yang tidak pernah ditemukan di Padepokan Pedang Bayangan.Pemandangan bawah laut.Dia menatap peta beberapa kali, hanya untuk memastikan bahwa jalannya tidak tersesat.Entah berapa desa yang dilewati oleh bocah tersebut, sampai akhirnya dia tiba di sebuah kampung kecil di arah utara Negri Naga Utara.Dia segera menemui pimpinan desa tersebut."Apakah benar ini adalah kediaman Ki Demang Sakasara?" tanya Rambai Kaca.Pria yang keluar dari dalam rumahnya, bertubuh kurus dan sedikit bungkuk. Janggutnya panjang sampai menyentuh perutnya, matanya sipit dengan kelopak yang berkeru
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m