"Ky-Kyra..."Kyra benci hidup diatur-atur. Sejak kecil, hidupnya selalu diatur. Ia tidak bisa bebas menentukan apa yang dia mau. Ia didoktrin oleh Pratama dan Nirmala. Hal itu membuatnya stres. Ia beberapa kali berpikir untuk bunuh diri, tapi ia selalu takut untuk melakukannya. Perjodohan kali ini pun sama. Ia tak menyangka bahwa jodoh sehidup-sematinya akan ditentukan oleh orang tuanya, bukan Tuhan. Padahal, ia selalu menginginkan yang namanya cinta pertama dan terakhir."Aku nggak suka dijodohin. Aku capek jadi bonekanya Ayah dan Bunda," sebut Kyra. Ia pun menatap Raka dengan tatapan dalam. Tak ada senyum di sana, hanya ada kesuraman. "Kakak mau dijodohin kayak gini?"Raka tak langsung memberikan jawaban. Kyra tahu bahwa Raka ragu, seakan ia takut memberikan jawaban yang salah. "Tujuan perjodohan ini adalah kerja sama bisnis. Jika perusahaan kami bisa bekerja sama dengan Mahesa, kami akan diuntungkan. Mahesa juga akan diuntungkan dengan kerja sama ini. Aku terima
Tok. Tok. Tok.Kyra membuka pintu unit apartemennya. Ia yang sebelumnya sedang sibuk di dapur untuk membuat sarapan sampai terburu-buru dan tak sempat melihat ke lubang intip di pintu. "Ya?" Ia tercengang begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. "Kak Raka?!" serunya.Raka telah kembali pada penampilan berantakannya, seperti saat Kyra bertemu dengannya pertama kali. Kyra sebenarnya tidak peduli dengan penampilan Raka, tapi ia tetap tak menyangka bahwa Raka bisa menjadi dua orang yang berbeda dengan kepribadian yang berbeda juga tergantung dengan penampilannya. Saat ini, Raka telah kembali menjadi Dewa Kegelapan yang suram dan vibes yang terasa negatif."Ka-Kakak ngapain?" tanya Kyra terbata saking terkejutnya. Meski sudah tiga hari berlalu semenjak mereka dipertemukan untuk diperkenalkan, tapi Kyra tetap belum terbiasa dengan keberadaan Raka di dekatnya. "Ini masih jam 6 pagi, loh.""Laper. Ayo, beli sarapan," ajaknya."Eh?" Kyra tercengang tak percaya.
"Kyra," panggil seorang perempuan. Kyra menoleh dan menghentikan pekerjaannya. Itu perempuan yang bisa dibilang cukup dekat dengannya semasa kuliah, namanya Jessica. "Tadi gue lihat lo naik mobilnya Kak Raka. Kok bisa? Biasanya lo nolak ajakan anak cowok, 'kan?"Kyra mengerutkan keningnya bingung. Anak FSRD, terutama DKV, sangat kecil kemungkinan untuk mengenali mobil senior dari STEI. "Kamu kenal Kak Raka?" tanya Kyra, alih-alih menjawab pertanyaan Jess - begitu panggilannya.Jess mengangguk. "Gue pacar sahabatnya Kak Raka, Kak Vino," jawab Jess. Lantas, ia duduk di depan Kyra. Saat ini, mereka ada di meja taman dan suasana cukup sepi. "Lo punya hubungan apa sama Kak Raka?" tanyanya penasaran.Kyra tak melihat ada maksud lain, dan karena Jess mengaku pacar sahabatnya Raka, Kyra mempercayainya. Selama ia mengenal Jess pun perempuan itu bukan tipe yang bisa melakukan hal jahat padanya. "Pacaran," jawab Kyra sambil berbisik. Tangannya spontan menutupi mulut Jess saat
