Richard’s
Aku melirik Mira sekali lagi saat kami akan memasuki istana. Dia berlaku anggun dan sopan dengan menundukkan kepalanya membalas sapaan hampir semua penjaga. Dia sudah kembali pada dirinya yang biasa.Beberapa saat lalu, wajahnya terlihat pucat, dan seperti kesulitan bernafas, tapi kemudian berubah menjadi semerah tomat. Katakan aku terlalu peka dan besar kepala, tapi, itu semua karena…. aku? Senyuman kecil tersungging di bibirku saat memikirkan hal itu. Bahwa aku bisa membuat Mira merasa seperti itu.Mira memiliki perasaan padaku. Aku tahu itu, dan melihat reaksinya pada saat aku menyentuhnya, dan memintanya untuk bersamaku meskipun tanpa status membuatku yakin bahwa perasaannya bukan hanya sekedar naksir belaka. Dia jatuh cinta padaku. Dan kurangnya pengalaman gadis itu dalam hal ini membuatnya ragu - ragu.Terlebih tawaranku yang tak berperasaan untuk menjalin hubungan tanpa adanya status dengannya, itu semua pasti membuatnya bingung. TRichard baru menurunkanku setelah kami sampai di depan sebuah kamar. Aku tak tahu bedanya kamar ini dengan kamar - kamar lain, karena di mataku, semua pintunya sama. Seharusnya tadi aku menghitung, ini pintu keberapa sejak aku keluar dari dalam lift. Tapi tadi… ah, aku terlalu berfokus pada kedekatanku dengan Richard tadi sehingga akhirnya aku melewatkan banyak hal.Aku harus mengingatnya nanti saat keluar dari sini, batinku penuh tekada. Karena meskipun lorong ini hangat, tetap saja aku tak mau tidur di lorong beralaskan karpet!Richard menempelkan semacam kartu di kuncinya dan pintu itu pun terbuka. Wah, lebih canggih daripada hotel! Gumamku kagum, tapi tentu saja hanya kubisikkan dalam hati.“Kemarilah, Princess.” Katanya padaku. Pintu kamar tersebut sudah terbuka, tapi dia menahann
Richard’sAku menuntun Mira dengan buru - buru, lebih seperti aku menyeretnya kembali ke kamarnya. Aku sangat marah. Aku ingat aku sudah mengisi daftar apa - apa saja yang boleh dimakan dan tak boleh dimakan Mira, termasuk alergi dan juga dietnya. Semua sudah kurangkum dan kumasukkan ke dalam sistem, yang bisa dikases oleh koki kerajaan, penjaga dan pelayan lain. Ini memungkinkan agar mereka semua bisa mengaksesnya informasi tersebut dan tahu tindakan apa yang harus diambil jika mereka bertugas melayani Mira.Kami sudah hampir mencapai lift saat Mira mencengkeram pergelangan tangaku, membuatku menoleh padanya.“Please slow down,” engahnya dengan nafas satu - satu. Meskipun saat ini di tengah musim dingin, tapi istana tetap hangat. Bintik - bintik kecil keringat menghiasi keningnya.
“Jangan lupa menghapus jejakmu di plakat, Cherie.”Aku mengernyitkan dahiku sedikit heran. Kalimat Daddy itu sama dengan apa yang dikatakan Richard padaku tadi pagi. Aku sudah terbiasa dengan Richard yang mengaturku untuk tak begini dan tak begitu tentang hal - hal yang berkaitan dengan keamanan. tapi Daddy?Tentu saja aku tau Daddy juga mengkhawatirkan keselamatanku, tapi sejelas ini? Pasti ada sesuatu yang terjadi di istana dan itu mengganggu Daddy. Aku hanya tak tahu apa. Aku memang pintar, tapi otakku tak cukup kuat untuk bermain detektif - detektifan seperti ini. Lebih baik aku menyerah saja.Aku dan Daddy berkalan menuju meja teh yang berada di depan salah satu dari tinga jendela besar yang ada di salah satu kamar ini. Kami duduk di sana. Tak perlu memanggil maid untuk menyiapkan teh ataupun kue un
“What? Kenapa harus kau?!”“Kenapa tak boleh?!”“Bisakah kalian tak bertengkar? Ini membuatku pusing!”Mereka berdua langsung diam mendengar kalimatku. Syukurlah. Dansa mereka bilang? Apa masih ada pesta dansa di jaman sekarang ini? Bukankah saat ada acara kerajaan, orang - orang kerajaan tak lagi berdansa sendiri? Mereka kan bisa sewa! Kesannya kurang ajar sekali meminta keluarga istana menari sendiri. Serius? Seharus itu? Ini membuatku pusing.Dan mereka malah bertengkar di depanku. Tentu saja itu membuatku semakin pusing! Dari peripheral mataku, aku bisa melihat JJ menatap Richard dengan tatapan penuh kemenangan. Seolah - olah dia yakin dia lah yang akan aku pilih menjadi partner berdansa.JJ… tampan, kharismatik, memperlakukanku dengan baik juga. Namun ada saatnya aku merasa bahwa itu bukan dia yang sebenarnya. Itu yang membuatku selalu merasa tak nyaman dan was - was saat berada dengannya.
