Ketika nyawa Raja Raksasa berada di ujung tanduk, muncul seekor ular berwarna hitam pekat yang masuk ke dalam tubuhnya melalui mulut.Tidak selang beberapa saat kemudian, tubuh Raja Raksasa itu dipenuhi oleh banyak sekali sisik hitam.Lanting Beruga tidak mengerti apa yang telah terjadi saat ini, tapi kemudian dia melihat bahwa semua sisik-sisik yang muncul di tubuh Raja Raksasa itu terkelupas.Setiap satu sisik yang tanggal akan menyembuhkan luka yang ada di tubuh Raja Raksasa. Ukuran sisik itu hampir sebesar satu jengkal jari manusia dewasa, dan berjumlah ribuan buah."Ini adalah teknik penyembuhan," gumam Lanting Beruga. "Ular hitam tadi menyatu ke dalam tubuh Raja Raksasa, dan secara ajaib melakukan penyembuhan terhadap luka-luka yang diderita Raja tersebut."Beberapa menit kemudian, tubuh Raja Raksasa kembali pulih sepenuhnya. Bahkan luka lama yang diakibatkan oleh pedang pembantai iblis juga sembuh dalam seketika.Tubuh Raja Raksasa mulai melayang tinggi, di angkat oleh kekuata
Sekarang, mata Raja Raksasa mulai terbuka lebar. Dia tampak terkejut sekali ketika melihat Dewi Kematian telah berada di samping dirinya."Apa yang terjadi dengan diriku?" tanya Raja Raksasa."Aku memberi kesempatan ke dua kepada dirimu," ucap Dewi Kematian, "Aku terpaksa menggunakan Teknik Ular Hitam untuk menyembuhkan semua lukamu.""Teknik Ular Hitam," gumam Raja Raksasa ....Dewi Kematian memang di kenal memiliki kegemaran memelihara banyak binatang hebat, seperti Naga, Kambing Raksasa, dan juga ular berkepala tiga, tapi siapa menyangka jika dia juga memelihara Ular Hitam yang jauh lebih langka dari semua binatang tersebut.Ular hitam hanya akan muncul selama seribu tahun sekali, Asura yang beruntung mendapatkannya akan bisa menggunakan kekuatan ular itu untuk membangkitkan kematian.Itu artinya, dengan ular itu pula, Dewi Kematian telah membangkitkan Raja Raksasa dari kematiannya, bahkan memulihkan semua energi dan tenaga yang dimiliki oleh Raja tersebut.Itulah kenapa semua luka
Entah berapa kali Lanting Beruga terhempas pada permukaan batu, dia sendiri tidak sempat menghitungnya. Namun yang jelas, deretan bebatuan besar telah hancur karena tubuh pria tersebut.Lanting Beruga melambung ke udara beberapa saat kemudian, dan ketika tubuhnya sekali lagi hampir mendarat kasar pada permukaan batu, mendadak Dewi Kematian telah muncul di belakang dirinya.Serangan dari kuku tajam Dewi Kematian berhasil mengenai pundak Lanting Beruga, membuatnya terluka cukup parah."Rasakan ini!" Dewi Kematian mengakhiri serangannya dengan energi kegelapan yang berbentuk seperti 9 cakar besar.Semua cakar itu jatuh tepat ke tubuh Lanting Beruga, mendorong pria itu ke tanah hingga pada kedalaman lebih dari 20 depa.Saat ini, bumi berguncang kuat, tanah merekah dan terjadi sebuah jurang yang dangkal tepat di pusat rekahan tanah tersebut.Sementara itu, Lanting Beruga berada di tengah-tengah jurang itu.Serangkaian serangan itu benar-benar hebat, bahkan Lanting Beruga dibuat babak belur
Butuh beberapa waktu bagi Dewi Kematian untuk menghimpun semua kekuatannya, begitu pula yang dilakukan oleh Raja Raksasa.Ah, Raja Raksasa masih berusaha menyembuhkan luka yang ada di keningnya, tapi tidak berhasil. Luka itu tidak berhenti mengeluarkan darah, bahkan meskipun dia bisa menghilangkan rasa sakit pada luka tersebut, tetap saja luka itu tidak bisa diobati oleh dirinya."Bagaimana rasanya?" tanya Lanting Beruga, "Luka di kening itu terlihat cocok untuk dirimu. Aku hanya ingin meminta pusaka di tanganmu, agar bisa keluar dari dimensi ini, tapi sepertinya kau sangat keras kepala.""Hahahaha ....hanya karena kau bisa melukai wajahku, bukan berarti kau bisa membunuhku.""Aku sudah pernah membunuh dirimu," jawab Lanting Beruga. "Kau tidak ingat? Apa kau ingin mati untuk ke dua kalinya?"Mendengar hal itu, Raja Raksasa mendadak menjadi bungkam. Dia tidak memiliki kalimat yang bagus untuk mengungkapkan perasaanya saat ini.Yang bisa dilakukan oleh mahluk itu hanyalah memandangi Lan
