Aku bangun terlambat pagi ini. Wajar saja, semalam aku tidur menjelang subuh. Wajahku seketika memerah saat mengingat apa yang terjadi semalam.“Dieu, apa yang kulakukan.” Memang terdengar seperti kalimat penyesalan, tapi apa yang tergambar di wajahku adalah kebalikannya. Rona bahagia dan mata yang berninar ini sama sekali bukan ekspresi dari orang yang sedang menyesal.Madam Marceu belum masuk ke kamarku. Aku bangun sendiri dan bersiap sendiri kali ini. Bukan masalah besar. Aku tak memiliki jadwal apa pun hari ini sampai nanti sore, yang merupakan evaluasi dari acara minum teh yang kuhadiri kemarin.Aku menyisir rambutku ke belakang dan membiarkannya tergerai. Akhir-akhir ini, gaya rambut seperti ini yang aku suka. Jadi aku membiarkannya seperti ini. Setelah selesai bersiap dan yakin aku cukup ‘layak’ untuk keluar dari kamar, aku beranjak keluar dari kamarku. “Aneh, kenapa Madam Marceu belum kemari? Biasanya jilka aku belum bangun sampai jam segini, dia akan membangunkanku dan memba
***Jamuan yang dimaksud oleh Madam Marceu ternyata adalah jamuan dari partai perdana menteri. Aku tak tahu banyak tentang politik. Juga tak tertarik untuk memperdalamnya. Yang aku tahu adalah, untuk menjadi warga negara yang baik, cukup kita melaksanakan kewajiban kita sebagaimana mestinya warga negara. Mama yang mengajarkan hal itu padaku. Sebagai hasilnya, aku tak pernah mau terlibat dalam ruang lingkup organisasi maupun badan apa pun selama hidupku.Dan yang tak kutahu karena ketakmauanku mencari tahu adalah, bahwa perdana menteri berasal dari partai oposisi yang kedudukannya cukup diperhitungkan oleh kerajaan. Mereka adalah orang - orang yang pro dengan kudeta dan pemberontakan, serta gebrakan yang terlalu ekstrim tanpa memikirkan konsekuensinya. Dan baru aku tahu juga bahwa Putra Mahkota terdahulu dan sepupu Madame Villich yang dikenal cukup ambisius ingin naik tahta kerajaan adalah beberapa orang yang tergabung dalam partai tersebut.Aku juga baru tahu da
Richard’s Aku berlari mengejar Mira yang sudah melesat pergi menuju bangunan utama istana setelah mendengar kabar yang dibawa Cedric. Pak Tua collapsed. Ini bukan kabar yang baik. Fisik Pak Tua selalu dalam keadaan yang prima. Pria itu mungkin memang cacat secara fisik, tapi ketahanan fisiknya luar biasa. Dan sekarang collapse. Kelelahan kah? Atau karena apa? Mira sudah sampai di depan pintu kamar Pak Tua dan bersiap mendorongnya. Aku memelankan laju lariku menjadi hanya berjalan saat memasuki kamar Pak Tua. Aku menoleh saat Cedric juga sampai di sana. Aku tak memperhatikan apa pun lagi setelah aku mengejar Mira. Apakah yang di ruangan tersebut ikut mengejar kami, atau tidak. Lagipula, tak ada bedanya bagiku. Mira berlutut di samping ranjang di mana Pak Tua kini berbaring. Matanya terpejam dan dadanya masih bergerak naik turun meskipun pelan, menandakan bahwa dia masih bernafas. Masih hidup. Di tepi ranjang yang lain, Dokter Giussep masi