Raka membukakan pintu mobil untuk Kyra, lalu membantunya masuk, kemudian menutupkan pintunya. Ia berjalan memutari mobil dari bagian depan, lalu masuk ke belakang kemudi. Sambil menyalakan mesin mobil, Raka berkata, "Kamu nggak diapa-apain sama orang tadi, 'kan?" Matanya membulat besar saat ia menyadari penyebab keheningan Kyra yang aneh. "Kyra!" "Ugh..." rintihnya. Ternyata, ia tengah meringkuk hingga dadanya menempel pada paha. "Argh... Uhuk! Uhuk!" Batuk kering itu terdengar menyakitkan."Ky-Kyra, apa yang sakit? Kasih tahu, Kyr. A-Atau, kita ke rumah sakit aja, ya?"Kepala Kyra menggeleng. Ia menggerakkan tangan kanannya yang gemetaran itu. Raka seakan tahu bahwa Kyra membutuhkan pegangan, jadi ia langsung menangkap tangan Kyra yang kurus itu untuk menggenggamnya. Tangannya terasa basah, dingin, dan gemetaran. Jujur, Raka takut, sangat takut."Kyr, please... Aku harus apa?"Lagi, Kyra menggeleng. Memang tak ada lagi rintihan yang keluar dari sana, tapi
Setelah Merlin memastikan kondisi Kyra stabil, ia berpamitan pulang dengan menitipkan sejumlah obat-obatan. Raka mengantar Merlin sampai pintu unit apartemen Kyra. Dan, setelah menutup kembali pintu unit apartemen, Raka membeku di tempat. Merlin sudah menjelaskan kehidupan Kyra, dan Raka benar-benar tak habis pikir. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa pada Kyra setelah ini. Ia bingung. Tapi, yang jelas, ia sudah membulatkan tekad untuk menyelamatkan Kyra melalui perjodohan mereka ini.Entah sejak kapan Raka menjadi begitu mempedulikan Kyra. Melihat Kyra hanya berbaring di kasur dengan mata terpejam, Raka merasa seakan jantungnya bisa meledak kapan saja. Ia takut, takut akan kehilangan. Kini, ia tahu bagaimana hancurnya perasaan Vino ketika ditinggal kembarannya sampai butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih dari trauma. Mungkin, kalau ia kehilangan Kyra, ia tak akan sanggup menjalin hubungan lagi.Baju yang Kyra pakai basah oleh keringat, sehingga Merlin menggantika
"Warna?" Kyra diam sejenak dan berpikir dengan melirikkan mata ke arah lain. Ia mencoba membayangkan. "Kyra nggak punya kesukaan khusus, sih, sebenernya. Tapi, kalau disuruh milih, Kyra mungkin warna gelap, kayak coklat, navy, dark grey, atau hitam, gitu," jawab Kyra. "Kyra nurut sama maunya Mama aja, deh.""Lah, kok, jawabannya sama kayak Raka, sih," keluh Tika.Saat ini, Kyra sedang pergi bersama Tika untuk membeli bahan baju seragam Kyra dan Raka untuk pertunangan dua minggu lagi. Tadinya, mereka juga ingin mengajak Nirmala, tapi kebetulan dia harus ikut Pratama pada meeting mendadak di Sukabumi. Mau tak mau, Kyra hanya berdua dengan Tika. Awalnya Kyra merasa canggung, tapi ternyata ia bisa lebih relaks. Ia malah tak akan nyaman jika ada Nirmala."Kulit kamu, sih, nggak terang, nggak gelap. Tapi, ada kesan pucet, ya. Mama maunya yang pastel, tapi nanti malah bikin kamu kelihatan kusam. Mau nggak mau warna gelap, deh," gumam Tika. "Biru gelap aja, ya? Raka juga su
Saat mendengar dari Angga, Raka sudah tidak bisa tidur dengan tenang. Bukan masalah ia dijodohkan, itu sudah lewat dan Raka tak masalah. Yang membuatnya tak bisa tidur tenang seminggu belakangan adalah ini. Keramaian ini! Wartawan! Ya, WARTAWAN!!Raka Si Kikuk yang tak suka terekspos bahkan ia tak punya media sosial ini jelas tak akan bisa tidur dengan tenang. Ia kira, acara pertunangannya dengan Kyra akan dilakukan secara sederhana, sesuai kata-kata Tika. Tapi, ternyata kata 'sederhana' yang ada di dalam kamusnya dan Tika itu berbeda. Ini tidak sederhana. Ini terlalu berlebihan untuk sekedar tunangan!"Nggak apa-apa, Ka. Santuy, lah," hibur Vino.Lebih dari dua puluh orang telah berkerumun di depan gerbang rumah Kyra. Setengah lebih membawa kamera beragam model, sisanya membawa mikrofon atau menggunakan mikrofon yang menempel di kerah baju mereka. Saat mobil Angga dan Tika berhenti, mereka sudah berkerumun. Satu sisi, Raka bersyukur mobil yang dia naiki berdua