Hentikan semua ini! benar, Raja Raksasa tampaknya lebih suka jika dia mati dibandingkan dikendalikan oleh Dewi Kematian.Sejauh ingatannya, Dewi Kematian adalah musuh bebuyutan bagi Ras Raksasa, lalu sekarang dia malah mengendalikan tubuhnya sesuka hati.Dimana letak harga diri Raja Raksasa saat ini."Raja ...." salah satu Petinggi Raksasa juga merasa prihatin dengan kondisi Rajanya, dan menyadari bahwa sekarang yang menjadi musuh mereka bukanlah manusia ini, melainkan Dewi Kematian itu."Hahaha ....Raja kalian tidak akan menjadi pemimpin lagi, Raja kalian telah berada di bawah kendali diriku," ucap Dewi Kematian. "Tidak ada yang bisa kalian lakukan untuk menghentikan teknik pengendalian ini, tidak ada. Hanya salah satu dari kami mati, barulah teknik ini akan berakhir, tapi apa kalian bisa membunuh kami berdua?"Dewi Kematian benar-benar telah menghina Ras Raksasa saat ini."Tujuanku adalah ...." Dewi Kematian baru mengungkapkan bahwa sejak lama dia ingin menjadi Raja dari segala raja
"Semua Ras Raksasa," ucap Raja Raksasa sambil berteriak keras, dengan wajah penuh kesedihan. "Dengarkanlah perintah terakhirku! Mulai saat ini, jangan menuruti semua perkataanku, jangan patuh dan taat kepada diriku, karena sekarang aku bukan Raja kalian lagi. Aku sudah berada di bawah kendali Dewi Kematian.""Raja, apa yang kau katakan?" teriak salah satu petinggi Raksasa. "Kau tetaplah Raja Kami, bahkan sampai kapanpun kau adalah Raja kami, jangan berkata seperti itu!""Tidak, sekarang dengarkan aku, bantulah manusia ini. Lawan kalian bukanlah manusia ini, lawan kalian adalah semua bawahan Dewi Kematian.""Tapi Raja ....""Apa kau ingin menentang ucapanku!" bentak Raja Raksasa itu, "Bergabunglah dengan Raja Asura Kecil!""Kurang ajar!" Dewi Kematian semakin murka, mulai mengendalikan tubuh Raja Raksasa untuk menyerang para raksasa yang lain. "Kalian harus patuh pada diriku, kalian harus mengikuti semua perintahku.""Tidak ada yang harus mengikuti perintahmu, Dewi Kematian!" potong La
"Bukan Mengeluh," ucap Lanting Beruga kemudian dia tertawa terbahak-bahak, "ini bentuk dari keakraban kita.""Baiklah, Lanting ....Mari kita tunjukan kekuatan kita yang sebenarnya."Setelah berkata demikian, Lanting Beruga bergerak cepat ke arah Dewi Kematian. Sementara itu, Asura Kuno malah menghadang serangan dari Raja Raksasa yang dikendalikan oleh Dewi Kematian.Sebuah serangan hampir saja mengenai wajah Dewi Kematian. Tapi serangan lain malah mengenai salah satu sayapnya.Dewi Kematian berniat menggunakan Raja Raksasa untuk menghindari serangan, tapi Asura Kuno tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.Gadah besar yang digunakan oleh Raja Raksasa selalu di halau oleh Asura Kuno, meskipun pada beberapa kesempatan mungkin saja Asura Kuno dapat membalikan serangan, tapi Lanting Beruga meminta agar temannya tidak membunuh Raja Raksasa.Apapun yang terjadi, Raja Raksasa tidak boleh dibunuh.Tentu saja akan sedikit sulit."Apa yang kau lihat?" tiba-tiba Lanting Beruga telah berada di bela
