Richard's
Aku berdiri tegap dengan kedua tangan di belakang punggung. Posisi siaga. Padahal aku tak pernah begini di depan Mira. Hanya saja, di tempat ini, aku tidak bisa seenaknya. Harus selalu mematuhi protokol. Berdiri sempurna, duduk sempurna, cara jalan yang sempurna.
Aku tidak pernah keberatan. Dari kecil aku terlatih untuk ini. Menjadi pengawal Elite istana adalah impianku. Aku ingin mengabdi pada kerajaan. Role modelku, tentu saja Ayahku sendiri.
Dari sini, aku melihat dengan jelas apa yang dilakukan dua orang yang sedang berada di tengah aula sana; Mira dan Pak Tua sedang berdansa. Gadis itu beberapa kali tertawa riang dengan Ayahnya. Suaranya yang merdu menggema manis memenuhi aula kecil ini. Dia terlihat bercakap - cakap dengan Ayahnya tentang hal - hal yang menyenangkan, dan membuatnya bahagi
Aku tak tahu apa yang merasukiku sehingga berani mengambil langkah ini. Di saat biasa, tentu saja aku tak akan mau mengambil inisiatif untuk memeluk Richard atau memintanya memelukku. No, never!Hal sederhana seperti itu hanya akan membuat jantungku berdetak cepat tak terkendali dan malah membuat dadaku sakit. Hampir tak ada bedanya dengan bunuh diri.Namun sekarang… entahlah, banyak yang bilang aku melakukan semua training ini dengan baik; tak membantah dan cepat belajar. Richard, Daddy, Corrine yang beberapa kali mampir untuk menjengukku dan juga Tante Milgueta yang selalu menyempatkan waktu untuk menemuiku di sini. Semuanya bilang seperti itu.Namun aku sama sekali tidak merasa bangga pada diriku sendiri. Alih - alih, aku merasa kosong dan hampa.Aku mengeratkan lenganku yang melingkar di pinggang ramping Richard saat aku merasakan pria itu membalas pelukanku dengan hangat. Aku butuh dikuatkan, dan salah satu caranya, mungkin seperti
“Madame Marceu, bisakah Anda membantu saya untuk mengambilkan sesuatu? Em… Menstrual Pads. Merci.”Ternyata semua perasaan tak enak yang aku rasakan sepanjang hari ini adalah perubahan hormon karena aku mau datang bulan. Astaga, aku lupa kalau manusia berjenis kelamin perempuan harus mengalami ini setiap bulannya. Hanya karena aku tak mengalaminya setiap bulan, bukan berarti aku tak mengalaminya.Serius, aku hampir melupakan fenomena itu hanya karena aku sudah terlalu lama tak mendapatkan tamu bulananku. Jika tak salah ingat, terakhir kalinya adalah saat kami berada di Ardennes. Dan ini sudah berganti tahun, yang berarti sudah setengah tahun lebih aku tak mendapatkan menstruasiku. Tentu saja aku tak khawatir, karena penyakitku, fenomena ini normal untuk tubuhku. Dulu sebelum operasi, aku biasa tak mendapatkan menstruasiku selama dua hin
Kalimat Madame Marceu tempo hari masih juga menggangguku. Padahal, sudah dua hari berlalu sejak saat itu. Selama itu juga aku terkurung di dalam kamar dan tak ada kegiatan dan kelas bersama JJ.Madame Marceu mengabari kemarin bahwa kelas bersama JJ akan dilanjutkan kembali saat kondisiku sudah membaik. Agak berlebihan, padahal aku sama sekali tidak sedang sakit. Ini kan hanya perubahan hormon bulanan yang lazim dialami oleh perempuan. Namun aku tak akan membantah tambahan libur yang seperti rejeki nomplok ini. Kepalaku sedang tidak dalam kondisi yang bagus untuk berpikir jernih dan menerima instruksi dengan kepala dingin.Ya, penyebabnya adalah… Richard. Dan kalimat Madame Marceu tentang hubungan pria itu dengan Lyn."Mademoiselle, makan siang Anda sudah siap. Silakan disantap selagi hangat."