Kyra datang ke kampus Raka bukan untuk bertemu Raka. Ia harus bertemu dengan dosennya yang diminta untuk menjadi dosen tamu di kampus Raka. Secara lokasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika memang berada di dalam ITB, tapi manajemennya terpisah dan otoriter. Sehingga, perdosenan pun tidak berada di bawah rektorat ITB. Kadang, dosen dari fakultas lain atau luar ITB diundang menjadi dosen tamu di sana. Dan, ketika urusan Kyra selesai, ia malah melihat pemandangan menyebalkan ini.Pada pertunangan kemarin, dua pihak keluarga sudah sepakat bahwa tanggal pernikahan akan dilaksanakan tepat pada tanggal ulang tahun Kyra di bulan September, yaitu kurang dari dua bulan dari tanggal pertunangan. Meski dihitung manual hari itu masih cukup lama, tapi bagi Kyra, hari itu akan datang sebentsr lagi. Bohong jika ia tak gugup. Ia sangat gugup. Bahkan, di hari pertunangan kemarin, ia merasa jantungnya akan meledak. Kalau Raka tidak ada di dekatnya, ia sudah mati karena serangan jantung.
Tentu saja, masalah akan selalu datang dalam hidup sebagai pewarna kehidupan. Masalah berat akan terasa ringan saat ditanggung bersama, saat ada orang yang mau memberikan dukungan meski hanya dengan keberadaannya. Dan, itulah yang terjadi pada hidup Kyra semenjak ia bertemu dengan Raka. Dulu, rasanya ia bisa mengakhiri hidupnya kapan saja. Tapi, kini ia memutuskan untuk terus bertahan dan berjuang karena ia sudah memiliki orang-orang yang berharga. Raka sebagai suaminya, Arden sebagai anaknya dan Raka, sang bunda yang sudah berubah, dan kedua mertuanya yang selalu perhatian.Semenjak Mahesa Group bergabung di baqah D'Kratos, ada banyak sekali perubahan yang sangat baik yang membuat Mahesa Group yang sempat menurun akibat kasus Pratama pun bisa kembali naik dengan sangat cepat. Dalam waktu 1 tahun saja, semua sudah kembali stabil. Kyra bahkan bisa melakukan pekerjaan remot dari jarak jauh. Ia pun punya banyak waktu yang bisa ia habiskan bersama Arden dan Raka. "Babe." Kyra menoleh dan
Kehidupan Kyra sealam di Bandung adalah kehidupan terbaiknya sejak sebelum hingga sesudah mengenal seorang Raka. Namun, ia yakin bahwa dengan tinggal di rumah baru, mencari suasana baru, dan lingkungan bermasyarakat yang baru, ia akan mendapatkan kehidupan yang jauh lebih menyenangkan dan terbaik di banding sebelumnya. Apalagi, kini telah banyak yang berubah di dalam hidupnya. Mulai dari pernikahannya dengan Raka, memiliki Arden sebagai anak mereka, perubahan sikap NIrmala, diterimanya dengan baik sebagai seorang Kyra yang penyakitan oleh banyak orang, dan kini ia sudah memiliki jantung yang lebih baik berkat bantuan ICD hingga memberinya kesempatan hidup lebih baik. Ia tidak pernah berhenti berterima kasih pada Bandung. Dan, mulai hari ini, ia, Raka, dan Arden akan menetap di Jakarta.Ada begitu banyak alasan yang membuat mereka memilih untuk pindah ke Ibu Kota. Pertama, tentu karena lokasi dengan perusahaan jauh lebih dekat. Orang tua mereka juga dapat berkunjung lebih sering tanpa
