Kyra sudah biasa dengan tekanan, tapi nental dan fisiknya tidak bisa bekerja sama untuk menerima tekanan dari luar. Bukan tekanan secara fisik, tapi secara mental. Semenjak mengenal Raka, ia menjadi lebih lemah terhadap tekanan. Ia sudah terlalu nyaman dengan perlakuan Raka yang amat sangat memanjakannya dan membebaskannya.Ia masih ingat dengan jelas ucapan Nirmala ketika menjemputnya di bandara lima hari lalu. "Jangan mempermalukan saya dengan fisik lemahmu sampai kamu nggak bisa kasih keturunan untuk Raka. Saya melahirkanmu bukan karena menginginkan anak lemah, tapi mencari penerus yang sempurna untuk suami saya." Ucapan itu jelas memberitahukannya bahwa ia sama sekali bukan bagian dari keluarga ayah dan bundanya. Ia benar-benar hanya benda yang dibuat untuk memenuhi keinginan Pratama dan Nirmala.Ia pingsan tiga hari lalu karena memang kelelahan mempersiapkan pernikahan, bersenang-senang saat berbulan madu, dan peranan terbesar adalah tuntutan Nirmala. Tak ada hari
Sebagai istri, Kyra tahu bahwa ia akan menanggung banyak tuntutan dibanding sosok suami, terutama di mata orang tua dan mertua yang cara berpikirnya masih menganut zaman dulu, ketika istri adalah 'pelayan' untuk suami. Istri dituntut untuk bisa memasak, mengurus rumah, melayani suami, membuat anak, mengurus anak, dan seterusnya. Tak akan ada hentinya. Kyra tahu konsekuensi itu ketika memutuskan untuk menerima perjodohan dan pernikahan dengan Raka.Tanpa sepengetahuan Raka, Kyra sudah banyak mencari tahu apa yang harus ia lakukan untuk menjadi seorang istri. Ketika berkaitan dengan hubungan seksual dan anak, Kyra bahkan sudah membicarakannya dengan Merlin dan Hera - dokter kandungan kenalan Merlin. Dan, saat ini, selagi menunggi Raka kembali dari kampus, Kyra mengundang dua orang itu untuk berbicara dengannya. Tapi, mood-nya malah dirusak oleh kelakuan ayah dan bundanya.Cklek.Kyra rasanya tak akan bisa beristirahat meski sudah berakhir di rumah sakit seperti ini. K
"Apa itu keluarga?" Pertantaan itu terngiang di dalam otak Kyra semenjak Pratama dan Nirmala datang dan mengungkapkan kekecewaan dan menunjukkan bahwa keluarga mereka sama sekali tidak harmonis. Selama ini, Kyra tidak pernah mengerti apa arti 'keluarga'. Dan, ketika ia mengenal Raka dan akhirnya menikah, Kyra pun mulai membandingkan kehidupan keluarga Mahesa dengan kehidupan keluarga kecilnya bersama Raka.Saling mendukung, memberikan perhatian, merawat dikala sulit, tak pernah menuntut, tak pernah memaksa, tak ada kesenjangan gender, dan semacamnya. Kyra merasa bahwa ia nyaman dengan 'keluarga' yang terbentuk antara dirinya dan Raka. Karena itulah, selain tuntutan dari orang tuanya, Kyra juga berharap bahwa keluarganya bersama Raka akan lebih lengkap dengan kehadiran seorang anak. Tentu saja, Kyra masih takut dan belum siap untuk memiliki anak. Namun, setidaknya kini ia sudah mengharapkan itu."Jangan stres, harus hepi, banyak makan makanan bergizi, dan rutin olah raga
Sebenarnya, Kyra berbohong bahwa ia memang ingin memiliki anak. Ia berbicara seperti itu pada Raka karena ia tak mau membuat Raka terus mengkhawatirkannya, tak mau juga mendengar ucapan-ucapan mrnyakitkan dari kedua orang tuanya, atau meruntuhkan harapan mertuanya. Bisa dikatakan, apa yang Kyra lakukan selama ini hanya untuk menyemangati dan menghibur diri sendiri. Namun, ternyata semua itu tak berjalan baik untuknya. Ia kerap dihantui rasa tak tenang. Banyak pertanyaan yang selalu terlintas di benaknya."Bagaimana kalau nggak bisa sekali jadi?""Bagaimana kalau aku keguguran?""Apa aku bisa hidup sampai melahirkan anak?""Apa anak kami bakal sehat sempurna?"Sudah sebulan sejak Kyra keluar dari rumah sakit, bahkan ia sudah menjalani aktivitas normal seperti sebelumnya. Malam, ia tetap memberikan pelayanan pada Raka setidaknya dua kali dalam seminggu. Tetap menggunakan pengaman, dan kalau tidak, Kyra harus meminum obat untuk menjaga agar ia tidak hamil. Namu