Sambil membekap mulut, aku merapatkan tubuhku ke tembok. Mataku terbelalak tak percaya dengan apa yang aku dengar; Abe Villich dan Corrine?!Tak heran suara pria tersebut begitu familiar! Sekarang aku ingat Richard pernah bilang kalau Corrine sebenarnya menyukai Abe Villich sejak lama. Namun menyerah karena pria itu lebih memilih Arlaine daripada dirinya.Melihat apa yang baru saja mereka lakukan, apa hubungan mereka sudah mengalami kemajuan? Namun apa yang kudengar barusan sama sekali tidak mengindikasikan sesuatu ke arah sana."Wait. Abe!!"Suara kelotak sepatu pantofel di lantai marmer terhenti. Lalu suara berat yang sekarang aku tau adalah suara Abe Villich kembali terdengar."What? Kau ingin lebih? Aku tak tahu kal
Richard’s“Gerakan Anda sudah jauh lebih luwes daripada pertama kali dulu, Mademoiselle. Anda cepat belajar.”“Merci, JJ.”Tanganku mengepal erat dengan rahang yang terkatup kuat. Pemandangan ini sudah berlangsung selama dua hari berturut - turut. Dan sebanyak apa pun aku memberikan alasan pada gadis mungil yang sedang melangkah anggun mengikuti alunan musik lembut di tengah aula itu, sebanyak itu pula dia mengabaikanku.“Mira… What’s gotten into you,” bisikku tak habis pikir.Aku bertanya - tanya apakah ada yang terjadi padanya selama empat hari terakhir saat aku tak bisa menemaninya di istana? Dalam situasi biasa, tentu Mira tak akan mau berada pada situasi yang intim dan canggung dengan pria lain. JJ sekalipun. Karenanya dulu dia menolak untuk belajar dansa secara langsung dengan JJ dan meminta agar Pak Tua sendiri yang datang dan menemaninya berlatih sampai beberapa kali.Lalu ini? K
Meskipun kabar Granny memang menggangguku, tapi tentu saja itu bukan alasan pertama aku menjadi ketus dan dingin pada Richard.Aku tak ingin merasa seperti ini. Aku bahkan sudah mewanti - wanti diriku sendiri agar tak merasa seperti ini. Namun semua itu bubar tak bersisa saat Richard muncul. Semua pertahanan diri dan sikap anggun yang sudah aku persiapkan lenyap digantikan dengan perasaan merajuk dan dongkol. Iya, aku cemburu.Namun, ironisnya, aku tahu pasti bahwa cemburuku tak berdasar. Pertama, aku dan Richard tak memiliki hubungan personal apa pun. Memang, dia tahu aku menyukainya. Tergila - gila padanya lebih tepatnya, tapi tetap saja, perasaan itu hanya sepihak. Richard tak pernah menerimanya apalagi membalasnya. Yang kedua, alasan utama Richard mengawal Lyn adalah karena perintah dari kerajaan, jadi meskipun Richard tak ingin, dia tetap harus melakukanya. Yang ketiga… kembali ke poin pertama, aku dan dia tak memiliki hubungan apa pun. Kenyataan itu membua
Lagi - lagi hari ini Richard tak muncul. Dia menitipkan pesan pada Madam Marceu bahwa dia akan datang menjemput saat kelasku dengan JJ akan dimulai.Beberapa hari kemarin memang aku yang menghindarinya, lalu apakah sekarang giliran dia yang menghindariku?Luci sekali! Apakah benar kamu dua orang dewasa? Kenapa tingkah kami selayaknya anak - anak begini? Dan apa tadi? Lucu? Apakah luci membuat dada kita tersayat sakit dan membuat mata kita berair seperti ini?!"Anda ingin menggelung rambut anda atai mengepangnya, Mademoiselle?" Madam Marceu bertanya sembari menyisir rambutku yang kini sudah kembali memanjang.Beberapa bulan sudah berlalu sejak operasi mengerikan itu. Saat itu mereka menggunting pendek rambutku karena terus rontok dan jadi kusut tak terawat karena suhu tubuh yang tak stabil. Namun kini rambut yang awalnya hanya sebahu itu sudah hampir setengah punggung."Biarkan digerai saja, bolehkah? Aku sedang ingin merasakan rambutku terurai hari