Masalah dengan Hisyam dan Galih telah selesai. Mereka berdua mendapatkan hukuman kurungan penjara seumur hidup tanpa remisi atau pengurangan hukuman saat menjalani masa pidananya. Berbeda dengan ibu Hisyam, ia mendadpatkan hukuman kurungan penjara 20 tahun dan sejumlah denda. Sementara untuk Margaret yang telah menuntut cerai pada Hisyam dan disetujui akan mendapatkan hukuman penjara 5 tahun penjara dengan sejumlah keringanan-keringanan yang telah Kyra berikan. Memang, dilihat dari sisi mana pun, Margaret juga korban.Sudah tiga bulan berlalu semenjak resminya penggabungan perusahaan Mahesa menjadi berada di bawah D'Kratos. Selama tiga bulan itu, Kyra menjalani masa istirahatnya dengan cukup tenang. Satu bulan pertama memang sangat tenang untuknya, karena Raka telah menunjuk seseorang untuk menggantikan posisinya memimpin Mahesa Group. Tapi, setelahnya Kyra kembali memegang jabatan sebagai Direktur Utama Mahesa Group meski dilakukannya dari jarak jauh. Tentu saja hal itu akan mencipta
"Kalian heboh banget, sih," tukas Kyra sambil bangkit perlahan-lahan dengan bertumpu pada tangan kanannya. Lantas, ia menutup luka di lengan kirinya yang dalam dan mengeluarkan banyak darah.Bagi Kyra, menerima luka tembakan adalah hal yang sebenarnya sudah biasa ia dapatkan sejak dulu. Ada banyak bekas luka yang ia miliki di tubuhnya, dan kini ia harus mendapatkannya kembali. Memang lukanya tidak parah karena ia sempat menghindar di saat-saat terakhir. Meski sudah memakai rompi anti peluru di balik baju yang ia pakai, untunglah luka yang ia dapat hanya luka dalam di lengan kirinya akibat tertembak."Da-Darahnya banyak banget!" kata Raka terbata-bata.Kyra mengangguk. "Daging aku kecongkel panjang dan dalam, jadi wajar darahnya banyak gini. Aku mungkin bakal butuh transfusi kalau dibiarin. Aku juga bakal pingsan," kata Kyra dengan santai. "Karena acaranya juga udah kacau, aku pergi duluan, ya? Kakak urus sisanya aja, nanti nyusul ke rumah sakit. Aku sama King."King sudah mengangkat t
Kyra sudah siap, pun dengan Raka. Arden mereka titipkan pada Nirmala yang sekarang selalu menjauhi keramaian dan acara-acara besar semenjak kasus Pratama. Bundanya itu lebih senang bersama cucu pertamanya, menghabiskan masa tua dengan bahagia dan jauh dari hal-hal yang merepotkan. Kyra dan Raka turun dari mobil yang sama. Acara launching peresmian bergabungnya Mahesa dengan D'Kratos ini dilaksanakan di ruang aula utama di gedung Mahesa Group. Tentu bukannya tanpa maksud. Hanya di Mahesa Group inilah keamanan bisa terjamin jauh lebih baik. Bagaimana pun juga, Mahesa Group adalah perusahaan yang bergerak di bidang keamanan terbaik se-Indonesia, meski sekarang menurun dan kalah saing semenjak kasus Pratama. Namun, Kyra terus berusaha untuk kembali ke posisi sebelumnya.Tentu saja acara ini amat sangat ramai dan meriah, karena bukan hanya mengundang masing-masing orang penting dari kedua perusahaan, tapi juga orang penting se-Indonesia, termasuk pejabat-pejabat negara yang terlibat di du
"Kamu serius, Kyra?" tanya Raka. Ia baru saja sampai di rumah dan mendapati Kyra sedang berbaring di atas karpet depan televisi, sambil menemani Arden berguling-guling dan mencoba merangkak. "Menunda operasi itu resikonya besar buat kamu. Apalagi, kamu udah memutuskan untuk menunggu Margaret keluar dari penjara untuk menggantikanmu. Kamu tahu kalau tubuh kamu nggak kuat, 'kan? Sekarang aja kita harus mempersiapkan persidangan."Kyra merebahkan tubuhnya terlentang, membuat Raka mendekat untuk bersimpuh di sebelahnya, dan tiba-tiba saja mengecup bibir sang istri. "Duh, Kak. Mendadak amat," ujar Kyra sambil mendorong pundak Raka pelan. Perlahan, ia mengguling tubuhnya dan menaruh kepalanya di atas pangkuan Raka. "Nggak lama, kok, aku menunda operasinya. Cuma sampai dua kali sidang. Aku janji."Raka menghela napasnya kasar sambil geleng-geleng kepala. "Aku nggak habis pikir, deh, sama kamu, Kyra. Kamu selalu berhasil bikin aku jantungan dan gila."Dengan ringannya, sang istri malah terkek