Richard'sAku berdiri tegap dengan kedua tangan di belakang punggung. Posisi siaga. Padahal aku tak pernah begini di depan Mira. Hanya saja, di tempat ini, aku tidak bisa seenaknya. Harus selalu mematuhi protokol. Berdiri sempurna, duduk sempurna, cara jalan yang sempurna.Aku tidak pernah keberatan. Dari kecil aku terlatih untuk ini. Menjadi pengawal Elite istana adalah impianku. Aku ingin mengabdi pada kerajaan. Role modelku, tentu saja Ayahku sendiri.Dari sini, aku melihat dengan jelas apa yang dilakukan dua orang yang sedang berada di tengah aula sana; Mira dan Pak Tua sedang berdansa. Gadis itu beberapa kali tertawa riang dengan Ayahnya. Suaranya yang merdu menggema manis memenuhi aula kecil ini. Dia terlihat bercakap - cakap dengan Ayahnya tentang hal - hal yang menyenangkan, dan membuatnya bahagi
Aku tak tahu apa yang merasukiku sehingga berani mengambil langkah ini. Di saat biasa, tentu saja aku tak akan mau mengambil inisiatif untuk memeluk Richard atau memintanya memelukku. No, never!Hal sederhana seperti itu hanya akan membuat jantungku berdetak cepat tak terkendali dan malah membuat dadaku sakit. Hampir tak ada bedanya dengan bunuh diri.Namun sekarang… entahlah, banyak yang bilang aku melakukan semua training ini dengan baik; tak membantah dan cepat belajar. Richard, Daddy, Corrine yang beberapa kali mampir untuk menjengukku dan juga Tante Milgueta yang selalu menyempatkan waktu untuk menemuiku di sini. Semuanya bilang seperti itu.Namun aku sama sekali tidak merasa bangga pada diriku sendiri. Alih - alih, aku merasa kosong dan hampa.Aku mengeratkan lenganku yang melingkar di pinggang ramping Richard saat aku merasakan pria itu membalas pelukanku dengan hangat. Aku butuh dikuatkan, dan salah satu caranya, mungkin seperti
“Madame Marceu, bisakah Anda membantu saya untuk mengambilkan sesuatu? Em… Menstrual Pads. Merci.”Ternyata semua perasaan tak enak yang aku rasakan sepanjang hari ini adalah perubahan hormon karena aku mau datang bulan. Astaga, aku lupa kalau manusia berjenis kelamin perempuan harus mengalami ini setiap bulannya. Hanya karena aku tak mengalaminya setiap bulan, bukan berarti aku tak mengalaminya.Serius, aku hampir melupakan fenomena itu hanya karena aku sudah terlalu lama tak mendapatkan tamu bulananku. Jika tak salah ingat, terakhir kalinya adalah saat kami berada di Ardennes. Dan ini sudah berganti tahun, yang berarti sudah setengah tahun lebih aku tak mendapatkan menstruasiku. Tentu saja aku tak khawatir, karena penyakitku, fenomena ini normal untuk tubuhku. Dulu sebelum operasi, aku biasa tak mendapatkan menstruasiku selama dua hin
Kalimat Madame Marceu tempo hari masih juga menggangguku. Padahal, sudah dua hari berlalu sejak saat itu. Selama itu juga aku terkurung di dalam kamar dan tak ada kegiatan dan kelas bersama JJ.Madame Marceu mengabari kemarin bahwa kelas bersama JJ akan dilanjutkan kembali saat kondisiku sudah membaik. Agak berlebihan, padahal aku sama sekali tidak sedang sakit. Ini kan hanya perubahan hormon bulanan yang lazim dialami oleh perempuan. Namun aku tak akan membantah tambahan libur yang seperti rejeki nomplok ini. Kepalaku sedang tidak dalam kondisi yang bagus untuk berpikir jernih dan menerima instruksi dengan kepala dingin.Ya, penyebabnya adalah… Richard. Dan kalimat Madame Marceu tentang hubungan pria itu dengan Lyn."Mademoiselle, makan siang Anda sudah siap. Silakan disantap selagi hangat."
