Suasana jadi lebih sedikit mencair setelah itu, dan dewi pun akhirnya memperkenalkan kepada intan mbak pramuniaga yang dari tadi agak bingung juga memperhatikan percakapan mereka berdua.
"oia intan, kenalin ini mbak fitri, senior aku di toko ini"
" ini intan mbak, teman satu sekolah aku dan juga teman dekat aku dari kecil dulu"
intan pun sambil tersenyum menyodorkan tangan kanan nya untuk berjabat tangan dengan mbak fitri yang langsung disambut juga dengan tangan kanan mbak fitri
"maaf mbak ya tadi belum sempat memperkenalkan diri keburu dewi sudah menghampiri kita, hehehe" jawab intan sambil terkekeh
" oia mbak dari mana tadi" tanya dewi
"mbak habis istirahat makan siang di warung seberang" jawab mbak fitri
"tadi pas mau nyeberang jalan, mbak perhatiin intan ini tampak agak kebingungan di depan toko, jadinya langsung mbak samperin aja" lanjutnya lagi
"oohh gitu"
"yaudah intan, bukannya mau ngusir ya, kamu buruan pulang sana, aku mau lanjut kerja lagi, gak enak nanti dilihat sama pak bos" jawab intan sambil sedikit mengintip ke dalam takutnya pak Ardi melihat mereka ngobrol-ngobrol diluar saat masih jam kerja
"baiklah klo begitu, aku pulang aja ya"
"sekali lagi aku minta maaf ya dewi sudah ngikutin kamu"
"tapi janji ya dew, kamu ceritain dari awal ya kenapa kamu bisa kerja disini" kata intan
"gak apa apa, santai aja kok"
"iya nanti aku ceritain semua sama kamu pas hari libur aja, kamu main kerumah aku" jawab dewi sambil menarik tangan mbak fitri mengajak masuk kembali kedalam toko
"kapan kapan mampir belanja kesini ya intan, banyak baju baju bagus lho disini yang mungkin cocok buat kamu" jawab mbak fitri sambil tersenyum dan berlalu meninggalkan intan diluar toko
seketika intan melihat jam di tangan nya sudah menunjukkan pukul dua siang, dan perut sudah mulai terasa lapar, akhirnya intan bergegas pulang naik angkot menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari toko tempat dewi bekerja
Malam hari nya saat dewi sedang mempersiapkan hidangan untuk makan malam, pak Broto yang sedang menyandarkan diri di kursi sambil menonton televisi tiba-tiba bertanya "dewi, ayah perhatikan akhir-akhir ini kamu tampak kelelahan" "apa pelajaran di sekolah tampak semakin sulit atau gimana?" "jangan terlalu capek nak, istirahat juga perlu untuk menjaga kondisi badan kita biar tetap fit" "apalagi sebentar lagi kamu akan memasuki tahap ujian akhir sekolah" "jangan sampai hilang fokus pada tahap akhir karena terlalu diforsir di awal" Dewi yang sedang memasak telor dadar dan goreng tempe, tahu plus sayur asam yang akan disantap untuk makan malam ini menjawab singkat " dewi gak apa-apa kok yah" "sehat-sehat saja kok, nih lihat yah.. hehehe" timpal dewi sambil tertawa dan menunjukkan ekspresi lucu didepan ayahnya "tampaknya ada yang kamu sembunyikan dari ayah" tanya pak broto sedikit menyelidik "cerita saja sama ayah, mungkin ayah bisa bantu" lanjut pak broto lagi Dewi akhirnya berf
Pak Broto terdiam sesaat setelah mendengar cerita awal dewi tersebut. Lalu menampilkan ekspresi wajah yang nampak sedih."maafkan ayah nak" jawab pak brotodewi pun heran mendengar ayahnya yang tiba-tiba meminta maaf"lho kok malah ayah yang meminta maaf? harusnya kan dewi yah""dewi sudah merahasiakan sejak lama dan juga tanpa izin ayah""dewi yang salah yah, bukan ayah" jawab dewi sambil memeluk sang ayahSambil mengusap-usap rambut dewi, pak Broto agak sedikit terisak"seandainya kondisi ekonomi kita stabil, seandainya ayah lebih mampu lagi untuk menghasilkan uang yang lebih banyak lagi, kamu tidak perlu sampai menyita waktu muda mu untuk bekerja dewi""tapi apalah daya, ayah hanya seorang buruh pabrik yang mendapatkan upah bulanan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja""ayah tau kamu memiliki impian besar untuk sukses di masa depan, ayah bangga akan hal itu""namun disisi lain ayah juga menyadari bahwa untuk mewujudkan impian itu tidaklah mudah, karena kemungk
