Ditemani oleh Richard dan Cedric, aku menemui Sekretaris kerajaan untuk membahas agenda Daddy selama satu minggu ke depan.
"Kenapa hanya satu minggu?" Aku menuntut tak terima. Bagaimana kalau ternyata Daddy butuh waktu lebih lama untuk pulih?!
Namun Richard dan Cedric berkeras untuk mencoba satu minggu dulu.
"Pelan-pelan, Mira. Kau perlu membiasakan diri dulu."
"Dengarkan Cedric, Princess. Ini demi kebaikanmu."
Begitulah, dan akhirnya aku mengalah. Sekretaris kerajaan membacakan agenda Daddy selama seminggu ke depan. Aku mengernyitkan kening mendengarnya. Pantas saja Daddy kelelahan! Dua puluh empat jam seolah tak cukup baginya, dan masih garus dituntut untuk berada di semua tempat di sudut negeri di saat bersamaa
“Mira, tunggu!”Aku tak menghiraukan panggilan itu. Sudah dua hari ini aku tak menghiraukan Richard. Biarkan saja. Aku belum ingin menghadapinya. Setelah hari itu, aku kembali ke ruangan di mana aku meninggalkan Cedric dan berkata padanya dengan singkat dengan rahang terkatup rapat,“Kau akan mendampingiku menyelesaikan ini semua sampai Daddy pulih.”Cedric mengerjap bingung. “Bagaimana dengan Richard?”“Dia kubebaskan dari kewajibannya menjagaku.”“Oh… baiklah.”Kemudian aku meminta Madam Marceau untuk melarang Richard masuk ke dalam kamarku. Setelahnya aku mengurung diriku sendiri di kamar hingga keesokan harinya
Hari yang berat! Aku menjatuhkan tubuhku di atas sofa kamarku. Hari - hari terakhir memang berat, namun hari ini kurasakan amat berat sekali. Rapat laporan yang seharusnya berlangsung tadi berubah menjadi mimpi buruk karena semua bangsawan yang hadir di sana tiba-tiba menyerangku. Mempertanyakan kompetensiku dan menuntut agar Daddy hadir di sana. Aku nyaris tak bisa menanganinya. Meskipun Cedric dan Lyn membelaku di sana, serta ada Corrine yang datang terlambat juga berada di sisiku, tetap saja. Semua itu terlalu banyak untuk kulahap sendiri. Rasanya seluruh energi di tubuhku disedot keluar tanpa sisa. Aku bahkan tidak repot - repot melepas mantel yang sudah seharian ini kukenakan. Madam Marceu pasti akan mengomel jika melihatku seperti ini. "Oh, Mademoiselle. Anda seharusnya melepas mantel Anda sehingga An
Richard'sAku terbangun dengan kepala yang berdentam keras dan sekelilingku berputar kencang seolah aku sedang menaiki komidi putar dengan kecepatan tinggi.Aku menggeram saat akhirnya aku berhasil untuk duduk. Mengambil waktu sebentar sebelum membuka mata dan melayangkan pandangan ke sekitar ruangan. Ruangan yang aku yakin akan selalu sama dari hari ke hari.Itu yang kupikirkan, namun hal pertama yang mataku tangkap adalah sesosok punggung mulus dan mungil, dengan rambut hitam tergerai di sekitar kepala yang menoleh ke arah yang berlawanan denganku.Perempuan? Aku? Siapa?!Aku mengernyitkan kening berusaha mengingat teman perempuan berambut hitam yang pernah dekat denganku sampai bisa kuajak naik ke tempat tidur sepert