Kali ke dua aku naik pesawat. Aku gugup, dan terus menerus ke toilet sejak tadi. Ada satu penjaga yang mengawalku sampai aku boarding nanti. Namun aku menolak untuk terus diikuti sampai Indonesia.Di sini aku memang keluarga kerajaan, tapi di sana aku bukan siapa-siapa. Untunglah Daddy mau mengerti hal ini. Aku sedang menunggu panggilan untuk boarding. Dan lagi-lagi, aku teringat akan alasanku pergi."Stop, Mira. Terima saja. Cinta pertamamu tak berjalan lancar. Kau harus melupakannya."Aku menarik satu kali nafas panjang tepat saat panggilan pertama pesawat yang akan membawaku ke Indonesia terdengar. Aku dan beberapa penumpang pesawat lainnya mengantri untuk verifikasi terakhir sebelum masuk pesawat dan masuk dengan tertib.Tak seperti penerbanganku sebelumn
Granny melarangku untuk berpikir pergi dari sini adalah yang terbaik. Bahkan setelah dua hari berlalu. Dia ingin aku kuat, dan dia meyakinkan bahwa semua yang ada di sini keluargaku. Bahwa aku tak sendirian di sini."Kita bisa mengganti pengawalmu jika kau tak ingin bertemu dengan Richard. Tapi aku tak setuju jika kau pergi meninggalkan kami. Semua keributan ini akhirnya berakhir, dan kita bisa hidup dengan tenang bersama, kenapa kau malah memikirkan untuk pergi?"Dari situ aku sadar, Granny benar. Bagi semua orang, ini adalah kemenangan. Hanya aku yang merasa kalah dalam hal ini, dan itu karena Richard. Aku merasa buruk setelah mendengar hal itu."Maaf, aku jadi egois."Granny Louisa menggeleng. "Kau memang tak bisa kembali ke sana, tapi kau bisa berkunjung sebent
Richard'sAku menonton berita di televisi dengan tatapan puas. Phillip, ibunya, JJ, Cedric dan anak buahnya yang terbukti membelot sudah diringkus. Pengadilan kasus mereka memang belum ditetapkan kapan, namun, mereka tak akan lepas dari sanksi sosial kali ini. Dulu, Pak Tua terlalu baik hati untuk mengumumkan perbuatan mereka pada media. Namun sekarang tidak lagi."Makanlah dulu. Kau memang sudah tampak sehat, tapi kau masih perlu banyak waktu dan asupan bagus untuk memulihkan tenagamu."Aku mendongak menatap gadis yang beberapa hari terakhir menemaniku di sini. Dia gesit dan telaten mengurusku. Itu hal yang bagus, bukan? Saat terbaring tak berdaya, ada seseorang yang tulus mengurusmu.Betapa beruntungnya diriku?"Lyn.."