Bukan hanya pasukan Asura di pihak Lanting Beruga yang merasa ketakutan dengan serangan yang akan datang tersebut, pasukan yang dibawa oleh Dewi Kematian juga merasa kengerian yang serupa.Serangan Dewi Kematian itu tidak hanya bisa menghancurkan banyak asura, tapi serangan itu memiliki dampak yang lain selain ledakan.Setiap dari percikan cakar tersebut akan langsung membunuh, menjadikan mereka bangkai yang berulat. Jantung iblis akan langsung mati karena serangan itu."Teknik langka yang hanya dimiliki oleh kaum kami," ucap Asura Kuno. "Wanita ini cukup hebat, bisa mempelajari teknik itu. Hoi Lanting, jika kau tidak menghancurkan serangan tersebut, dampaknya akan membunuh banyak asura.""Aku mengerti," ucap Lanting Beruga."Kalian sudah salah karena berpihak kepada manusia, dan ini adalah hukuman dariku!"-Jurus Angkara Jagad-Lanting Beruga langsung memasang kuda-kuda, dan pada saat yang sama pula, pedang pembantai iblis bercahaya putih terang.Tekanan yang muncul dari pedang itu
Satu minggu telah berlalu, dan kini sudah waktunya bagi Rambai Kaca untuk pergi dari dunia lelembut.Dia telah menyiapkan semuanya, mental dan keberanian, bertemu dengan manusia untuk kali pertama bagi dirinya.Ibunya hanya bisa pasrah dengan pilihan Rambai Kaca, dia hanya bisa menyeka air mata yang setiap saat keluar membasahi pipi.Sementara itu, Pramudhita tampaknya begitu tabah melepaskan kepergian putra angkat yang telah dibesarkan00000000 dari bayi.Namun, ada yang lebih parah, yaitu Nagin Arum. Dia bersikeras untuk pergi bersama Rambai Kaca ke alam manusia, bahkan setelah ayahnya menjelaskan mengenai kehiudapan manusia, dia tetap bersikeras untuk pergi ke sana.Ya, impian Nagin Arum adalah keluar dari alam ini, dan berniat untuk menjelajahi seluruh dunia. Menurut dirinya, di sini dia tidak bisa hidup dengan bebas, ada batas-batasan yang ada di dalam alam lelembut tersebut.“Ayah, apapun yang terjadi, kau harus memikirkan caranya agar aku bisa pergi bersama Rambai Kaca!” ketus N
Dua hari telah berlalu, pendekar dari Padepokan Pedang Bayangan terlihat sedang berbenah saat ini. Membenahi apa yang bisa dibenahi, seperti bangunan dan beberapa peralatan lainnya.Terlihat pula, ada banyak pendekar yang dirawat di dalam tenda darurat. Para medis bekerja cepat, memastikan tidak ada satupun dari korban yang mati.Di salah satu tenda darurat tersebut, tiga anak Pramudhita masih terkapar dengan kondisi tubuh penuh dengan ramuan obat-obatan.“Apa mereka baik-baik saja?” Rambai Kaca bertanya kepada salah satu tabib muda di sana. Dia sudah berada di tempat itu sejak tiga saudara angkatnya dibawa oleh Pramudhita.Meskipun Rambai Kaca juga terluka cukup parah, tapi tubuhnya luar biasa kuat, dia mampu bertahan, bahkan masih bisa berdiri atau bahkan berlari.Ditubuhnya sengaja dililit oleh banyak perban, menunjukan jika Rambai Kaca sebenarnya tidak baik-baik saja. Namun, hal biasa bagi pemuda itu merasakan sakit seperti ini, jadi ini bukanlah hal yang harus dipikirkan.“Ketig
Satu gerakan dari pemuda itu melesat sangat cepat, tepat menuju leher pria tersebut yang saat ini tengah bersiap dengan serangan yang di berikan oleh Rambai Kaca barusan.Melihat pemuda itu bergerak sangat cepat, Reban Giring menggigit kedua rahangnya, sembari menatap Rambai dengan tajam, kemudian bersiap dengan gerakan kuda-kuda.Nafasnya kembali teratur ketika dia melakukan gerakan barusan, lalu menyilangkang senjata yang dia miliki tepat ke arah dada.Sesaat kemudian, dia melesat kearah Rambai Kaca lalu melepaskan jurus Murka Pedang Bayangan.“Dengan ini, matilah kau..!!”Satu teriakkan pria itu menggema di udara, yang membuat siapapun yang mendengarnya, akan merinding ketakutan.Namun, hal itu tidak berlaku pada Rambai Kaca, yang seakan meminta hal tersebut benar-benar terjadi terhadap dirinnya.Dengan jurusnya tersebut, Reban Giring melepaskan semua tenaga yang dia miliki berharap ia dapat mengenai pemuda itu tepat sasaran.Wush.Tebasan itu di lepaskan ketika jarak mereka tingg