Aku tetap melakukan tugasku seperti biasa. Aku menengok Daddy setelah sarapan, kemudian dengan ditemani sekretaris kerajaan, aku bertemu orang-orang yang harus kutemui untuk menggantikan Daddy selama Daddy beristirahat.Tentang Corrine, tak ada yang bisa kulakukan. Karena aku sama sekali tak tahu mereka mulai investigasi dari mana dan sudah sampai mana perkembangannya. Semua orang yang kutemui langsung menarik diri agar tak kutanyai tentang hal ini lebih lanjut."Monsieur Berrardi dan pasukannya yang menangani tentang hal ini, Mademoiselle. Saya tak tahu apa, pun. Permisi." Selalu begitu jawaban yang kudapat.Jalan satu-satunya adalah, aku harus bertanya pada Richard. Sesuatu yang tidak mungkin kulakukan saat ini. Aku tak bisa bertemu dengannya. Tidak, aku tak mau! Tak siap! Setelah apa yang terjadi kemarin ma
Richard'sRencanaku adalah merahasiakan ini dari Pak Tua selama mungkin dan menanganinya sampai tuntas dengan beberapa teman sejawat. Kami baru saja berhasil melacak keberadaan Corrine dari lokasi di ponselnya yang tersambung dengan jaringan keamanan istana.Sepertinya Corrine awalnya pergi bersama dengan orang yang dikenalnya karena tak ada tanda-tanda perlawanan sama sekali yang tertinggal di Maison. Namun berakhir dengan diculik. Entah mereka bertemu dengan penculik di tengah jalan, atau temannya mengkhianati Corrine.Kami dianjurkan untuk menginstal aplikasi sederhana yang tak terlalu mencolok pada ponsel kami setelah kasus Mira saat itu. Aplikasi yang berguna untuk mencocokkan jadwal masing-masing sehingga tak perlu rapat dadakan atau semacamnya jika berhalangan. Namun sejatinya aplikasi tersebut ad
Aku membuka dan mengepalkan tanganku beberapa kali. Masih terasa panas menyengat di sana. Namun, itu tak seberapa sakit dengan hatiku yang berdenyut nyeri saat ini. Rasanya, aku bisa menangis kapan saja sekarang.Ini tak bagus, aku membatin kesal. Mencoba menarik dan melepas nafasku dalam beberapa kali untuk mengendalikan emosiku yang tidak stabil."Mademoiselle." Seorang pengawal mendekat padaku dengan takut-takut. Mungkin dia tadi melihat apa yang kulakukan pada Richard.Aku menoleh padanya dengan wajah datar. Menunggu apa yang ingin dia sampaikan padaku."Monsieur Creux, menunggu Anda di depan untuk…" Dia terlihat ragu-ragu untuk melanjutkan. Mungkin karena wajahku yang tetap datar tanpa ekspresi apa pun. Namun, pada akhirnya dia tetap melanjutkan. "Untuk
Granny Louisa menangis tersedu mendengar cerita tentang Corrine dariku.Pada akhirnya, aku tak punya pilihan untuk tidak mengatakannya. Lagi pula, mengenai hal ini, aku juga butuh berdiskusi tentang beberapa hal. Tentang apa peranku di sini. Aku sama sekali tak tahu apa yang harus kulakukan jika penjahatnya benar-benar tertangkap. Atau bagaimana caranya agar penjahatnya tertangkap dan Corrine kembali pada kami dengan selamat.Betul kata Daddy. Aku tak tahu apa yang seharusnya kulakukan di saat seperti ini. Betul kata Madame Villich, aku hanya boneka di sini yang tak akan bisa menggantikan posisi siapa pun. Aku muncul hanya karena panggung terlalu sepi."Richard sedang mencarinya, Granny. Aku yakin dia pasti akan berusaha dengan seksama dan membawa Corrine pulang dengan selamat."