“Kelelahan. Over fatigue. Serangan ini sebenarnya adalah hal bagus, karena ini menyelamatkannya dari serangan yang lebih parah.” “Lebih parah?” Mira bertanya dengan suara kecil. Menyela penjelasan dokter Giusseph. Dokter tua itu mengangguk. “Dia bisa saja terkena serangan jantung, dan akan kecil kemungkinannya untuk menyelamatkannya.” Aku menoleh ke samping saat mendengar suara kesiap kecil namun jelas. Mira. Wajahnya sudah pucat tak berwarna. Namun dia tak menangis. Saat ini, kami semua sudah berkumpul di kamar Pak Tua. Aku, Cedric, Mira, Corrine, Milguetta dan ada satu orang lagi yang merupakan sekretaris kerajaan. Seseorang peninggalan ratu terdahulu yang dibiarkan Pak Tua tetap berada di sekitarnya untuk membantu Cedric. “Lalu… lalu bagaimana…” Dokter Guisseph mengangguk pada pertanyaan Milguitta. Meskipun statusnya bukan adik kandung dan hanya adik ipar, tapi bagi keluarga Giusseph, Milguetta sudah seperti keluarga sendiri. Madame Louisa juga sudah menganggap perempuan itu
Richard pulang ke istana dengan dengan wajah gusar dan terlihat capek sekali. Pun dengan Cedric saat dia kembali ke kamar Daddy. “Corrine dan Tante Milguetta?” Aku bertanya pada keduanya saat tak melihat Ibu dan Anak itu masuk mengikuti Cedric saat dia selesai. “Corrine langsung pulang. Dia bilang dia kecapean. Hari ini memang sedikit gila karena Perdana Menteri dan rombongannya sepertinya tahu tentang keadaan Monsieur Gouirelle saat ini. Dan mereka memanfaatkan itu untuk menuntut banyak hal yang tak masuk akal.” “Maksudmu menuntut agar Daddy turun dari tahta dan membiarkan parlemen serta dewan yang memutuskan penggantinya?” Cedric tergagap karena jawabanku. Sementara Richard hanya diam sambil menatapku tajam. Mungkin mereka tak menyangka bahwa aku tahu satu dua hal tentang politik di sini. AKu sudah belajar banyak dari banyak hal di sekitarku. Secara pribadi, aku tak keberatan mundur dari semua ini. Kehidupan ini terlalu sureal buatku. Tujuanku ke sini adalah agar bisa bertemu de
“Karena mereka tak mau keturunan asli Raja yang memegang tahta kerajaan. Mereka ingin menguasi negeri ini.” Aku mengernyit. Ya, aku tau. Kudeta selalu seperti itu. Namun pertanyaanku sebenarnya lebih kepada, “Siapa mereka?” “Ratu dan orang-orang yang mendukungnya untuk naik tahta dulu dengan menikahi Raja sebelumnya.” Ini semakin membingungkan. “Tapi mereka suami istri. Mereka menikah, kan? Dan Ratu adalah orang yang baik. Dia menyelamatkan Mama dan….” “Aku juga berpikir begitu. Tapi sekarang, aku tak tahu. Bisa saja itu hanya scenario agar dia mendapatkan simpati saja dari rakyat. Kau akan mudah dikenal dan dikenal jika membawa tragedi sebagai embel-embel. Itu lebih berkesan daripada prestasi dan kebaikan yang kau lakukan sepanjang hidupmu.” Aku tercengang mendengarnya. Membuat dirinya sendiri diculik sampai membuat trauma? Merencanakan kudeta melawan dirinya sendiri? Bahkan tak hanya membahayakan nyawanya, tapi juga nyawa yang lain?! Ini tak masuk akal bagiku. “Jika niatnya un
“Jangan pernah berpikir untuk melepaskan tahta Ayahmu, demi siapapun. Kau harus mempertahankannya dengan segala usaha yang kau bisa. Tu comprends?! Kau mengerti?!”Kalimat Richard itu masih terngiang di telingaku, membuat mataku tetap nyalang sampai malam berganti pagi.Aku masih berpikir bahwa melepaskan adalah hal yang paling tepat untuk dilakukan, sampai aku mendengar alasan Richard yang langsung membuatku terdiam.“Nenekmu bisa tetap hidup sampai sekarang, itu karena Ayahmu masih menjadi Raja. Aku ingin memastikan kau tetap aman, dan aku ingin tetap berada di sisimu. Jadi, tetaplah berada di tempatmu saat ini dan jangan pernah pergi dari sini, okay?”"Oh! Selamat pagi, Mademoiselle. Saya kira Anda belum akan bangun sepagi ini "