Di sisi lain, Pramudita yang saat ini telah berhasil membunuh semua sosok hasrat berukuran besar, sempat terdiam beberapa detik, ketika ia melihat dari kejauhan langit berubah warna menjadi hitam pekat.Tidak hanya itu, dari sumber cahaya kehitaman tersebut, sempat terjadi kilatan petir di ikuti dengan beberapa ledakan yang mengguncang area tersebut.Dari sana, dia dapat menebak, jika saat ini terdapat seseorang yang sedang bertarung di tempat itu, akan tetapi ia bahkan telah menebak jika serangan beberapa saat yang lalu di akibatkan olah anaknya sendiri.“Rambai Kaca, apa yang sedang terjadi?” gumamnya bertanya.Namun pada yang sama, dia mulai menyadari jika dari cahaya berwarna hitam pekat itu, tidak lain ialah kekuatan yang di timbulkan dari kegelapan.Saat ini, Pramudita dapat menebak, jika Rambai Kaca tengah bertarung dengan sosok yang tidak lain ialah Reban Giring.Anggapan itu di landasi oleh tindakan yang telah di lakukan Reban Giring sebelumnya, ketika memulai pertempuran yan
Pedang Bayangan...." Satu jurus tersebut melesat, dengan terbentuk nya beberapa pedang bayangan yang melesat kearah sosok hasrat. Bom. Ledakan terjadi cukup besar, ketika jurus yang di lepaskan Pramudita berhasil mengenai musuh. Ya, satu serangan tersebut berhasil membunuh setidaknya, tiga atau lebih sosok hasrat yang berukuran besar. Tentu hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh siapapun, selain Maha Sepuh Pramudita. Jabatan yang pantang bagi seseorang dengan kemampuan sangat tinggi. "Berakhir sudah."Di sisi lain, saat ini tengah terjadi gejolak batin yang mendalam bagi seorang pria ketika tengah merasa sangat kehilangan akan kehadiran sosok seorang adik. Isak tangis tidak dapat terbendung, ketika ia berusaha untuk menghampiri adiknya tersebut.Dengan langkah yang tertatih ia berusaha sekuat tenaga, tetapi langkah yang ia lakukan, bahkan tidak sebanding dengan jumlah tenaga yang dia keluarka"Adik...""Bertahanlah!"Langkah demi langkah berhasil membuatnya tiba di tempat ya
Tubuh Reban Giring saat ini, tengah terdorong mundur akibat mendapat serangan tak terduga oleh Rambai, yang menyerang lehernya.Beberapa pohon bahkan telah tumbang dibuatnya, akibat bertabrakan dengan tubuh pria tua itu, sementara Rambai Kaca masih melakukan gerakan mendorong dengan tangan yang mencekik leher pria tua tersebut.Tidak banyak yang dapat pria itu lakukan, selain berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman jurus yang telah Rambai Kaca berikan. Brak. Brak. Beberapa pohon kembali tumbang, sementara mereka melesat dengan cepat, yang pada akhirnya gerakan tersebut berhenti ketika Rambai Kaca merasa cukup terhadap aksinya. "Bocah sialan!" "Kau bebas untuk berkata sesuka hatimu." timpal Rambai Kaca."Hiat.!"Kerahkan semua kemampuan yang kau miliki, Bocah!" Dalam keadaan ini, Reban Giring sempat menggigitkan kedua rahangnya, untuk bersiap menerima serangan dari Rambai Kaca, ketika telah mencapai titik dimana pemuda ini akan melepaskan tekanan tenaga dalam yang tinggi.