Raka kalang kabut saking paniknya saat dikabari Vino bahwa istrinya hampir pingsan di kampus sore itu. Ia yang sedang pergi ke Jakarta untuk urusan bisnis perusahaan yang akan ia dapatkan pun langsung kembali ke Bandung secepat yang ia bisa. Ia bersyukur memiliki sahabat seperti Vino, dan teman seperti Jess. Berkat mereka, Kyra tidak perlu menderita sendirian.Akhir pekan itu, untunglah Raka tidak perlu ke Jakarta. Ia beralasa pada Angga, ia ingin berduaan dengan Kyra karena seminggu ini Raka sibuk bolak-balik Jakarta-Tangerang-Bandung. Untunglah Angga mengerti, apalagi jika terkait masalah keturunan. Meski diam, tapi Raka tahu bahwa Angga juga menginginkan agar ia dan Kyra segera memberikannya cucu."Masih lemes?" Raka menaruh tangannya di kening Kyra. "Masih panas. Kamu nggak tiduran di kamar aja? Istirahat yang banyak. Inget janji kamu. Sampai akhir tahun ini, kalau kondisi kamu up and down terus, aku nggak izinin kamu hamil," tegasnya.Kyra mengangguk, lalu ia m
Sejak hari itu, ketika Kyra menangis lepas dalam pelukan Raka, baik Nirmala maupun Tika kerap menekannya untuk cepat-cepat membuahkan hasil. Memang Kyra sangat tertekan, tapi ia terus bertahan berkat dukungan Raka. Pada akhirnya, ia tak bisa menepati janji pada Raka bahwa ia akan terus baik-baik saja demi menjaga tubuh sehat untuk bisa hamil sesuai yang mereka rencanakan.Di sela-sela kegiatan kuliahnya yang juga harus mempersiapkan skripsi demi bisa menyusul Raka untuk lulus cepat, Kyra juga disibukkan dengan persiapan untuk menjadi Direktur Utama Mahesa Group selanjutnya. Tentu ia masih bersaing dengan Hisyam, calon lainnya. Kyra menyiapkan timnya, pun dengan Hisyam. Meski pemilihannya masih di pertengahan tahun depan, tapi ia semakin disibukkan untuk urusan perusahaan.Hari ini pun Kyra berhasil melewati ujian akhir semester. Ia dan Raka tengah mempersiapkan kegiatan bulan madu kedua mereka, dan kali ini mereka akan menghabiskan waktu berbulan madu untuk waktu yang l
Mereka menyewa apartemen untuk satu minggu, sesuai ide yang Kyra usulkan. Karena mereka akan tinggal cukup lama dan tak mungkin Kyra harus makan makanan yang tidak sesuai untuknya, maka Raka menyetujui usul Kyra. Lagipula, ia juga akan sangat merindukan masakan Kyra. Bahkan, saat ia harus pergi seharian dan makan di luar, ia sudah seperti orang yang bucin karena merindukan masakan Kyra yang memang tidak ada rasanya. Tapi, entah kenapa masakannya selalu enak.Sesampainya di apartemen, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Raka tak mungkin membiarkan Kyra yang kelelahan di perjalanan untuk berhubungan intim. Saat mereka turun dari mobil pun ia sudah melihat Kyra agak berbeda ketika berjalan. Dan, benar. Kaki Kyra sudah bengkak sekali hingga warna kulitnya sangat pucat. Kyra juga terlihat kesulitan bernapas. Jadi, malam pertama mereka dihabiskan untuk beristirahat saja.Ketika Raka membuka mata di pagi hari, ia tak lagi melihat Kyra di sampingnya. Ia malah mendengar keributan
Raka masih ingat jelas ucapan Merlin hari itu, ketika Kyra sudah keluar ruangan lebih dulu dan dirinya masih ada di dalam ruang periksa Merlin. "Nggak akan heran kalau Kyra meninggal sebelum dia berumur 20 tahun. Mungkin, kehamilannya nanti akan menjadi momen terberat untuknya. Saya nggak bisa melarang Kyra untuk nggak hamil. Dia udah sangat keras kepala sekarang. Waktu itu, saya memang bilang dia bisa hamil, tapi kalau kondisinya up and down, saya ragu," jelasnya. "Kamu harus siap, karena Kyra pun siap."Mendengar ucapan Kyra sebelum istrinya itu tertidur yang seperti orang pingsan itu, tentu saja Raka ikut ketakutan. Ia tahu hasil pemeriksaan Kyra sebelum mereka pergi menjalani bulan madu kedua mereka. Menurut Merlin, kondisi Kyra yang belakangan sering menurun akibat stres dan kelelahan, membuat kondisi jantung Kyra mengalami penurunan. Hamil akan berhasil, tapi tubuh Kyra belum tentu sanggup menanggung dua tubuh selama 9 bulan lebih. Salah-salah, Kyra meninggal tak lama