Ditemani oleh Richard dan Cedric, aku menemui Sekretaris kerajaan untuk membahas agenda Daddy selama satu minggu ke depan."Kenapa hanya satu minggu?" Aku menuntut tak terima. Bagaimana kalau ternyata Daddy butuh waktu lebih lama untuk pulih?!Namun Richard dan Cedric berkeras untuk mencoba satu minggu dulu."Pelan-pelan, Mira. Kau perlu membiasakan diri dulu.""Dengarkan Cedric, Princess. Ini demi kebaikanmu."Begitulah, dan akhirnya aku mengalah. Sekretaris kerajaan membacakan agenda Daddy selama seminggu ke depan. Aku mengernyitkan kening mendengarnya. Pantas saja Daddy kelelahan! Dua puluh empat jam seolah tak cukup baginya, dan masih garus dituntut untuk berada di semua tempat di sudut negeri di saat bersamaa
Kali ke dua aku naik pesawat. Aku gugup, dan terus menerus ke toilet sejak tadi. Ada satu penjaga yang mengawalku sampai aku boarding nanti. Namun aku menolak untuk terus diikuti sampai Indonesia.Di sini aku memang keluarga kerajaan, tapi di sana aku bukan siapa-siapa. Untunglah Daddy mau mengerti hal ini. Aku sedang menunggu panggilan untuk boarding. Dan lagi-lagi, aku teringat akan alasanku pergi."Stop, Mira. Terima saja. Cinta pertamamu tak berjalan lancar. Kau harus melupakannya."Aku menarik satu kali nafas panjang tepat saat panggilan pertama pesawat yang akan membawaku ke Indonesia terdengar. Aku dan beberapa penumpang pesawat lainnya mengantri untuk verifikasi terakhir sebelum masuk pesawat dan masuk dengan tertib.Tak seperti penerbanganku sebelumn
Granny melarangku untuk berpikir pergi dari sini adalah yang terbaik. Bahkan setelah dua hari berlalu. Dia ingin aku kuat, dan dia meyakinkan bahwa semua yang ada di sini keluargaku. Bahwa aku tak sendirian di sini."Kita bisa mengganti pengawalmu jika kau tak ingin bertemu dengan Richard. Tapi aku tak setuju jika kau pergi meninggalkan kami. Semua keributan ini akhirnya berakhir, dan kita bisa hidup dengan tenang bersama, kenapa kau malah memikirkan untuk pergi?"Dari situ aku sadar, Granny benar. Bagi semua orang, ini adalah kemenangan. Hanya aku yang merasa kalah dalam hal ini, dan itu karena Richard. Aku merasa buruk setelah mendengar hal itu."Maaf, aku jadi egois."Granny Louisa menggeleng. "Kau memang tak bisa kembali ke sana, tapi kau bisa berkunjung sebent
Richard'sAku menonton berita di televisi dengan tatapan puas. Phillip, ibunya, JJ, Cedric dan anak buahnya yang terbukti membelot sudah diringkus. Pengadilan kasus mereka memang belum ditetapkan kapan, namun, mereka tak akan lepas dari sanksi sosial kali ini. Dulu, Pak Tua terlalu baik hati untuk mengumumkan perbuatan mereka pada media. Namun sekarang tidak lagi."Makanlah dulu. Kau memang sudah tampak sehat, tapi kau masih perlu banyak waktu dan asupan bagus untuk memulihkan tenagamu."Aku mendongak menatap gadis yang beberapa hari terakhir menemaniku di sini. Dia gesit dan telaten mengurusku. Itu hal yang bagus, bukan? Saat terbaring tak berdaya, ada seseorang yang tulus mengurusmu.Betapa beruntungnya diriku?"Lyn.."