Saat aku sampai di kamar Daddy, beliau sedang dibantu oleh salah satu maid untuk memakai jasnya. Sepertinya sudah siap untuk memulai hari. Di kursi yang tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri, Ada Cedric yang duduk di depan laptop dan sedang mengetik sesuatu. Dia menoleh dan mengangguk saat aku masuk.“Cherie! Oh, kemarilah. Biarkan pria tua ini memelukmu sejenak. Tu me manques. Aku merindukanmu.” Daddy berseru, membuatku mengembangkan senyumku dan melangkah mendekat padanya untuk dipeluk. Sejenak melupakan Richard dan Lyn yang barusan aku lihat dalam perjalananku ke sini. “Apa kabarmu? Apakah hanya perasaanku saja atau kau semakin kurus?”Aku terkekeh membalas pelukannya. “Dad, jangan menghinaku. Aku naik tiga kilo sejak masuk istana. Jika Madam Marceu mendengarmu, dia pasti tak akan senang.” Kami berdua tertawa kecil. “Daddy akan pergi lagi keluar istana hari ini?” tanyaku sedikit berbasa - basi.Daripada aku yang semakin mengurus, Daddy terlihat tak begitu baik. Dia jelas terlihat
Kali ke dua aku naik pesawat. Aku gugup, dan terus menerus ke toilet sejak tadi. Ada satu penjaga yang mengawalku sampai aku boarding nanti. Namun aku menolak untuk terus diikuti sampai Indonesia.Di sini aku memang keluarga kerajaan, tapi di sana aku bukan siapa-siapa. Untunglah Daddy mau mengerti hal ini. Aku sedang menunggu panggilan untuk boarding. Dan lagi-lagi, aku teringat akan alasanku pergi."Stop, Mira. Terima saja. Cinta pertamamu tak berjalan lancar. Kau harus melupakannya."Aku menarik satu kali nafas panjang tepat saat panggilan pertama pesawat yang akan membawaku ke Indonesia terdengar. Aku dan beberapa penumpang pesawat lainnya mengantri untuk verifikasi terakhir sebelum masuk pesawat dan masuk dengan tertib.Tak seperti penerbanganku sebelumn
Granny melarangku untuk berpikir pergi dari sini adalah yang terbaik. Bahkan setelah dua hari berlalu. Dia ingin aku kuat, dan dia meyakinkan bahwa semua yang ada di sini keluargaku. Bahwa aku tak sendirian di sini."Kita bisa mengganti pengawalmu jika kau tak ingin bertemu dengan Richard. Tapi aku tak setuju jika kau pergi meninggalkan kami. Semua keributan ini akhirnya berakhir, dan kita bisa hidup dengan tenang bersama, kenapa kau malah memikirkan untuk pergi?"Dari situ aku sadar, Granny benar. Bagi semua orang, ini adalah kemenangan. Hanya aku yang merasa kalah dalam hal ini, dan itu karena Richard. Aku merasa buruk setelah mendengar hal itu."Maaf, aku jadi egois."Granny Louisa menggeleng. "Kau memang tak bisa kembali ke sana, tapi kau bisa berkunjung sebent
Richard'sAku menonton berita di televisi dengan tatapan puas. Phillip, ibunya, JJ, Cedric dan anak buahnya yang terbukti membelot sudah diringkus. Pengadilan kasus mereka memang belum ditetapkan kapan, namun, mereka tak akan lepas dari sanksi sosial kali ini. Dulu, Pak Tua terlalu baik hati untuk mengumumkan perbuatan mereka pada media. Namun sekarang tidak lagi."Makanlah dulu. Kau memang sudah tampak sehat, tapi kau masih perlu banyak waktu dan asupan bagus untuk memulihkan tenagamu."Aku mendongak menatap gadis yang beberapa hari terakhir menemaniku di sini. Dia gesit dan telaten mengurusku. Itu hal yang bagus, bukan? Saat terbaring tak berdaya, ada seseorang yang tulus mengurusmu.Betapa beruntungnya diriku?"Lyn.."