Kyra ingat bahwa ia tidak asing dengan nama 'Galih'. Sejauh ia bisa mengingat, memang tidak ada teman sekolahnya yang bernama Galih sejauh ini. Tapi, begitu Galih yang menjadi pelaku pembunuhan terhadap Pratama masuk ke ruangan untuk memenuhi panggilannya, mata Kyra langsung terbelalak untuk beberapa detik. Setelahnya, Kyra tersenyum lebar, bahkan menyeringai."Wah, saya nggak nyangka, ternyata 'Galih' yang dimaksud itu Anda," ujar Kyra sambil geleng-geleng kepala keheranan. "Duna ini sempit banget, ternyata. Nggak nyangka aja, ternyata orang yang udah sepuluh tahun menghilang setelah mencoba mencuri data perusahaan, muncul dengan cara kayak gini. Kayaknya, waktu itu aku memang belum jago, ya, sampai nggak bisa benar-benar melenyapkan Anda, seorang pengkhianat perusahaan."Lelaki yang lima-enam tahun lebih muda dari Pratama itu hanya menatapnya dengan tatapan dingin. Hampir tak ada jawaban yang keluar dari mulutnya, dan Kyra hanya menatapnya dengan merana tanpa mengalihkan sedikitpun
Seperti perkiraan Raka, tiga hari setelah Kyra membuka mata, Raka dengan gencarnya mengumumkan pada publik secara tak langsung bahwa Hisyam, Shinta, Galih, dan Margaret telah merencanakan kudeta terhadap Pratama dan Kyra untuk mendapatkan Mahesa Group.Tidak ada berita yang lebih hangat selain video yang beredar tentang penangkapan Hisyam, Shinta, Galih, dan Margaret oleh pihak kepolisian dengan bekerja sama dengan orang-orang keamanan Mahesa Group yang ditunjuk dan dipilih oleh Kyra dan Raka. Ketenaran Kyra dan Raka terkait kasus ini mengalahkan ketenaran artis-artis yang melakukan berbagai skandal. Sebab, kejadian ini termasuk ke dalam kejadian dunia bisnis yang cukup besar dalam sejarah Indonesia selama 10 tahun terakhir.Sebelum naik ke meja hijau, keempat orang itu sudah mendekam di Lapas Kelas I Cipinang sebagai pelaku kejahatan tinggi, yaitu pembunuhan terencana dan kudeta. Jumlah poin kejahatan mereka adalah tinggi, sehingga Kyra dan Raka meminta agar mereka masuk ke Lapas Cip
Sudah tiga hari Kyra tidak membuka matanya, namun bukan berarti kondisinya terus mengalami penurunan. Kondisinya cukup stabil, tapi dokter-dokter tidak mengetahui alasan Kyra masih memejamkan matanya. Namun, dugaannya adalah psikologis. Raka tidak bisa membantah jika memang itu karena psikologis. Sebab, belakangan ini, Kyra memang banyak memaksakan diri untuk fisik dan mentalnya.Selama tiga hari ini, Raka lebih banyak berada di Mahesa Group untuk menstabilkan kondisi di sana sejak kematian Pratama dan masih melakukan penyelidikan untuk mencari Hisyam, sementara D'Kratos ia kendalikan dari jarak jauh dengan bantuan asisten pribadinya. Memang situasi cukup stabil dan terkendali, tapi hal ini malah membuat Raka kesulitan memiliki waktu untuk menjaga Kyra setiap malamnya. Bahkan, ia hanya bisa melakukan video call dengan Arden yang kini ada di tangan kedua orang tuanya. Raka mengantuk dan lelah, sampai ia tak menyangka bahwa inilah beratnya pekerjaan Kyra sejak menjadi Direktur Utama Ma