Aku meninggalkan Corrine berdua dengan Abe Villich di balkon rumah sakit agar mereka saling berbicara. Semoga saja keputusanku tak salah. Aku sedikit khawatir karena Corrine terlihat amat pucat dan kaget saat melihat Abe ada di sana. Pria itu pasti mengikuti kami tadi saat keluar untuk berbicara.Aku masih berada di balik pintu balkon selama beberapa saat, hanya untuk memastikan bahwa Corrine baik-baik saja. Sungguh. Aku tak berniat menguping. Aku masih ingat apa yang dilakukan Abe pada Corrine dulu hingga membuat Corrine yang biasanya ceria menjadi amat pendiam dan tertekan."Katakan, Corry. Apa yang mereka katakan tentangmu sehingga kau ikut tanpa perlawanan seperti itu." Suara Abe dingin dan tegas. Bahkan aku yang bukan lawan bicaranya saja berjengit, apalagi Corrine.Aku bisa mendengar suara tangis saat ak
“Tak bisakah kita sedikit lebih cepat?” Aku memajukan tubuhku untuk berbicara pada supir dengan nada tak sabar.“Cherie…”Kurasakan tangan Daddy menggengam tanganku dan meremasnya pelan. Mungkin menegur, atau mungkin juga sekedar menguatkanku karena kejadian-kejadian yang terjadi hari ini. Aku hanya menatapnya dengan tatapan putus asa. Namun aku kembali ke kursiku dan duduk dengan rapi. Mencoba untuk tenang meskipun rasanya sudah tak karuan lagi di dalam diriku.Tiga jam lalu kami dihubungi oleh Corrine yang berbicara dengan sangat cepat dan nyaris tak jelas tentang jangan pulang ke istana dan pergi ke tempat lain karena istana tak aman. Dia tak menjelaskan lebih jauh dan hanya terus mengulang kalimat itu. Kami baru saja sampai di istana, namun kami tak masuk dan langsung melanjutkan k
Richard’sPolisi dan pasukan tambahan datang tepat waktu untuk menyelamatkan kami. Seperti dugaanku, ada beberapa orang dari pasukan Cedric yang membelot dan berkhianat dengan pria itu. Hal itu membuat pasukan yang kubawa menjadi kalang kabut dan kami sempat terpukul mundur karena bingung siapa lawan dan kawan di sini.Untungnya, polisi ada yang membawa senapan paintball sehingga kami bisa menandai siapa saja yang berkhianat dengan peluru cat merah di punggungnya. Ini membantu kami mengidentifikasi siapa yang berada di tim kami dan tim lawan.Corrine sempat di bawa ke ruangan lain oleh Phillip, tapi aku berhasil mengejarnya setelah menumbangkan Cedric dengan mematahkan bahunya.“Sorry, Pal, tapi kau pantas mendapatkannya. Ibi bahkan tak setimpal dengan
Aku terbelalak tak mempercayai mataku. Di depan kami, muncul dua orang yang sama sekali tak kuduga akan kutemui di sini. Mereka yang menjadi dalang penculikan Corrine? Kenapa?!“Cedric? JJ?” Aku mengucap dengan nada tak percaya. “Why?! Kenapa kalian melakukan ini?”“Apakah itu belum jelas, mademoiselle?”JJ menjawab sembari berjalan melenggang mendekat pada Putra Mahkota… bukan. Richard memanggilnya Phillip, karena dia sudah bukan lagi Putra Mahkota. JJ mendekat pada Phillip dan mereka mulai menempelkan tubuh mereka satu sama lain. Pemandangan yang langsung membuatku mual! Rupanya JJ adalah partner sesama jenis Phillip?! Bukankah…“Oh, maafkan, kami terlalu larut dalam dunia kami yang penuh cinta. JJ. Kekasih
Richard’s“Akhirnya kalian datang juga. Aku terkesan.”“Kau…”“Apa maksudnya ini?!”Pertanyaan Mira dan pak Tua saling bersahutan saat melihat pemilik rumah yang dan sandera yang mereka cari sedang duduk sambil bermain catur di ruang baca. Aku menggertakkan gigi dan mengepalkan tinjuku erat. Mencoba menahan amarahku yang meperti mengancam ingin menelanku bulat-bulat.Aku sudah memiliki kecurigaan sejak menemukan lokasi di mana Corrine berada. Tak banyak yang tahu bahwa rumah ini bukan lagi milik Abe Villich. Namun aku dan Cedric adalah sedikit di antara orang-orang yang tahu bahwa sejak Arlaine meninggal. Rumah ini dibeli oleh Abe Villich sebagai hadiah pernikahan untuk Arlaine
Granny Louisa menangis tersedu mendengar cerita tentang Corrine dariku.Pada akhirnya, aku tak punya pilihan untuk tidak mengatakannya. Lagi pula, mengenai hal ini, aku juga butuh berdiskusi tentang beberapa hal. Tentang apa peranku di sini. Aku sama sekali tak tahu apa yang harus kulakukan jika penjahatnya benar-benar tertangkap. Atau bagaimana caranya agar penjahatnya tertangkap dan Corrine kembali pada kami dengan selamat.Betul kata Daddy. Aku tak tahu apa yang seharusnya kulakukan di saat seperti ini. Betul kata Madame Villich, aku hanya boneka di sini yang tak akan bisa menggantikan posisi siapa pun. Aku muncul hanya karena panggung terlalu sepi."Richard sedang mencarinya, Granny. Aku yakin dia pasti akan berusaha dengan seksama dan membawa Corrine pulang dengan selamat."