Aku meninggalkan Corrine berdua dengan Abe Villich di balkon rumah sakit agar mereka saling berbicara. Semoga saja keputusanku tak salah. Aku sedikit khawatir karena Corrine terlihat amat pucat dan kaget saat melihat Abe ada di sana. Pria itu pasti mengikuti kami tadi saat keluar untuk berbicara.Aku masih berada di balik pintu balkon selama beberapa saat, hanya untuk memastikan bahwa Corrine baik-baik saja. Sungguh. Aku tak berniat menguping. Aku masih ingat apa yang dilakukan Abe pada Corrine dulu hingga membuat Corrine yang biasanya ceria menjadi amat pendiam dan tertekan."Katakan, Corry. Apa yang mereka katakan tentangmu sehingga kau ikut tanpa perlawanan seperti itu." Suara Abe dingin dan tegas. Bahkan aku yang bukan lawan bicaranya saja berjengit, apalagi Corrine.Aku bisa mendengar suara tangis saat ak
“Tak bisakah kita sedikit lebih cepat?” Aku memajukan tubuhku untuk berbicara pada supir dengan nada tak sabar.“Cherie…”Kurasakan tangan Daddy menggengam tanganku dan meremasnya pelan. Mungkin menegur, atau mungkin juga sekedar menguatkanku karena kejadian-kejadian yang terjadi hari ini. Aku hanya menatapnya dengan tatapan putus asa. Namun aku kembali ke kursiku dan duduk dengan rapi. Mencoba untuk tenang meskipun rasanya sudah tak karuan lagi di dalam diriku.Tiga jam lalu kami dihubungi oleh Corrine yang berbicara dengan sangat cepat dan nyaris tak jelas tentang jangan pulang ke istana dan pergi ke tempat lain karena istana tak aman. Dia tak menjelaskan lebih jauh dan hanya terus mengulang kalimat itu. Kami baru saja sampai di istana, namun kami tak masuk dan langsung melanjutkan k
Richard’sPolisi dan pasukan tambahan datang tepat waktu untuk menyelamatkan kami. Seperti dugaanku, ada beberapa orang dari pasukan Cedric yang membelot dan berkhianat dengan pria itu. Hal itu membuat pasukan yang kubawa menjadi kalang kabut dan kami sempat terpukul mundur karena bingung siapa lawan dan kawan di sini.Untungnya, polisi ada yang membawa senapan paintball sehingga kami bisa menandai siapa saja yang berkhianat dengan peluru cat merah di punggungnya. Ini membantu kami mengidentifikasi siapa yang berada di tim kami dan tim lawan.Corrine sempat di bawa ke ruangan lain oleh Phillip, tapi aku berhasil mengejarnya setelah menumbangkan Cedric dengan mematahkan bahunya.“Sorry, Pal, tapi kau pantas mendapatkannya. Ibi bahkan tak setimpal dengan
Aku terbelalak tak mempercayai mataku. Di depan kami, muncul dua orang yang sama sekali tak kuduga akan kutemui di sini. Mereka yang menjadi dalang penculikan Corrine? Kenapa?!“Cedric? JJ?” Aku mengucap dengan nada tak percaya. “Why?! Kenapa kalian melakukan ini?”“Apakah itu belum jelas, mademoiselle?”JJ menjawab sembari berjalan melenggang mendekat pada Putra Mahkota… bukan. Richard memanggilnya Phillip, karena dia sudah bukan lagi Putra Mahkota. JJ mendekat pada Phillip dan mereka mulai menempelkan tubuh mereka satu sama lain. Pemandangan yang langsung membuatku mual! Rupanya JJ adalah partner sesama jenis Phillip?! Bukankah…“Oh, maafkan, kami terlalu larut dalam dunia kami yang penuh cinta. JJ. Kekasih
Richard’s“Akhirnya kalian datang juga. Aku terkesan.”“Kau…”“Apa maksudnya ini?!”Pertanyaan Mira dan pak Tua saling bersahutan saat melihat pemilik rumah yang dan sandera yang mereka cari sedang duduk sambil bermain catur di ruang baca. Aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjuku erat. Mencoba menahan amarahku yang meperti mengancam ingin menelanku bulat-bulat.Aku sudah memiliki kecurigaan sejak menemukan lokasi di mana Corrine berada. Tak banyak yang tahu bahwa rumah ini bukan lagi milik Abe Villich. Namun aku dan Cedric adalah sedikit di antara orang-orang yang tahu bahwa sejak Arlaine meninggal. Rumah ini dibeli oleh Abe Villich sebagai hadiah pernikahan untuk Arlaine
Granny Louisa menangis tersedu mendengar cerita tentang Corrine dariku.Pada akhirnya, aku tak punya pilihan untuk tidak mengatakannya. Lagi pula, mengenai hal ini, aku juga butuh berdiskusi tentang beberapa hal. Tentang apa peranku di sini. Aku sama sekali tak tahu apa yang harus kulakukan jika penjahatnya benar-benar tertangkap. Atau bagaimana caranya agar penjahatnya tertangkap dan Corrine kembali pada kami dengan selamat.Betul kata Daddy. Aku tak tahu apa yang seharusnya kulakukan di saat seperti ini. Betul kata Madame Villich, aku hanya boneka di sini yang tak akan bisa menggantikan posisi siapa pun. Aku muncul hanya karena panggung terlalu sepi."Richard sedang mencarinya, Granny. Aku yakin dia pasti akan berusaha dengan seksama dan membawa Corrine pulang dengan selamat."