Richard’s“Akhirnya kalian datang juga. Aku terkesan.”“Kau…”“Apa maksudnya ini?!”Pertanyaan Mira dan pak Tua saling bersahutan saat melihat pemilik rumah yang dan sandera yang mereka cari sedang duduk sambil bermain catur di ruang baca. Aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjuku erat. Mencoba menahan amarahku yang meperti mengancam ingin menelanku bulat-bulat.Aku sudah memiliki kecurigaan sejak menemukan lokasi di mana Corrine berada. Tak banyak yang tahu bahwa rumah ini bukan lagi milik Abe Villich. Namun aku dan Cedric adalah sedikit di antara orang-orang yang tahu bahwa sejak Arlaine meninggal. Rumah ini dibeli oleh Abe Villich sebagai hadiah pernikahan untuk Arlaine
Kali ke dua aku naik pesawat. Aku gugup, dan terus menerus ke toilet sejak tadi. Ada satu penjaga yang mengawalku sampai aku boarding nanti. Namun aku menolak untuk terus diikuti sampai Indonesia.Di sini aku memang keluarga kerajaan, tapi di sana aku bukan siapa-siapa. Untunglah Daddy mau mengerti hal ini. Aku sedang menunggu panggilan untuk boarding. Dan lagi-lagi, aku teringat akan alasanku pergi."Stop, Mira. Terima saja. Cinta pertamamu tak berjalan lancar. Kau harus melupakannya."Aku menarik satu kali nafas panjang tepat saat panggilan pertama pesawat yang akan membawaku ke Indonesia terdengar. Aku dan beberapa penumpang pesawat lainnya mengantri untuk verifikasi terakhir sebelum masuk pesawat dan masuk dengan tertib.Tak seperti penerbanganku sebelumn
Granny melarangku untuk berpikir pergi dari sini adalah yang terbaik. Bahkan setelah dua hari berlalu. Dia ingin aku kuat, dan dia meyakinkan bahwa semua yang ada di sini keluargaku. Bahwa aku tak sendirian di sini."Kita bisa mengganti pengawalmu jika kau tak ingin bertemu dengan Richard. Tapi aku tak setuju jika kau pergi meninggalkan kami. Semua keributan ini akhirnya berakhir, dan kita bisa hidup dengan tenang bersama, kenapa kau malah memikirkan untuk pergi?"Dari situ aku sadar, Granny benar. Bagi semua orang, ini adalah kemenangan. Hanya aku yang merasa kalah dalam hal ini, dan itu karena Richard. Aku merasa buruk setelah mendengar hal itu."Maaf, aku jadi egois."Granny Louisa menggeleng. "Kau memang tak bisa kembali ke sana, tapi kau bisa berkunjung sebent
Richard'sAku menonton berita di televisi dengan tatapan puas. Phillip, ibunya, JJ, Cedric dan anak buahnya yang terbukti membelot sudah diringkus. Pengadilan kasus mereka memang belum ditetapkan kapan, namun, mereka tak akan lepas dari sanksi sosial kali ini. Dulu, Pak Tua terlalu baik hati untuk mengumumkan perbuatan mereka pada media. Namun sekarang tidak lagi."Makanlah dulu. Kau memang sudah tampak sehat, tapi kau masih perlu banyak waktu dan asupan bagus untuk memulihkan tenagamu."Aku mendongak menatap gadis yang beberapa hari terakhir menemaniku di sini. Dia gesit dan telaten mengurusku. Itu hal yang bagus, bukan? Saat terbaring tak berdaya, ada seseorang yang tulus mengurusmu.Betapa beruntungnya diriku?"Lyn.."
Aku meninggalkan Corrine berdua dengan Abe Villich di balkon rumah sakit agar mereka saling berbicara. Semoga saja keputusanku tak salah. Aku sedikit khawatir karena Corrine terlihat amat pucat dan kaget saat melihat Abe ada di sana. Pria itu pasti mengikuti kami tadi saat keluar untuk berbicara.Aku masih berada di balik pintu balkon selama beberapa saat, hanya untuk memastikan bahwa Corrine baik-baik saja. Sungguh. Aku tak berniat menguping. Aku masih ingat apa yang dilakukan Abe pada Corrine dulu hingga membuat Corrine yang biasanya ceria menjadi amat pendiam dan tertekan."Katakan, Corry. Apa yang mereka katakan tentangmu sehingga kau ikut tanpa perlawanan seperti itu." Suara Abe dingin dan tegas. Bahkan aku yang bukan lawan bicaranya saja berjengit, apalagi Corrine.Aku bisa mendengar suara tangis saat ak