Aku meninggalkan Corrine berdua dengan Abe Villich di balkon rumah sakit agar mereka saling berbicara. Semoga saja keputusanku tak salah. Aku sedikit khawatir karena Corrine terlihat amat pucat dan kaget saat melihat Abe ada di sana. Pria itu pasti mengikuti kami tadi saat keluar untuk berbicara.Aku masih berada di balik pintu balkon selama beberapa saat, hanya untuk memastikan bahwa Corrine baik-baik saja. Sungguh. Aku tak berniat menguping. Aku masih ingat apa yang dilakukan Abe pada Corrine dulu hingga membuat Corrine yang biasanya ceria menjadi amat pendiam dan tertekan."Katakan, Corry. Apa yang mereka katakan tentangmu sehingga kau ikut tanpa perlawanan seperti itu." Suara Abe dingin dan tegas. Bahkan aku yang bukan lawan bicaranya saja berjengit, apalagi Corrine.Aku bisa mendengar suara tangis saat ak
“Tak bisakah kita sedikit lebih cepat?” Aku memajukan tubuhku untuk berbicara pada supir dengan nada tak sabar.“Cherie…”Kurasakan tangan Daddy menggengam tanganku dan meremasnya pelan. Mungkin menegur, atau mungkin juga sekedar menguatkanku karena kejadian-kejadian yang terjadi hari ini. Aku hanya menatapnya dengan tatapan putus asa. Namun aku kembali ke kursiku dan duduk dengan rapi. Mencoba untuk tenang meskipun rasanya sudah tak karuan lagi di dalam diriku.Tiga jam lalu kami dihubungi oleh Corrine yang berbicara dengan sangat cepat dan nyaris tak jelas tentang jangan pulang ke istana dan pergi ke tempat lain karena istana tak aman. Dia tak menjelaskan lebih jauh dan hanya terus mengulang kalimat itu. Kami baru saja sampai di istana, namun kami tak masuk dan langsung melanjutkan k
Richard’sPolisi dan pasukan tambahan datang tepat waktu untuk menyelamatkan kami. Seperti dugaanku, ada beberapa orang dari pasukan Cedric yang membelot dan berkhianat dengan pria itu. Hal itu membuat pasukan yang kubawa menjadi kalang kabut dan kami sempat terpukul mundur karena bingung siapa lawan dan kawan di sini.Untungnya, polisi ada yang membawa senapan paintball sehingga kami bisa menandai siapa saja yang berkhianat dengan peluru cat merah di punggungnya. Ini membantu kami mengidentifikasi siapa yang berada di tim kami dan tim lawan.Corrine sempat di bawa ke ruangan lain oleh Phillip, tapi aku berhasil mengejarnya setelah menumbangkan Cedric dengan mematahkan bahunya.“Sorry, Pal, tapi kau pantas mendapatkannya. Ibi bahkan tak setimpal dengan
Aku terbelalak tak mempercayai mataku. Di depan kami, muncul dua orang yang sama sekali tak kuduga akan kutemui di sini. Mereka yang menjadi dalang penculikan Corrine? Kenapa?!“Cedric? JJ?” Aku mengucap dengan nada tak percaya. “Why?! Kenapa kalian melakukan ini?”“Apakah itu belum jelas, mademoiselle?”JJ menjawab sembari berjalan melenggang mendekat pada Putra Mahkota… bukan. Richard memanggilnya Phillip, karena dia sudah bukan lagi Putra Mahkota. JJ mendekat pada Phillip dan mereka mulai menempelkan tubuh mereka satu sama lain. Pemandangan yang langsung membuatku mual! Rupanya JJ adalah partner sesama jenis Phillip?! Bukankah…“Oh, maafkan, kami terlalu larut dalam dunia kami yang penuh cinta. JJ. Kekasih
Richard’s“Akhirnya kalian datang juga. Aku terkesan.”“Kau…”“Apa maksudnya ini?!”Pertanyaan Mira dan pak Tua saling bersahutan saat melihat pemilik rumah yang dan sandera yang mereka cari sedang duduk sambil bermain catur di ruang baca. Aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjuku erat. Mencoba menahan amarahku yang meperti mengancam ingin menelanku bulat-bulat.Aku sudah memiliki kecurigaan sejak menemukan lokasi di mana Corrine berada. Tak banyak yang tahu bahwa rumah ini bukan lagi milik Abe Villich. Namun aku dan Cedric adalah sedikit di antara orang-orang yang tahu bahwa sejak Arlaine meninggal. Rumah ini dibeli oleh Abe Villich sebagai hadiah pernikahan untuk Arlaine
Granny Louisa menangis tersedu mendengar cerita tentang Corrine dariku.Pada akhirnya, aku tak punya pilihan untuk tidak mengatakannya. Lagi pula, mengenai hal ini, aku juga butuh berdiskusi tentang beberapa hal. Tentang apa peranku di sini. Aku sama sekali tak tahu apa yang harus kulakukan jika penjahatnya benar-benar tertangkap. Atau bagaimana caranya agar penjahatnya tertangkap dan Corrine kembali pada kami dengan selamat.Betul kata Daddy. Aku tak tahu apa yang seharusnya kulakukan di saat seperti ini. Betul kata Madame Villich, aku hanya boneka di sini yang tak akan bisa menggantikan posisi siapa pun. Aku muncul hanya karena panggung terlalu sepi."Richard sedang mencarinya, Granny. Aku yakin dia pasti akan berusaha dengan seksama dan membawa Corrine pulang dengan selamat."