Melihat Eruh Limpa dan Nagin Arum yang sudah tidak berdaya, Reban Giring berniat untuk segera mengakhiri nyawa kedua orang tersebut. Perlahan pria itu mendekati Nagin Arum yang terlihat masih berusaha untuk meraih tangan kakaknya, akan tetapi bergerakan wanita itu terpaksa berhenti, ketika Reban Giring menginjak tangannya. Tidak hanya itu, saat ini, Reban Giring sedang menekan kakinya dengan cukup kuat, sehingga membuat Nagin Arum berteriak. "Aggrr..!" Rasa sakit tiada tara sedang di rasakan oleh Nagin Arum yang berusaha untuk melepaskan tangannya dari injakkan kaki Reban Giring saat ini. Melihat hal tersebut, Eruh Limpa hanya bisa memaki pria itu, lalu mengutuknya beberapa kali dengan melampiaskan rasa amarahnya menggunakan kata-kata. Namun sayang, hal tersebut bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh Reban Giring dengan tetap melakukan aksinya, seakan sedang menikmati rasa sakit yang dialami oleh wanita tersebut. "Ini belum seberapa!" ujarnya, "Setelah ini, akan ku pastik
Kedua kakak beradik tersebut lantas langsung mengejar keberadaan Reban Giring yang sempat mereka lihat tengah terluka. Hal itu menjadi sesuatu yang sangat mereka nantikan, karena menduga jika mereka akan dapat mengalahkan pria itu dengan cukup mudah. Namun di saat yang sama, salah satu pria juga menyadari kepergian Eruh Limpa dan Nagin Arum, akan tetapi saat ini, pria itu masih sibuk berhadapan dengan musuh yang seakan tidak pernah habis. "Mau kemana mereka pergi?" batinnya bertanya. Saat ini, pemuda yang tidak lain memiliki nama Saka ini, tengah menjadi pusat perhatian, ketika dia menggila dengan jurusnya yang mematikan. Tebasan demi tebasan berhasil membunuh sosok hasrat yang berada di dalam jangkauannya, sehingga hal itu membuat para sepuh sempat merasa kagum atas aksi yang telah dia lakukan. Bukan hanya kagum, bahkan beberapa sepuh, berniat untuk mengangkat menantu pria itu, akan tetapi jika Pramudita mengiyakan tentunya. "Menarik, sungguh menarik!" ujar salah satu Sepuh.
Di sisi lain, Rambai Kaca dan Tabib Nurmanik yang saat ini tengah menyusul rombongan yang berada paling depan, perlahan mulai mendekat kearah pasukan yang tengah bertarung melawan musuh-musuh mereka. Melihat hal tersebut, kedua orang yang baru saja tiba ini, lantas lasung mengambil posisi masing-masing untuk berhadapan dengan para sosok hasrat yang semakin menggila. Dengan beberapa gerakan, Rambai Kaca berhasil membunuh satu sosok hasrat dan menyelamatkan hidup satu orang pasukan mereka yang hampir saja tewas, akibat tidak dapat mempertahankan diri, dari serangan sosok hasrat yang menyerangnya. "Tuan muda, terimakasih!" Mendengar jawaban dari pria itu Rambai Kaca hanya mengangguk satu kali, sebelum dirinya bergegas menuju pasukan paling depan, seakan tidak begitu peduli dengan kondisi yang menimpa orang tersebut. Tampaknya pemuda itu sedang merasakan sesuatu yang buruk akan segera terjadi, sehingga membuat dia bergerak lalu mengeluarkan jurus kilat putih yang membantunya seakan m