“Tak bisakah kita sedikit lebih cepat?” Aku memajukan tubuhku untuk berbicara pada supir dengan nada tak sabar.“Cherie…”Kurasakan tangan Daddy menggengam tanganku dan meremasnya pelan. Mungkin menegur, atau mungkin juga sekedar menguatkanku karena kejadian-kejadian yang terjadi hari ini. Aku hanya menatapnya dengan tatapan putus asa. Namun aku kembali ke kursiku dan duduk dengan rapi. Mencoba untuk tenang meskipun rasanya sudah tak karuan lagi di dalam diriku.Tiga jam lalu kami dihubungi oleh Corrine yang berbicara dengan sangat cepat dan nyaris tak jelas tentang jangan pulang ke istana dan pergi ke tempat lain karena istana tak aman. Dia tak menjelaskan lebih jauh dan hanya terus mengulang kalimat itu. Kami baru saja sampai di istana, namun kami tak masuk dan langsung melanjutkan k
Richard’sPolisi dan pasukan tambahan datang tepat waktu untuk menyelamatkan kami. Seperti dugaanku, ada beberapa orang dari pasukan Cedric yang membelot dan berkhianat dengan pria itu. Hal itu membuat pasukan yang kubawa menjadi kalang kabut dan kami sempat terpukul mundur karena bingung siapa lawan dan kawan di sini.Untungnya, polisi ada yang membawa senapan paintball sehingga kami bisa menandai siapa saja yang berkhianat dengan peluru cat merah di punggungnya. Ini membantu kami mengidentifikasi siapa yang berada di tim kami dan tim lawan.Corrine sempat di bawa ke ruangan lain oleh Phillip, tapi aku berhasil mengejarnya setelah menumbangkan Cedric dengan mematahkan bahunya.“Sorry, Pal, tapi kau pantas mendapatkannya. Ibi bahkan tak setimpal dengan
Aku terbelalak tak mempercayai mataku. Di depan kami, muncul dua orang yang sama sekali tak kuduga akan kutemui di sini. Mereka yang menjadi dalang penculikan Corrine? Kenapa?!“Cedric? JJ?” Aku mengucap dengan nada tak percaya. “Why?! Kenapa kalian melakukan ini?”“Apakah itu belum jelas, mademoiselle?”JJ menjawab sembari berjalan melenggang mendekat pada Putra Mahkota… bukan. Richard memanggilnya Phillip, karena dia sudah bukan lagi Putra Mahkota. JJ mendekat pada Phillip dan mereka mulai menempelkan tubuh mereka satu sama lain. Pemandangan yang langsung membuatku mual! Rupanya JJ adalah partner sesama jenis Phillip?! Bukankah…“Oh, maafkan, kami terlalu larut dalam dunia kami yang penuh cinta. JJ. Kekasih
Richard’s“Akhirnya kalian datang juga. Aku terkesan.”“Kau…”“Apa maksudnya ini?!”Pertanyaan Mira dan pak Tua saling bersahutan saat melihat pemilik rumah yang dan sandera yang mereka cari sedang duduk sambil bermain catur di ruang baca. Aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjuku erat. Mencoba menahan amarahku yang meperti mengancam ingin menelanku bulat-bulat.Aku sudah memiliki kecurigaan sejak menemukan lokasi di mana Corrine berada. Tak banyak yang tahu bahwa rumah ini bukan lagi milik Abe Villich. Namun aku dan Cedric adalah sedikit di antara orang-orang yang tahu bahwa sejak Arlaine meninggal. Rumah ini dibeli oleh Abe Villich sebagai hadiah pernikahan untuk Arlaine
Granny Louisa menangis tersedu mendengar cerita tentang Corrine dariku.Pada akhirnya, aku tak punya pilihan untuk tidak mengatakannya. Lagi pula, mengenai hal ini, aku juga butuh berdiskusi tentang beberapa hal. Tentang apa peranku di sini. Aku sama sekali tak tahu apa yang harus kulakukan jika penjahatnya benar-benar tertangkap. Atau bagaimana caranya agar penjahatnya tertangkap dan Corrine kembali pada kami dengan selamat.Betul kata Daddy. Aku tak tahu apa yang seharusnya kulakukan di saat seperti ini. Betul kata Madame Villich, aku hanya boneka di sini yang tak akan bisa menggantikan posisi siapa pun. Aku muncul hanya karena panggung terlalu sepi."Richard sedang mencarinya, Granny. Aku yakin dia pasti akan berusaha dengan seksama dan membawa Corrine pulang dengan selamat."