Sesampainya di rumah, dewi langsung segera untuk mempersiapkan berkas lamaran kerja nya. Tulisan tangan yang tampak tertata rapi di selembar kertas putih mengawali impian panjang dewi yang sangat berharap agar bisa diterima kerja di toko tersebut. Tak lupa pula dilampirkan pas foto seukuran 3x4 berwarna sebanyak dua lembar, foto copy kartu keluarga dan juga foto copy akta kelahiran sebagai tambahan kelengkapan berkas, dikarenakan dewi belum mempunyai Ktp. Setelah lengkap semua nya langsung dimasukan ke dalam amplop coklat. siap untuk diantar.Keesokan harinya, siang hari selepas pulang sekolah, dewi langsung bergegas keluar kelas sesegera mungkin. karena tampak kelihatan terburu-buru bahkan dewi tak mengindahkan panggilan intan teman sekelasnya."hei dewi, mau kemana buru-buru sekali tampaknya?""yaahh dicuekin, hehehe" timpal yuli, teman sebangku intan sambil terkekeh"tau tuh si dewi akhir-akhir ini agak berubah" lanjut intan sambil berjalan keluar kela
Tok tok tok.. terdengar suara ketukan pintu ruangan kerja Pak Ardi"Ya.. Masuk" Pak Ardi mempersilahkan masuk"hmm.. permisi pak" jawab dewi agak sedikit gugupmaklum saja, ini adalah pengalaman pertama dia melamar pekerjaan, jadi suasana tegang, sedikit gemetar, dan takut menyelimuti perasaan dewi saat pertama kali masuk ke dalam ruangan tersebut."oh ya, silahkan duduk""ada yang bisa saya bantu?" tanya Pak Ardi"maaf pak, sebelumnya perkenalkan, saya Dewi Lestari" jawab dewi sambil menyodorkan tangan kanan untuk bersalaman dengan Pak Ardi yang langsung disambut dengan uluran tangannya juga."hmm begini pak, saya bermaksud untuk melamar pekerjaan di toko ini, apakah masih ada lowongan pak?" tanya dewiPak Ardi memperhatikan Dewi dengan seksama, sambil tersenyum ramah dan tanpa menjawab pertanyaan dewi tersebut, Pak Ardi Bertanya balik"Kamu masih muda, kenapa sudah ingin bekerja?Dewi yang mendapatkan pert
Keadaan dalam ruangan menjadi hening sejenak sesaat sebelum suara pak Ardi mencairkan suasana. "Baiklah Dewi, setelah memperhatikan dengan seksama dan melihat semangat kamu untuk menggapai impian masa depan, saya akan coba untuk menerima kamu bekerja disini" "berhubung kamu masih sekolah, saya tidak mempermasalahkan itu selagi kamu bisa bertanggung jawab dalam membagi waktu antara sekolah dan kerja" "saya mengizinkan kamu bekerja disini mulai dari kamu pulang sekolah sampai sore saat tutup toko, untuk hari minggu, kamu boleh libur" Walaupun pada saat akhir pekan sabtu dan minggu, toko biasa nya ramai pengunjung, namun menimbang bahwa status dewi yang masih sekolah ini, pak Ardi tidak terlalu memaksakan untuk memberikan beban kerja yang tinggi kepada Dewi, agar dia bisa tetap fokus terhadap pendidikannya yang lebih utama dibandingkan pekerjaan sampingannya ini. Mendengar jawaban dari pak Ardi, perasaan lega menyelimuti hati dewi sambil menyalami pak Ardi dewi bersyukur dan menguca
Tapi baru selangkah untuk menuju pintu keluar ruangan pak Ardi, Dewi berbalik lagi."Pak.." panggil dewiPak Ardi yang sedang menyusun berkas pun menoleh"ya, ada apa lagi dewi" tanya pak Ardi "boleh saya tanya sesuatu? jawab dewi"ya, silahkan.." jawab pak Ardi"Bapak beneran kenal dengan ayah saya?" tanya dewidengan ekspresi agak sedikit bingung terhadap pertanyaan dewi barusan, pak Ardi pun menjawab"ya, saya kenal sudah sejak lama dengan ayah kamu""tapi sudah agak lama saya tidak ketemu dengannya""kenapa memang nya kamu nanyain itu?" tanya pak Ardi"ahh enggak apa apa Pak" jawab dewi singkat"saya boleh minta tolong satu hal lagi pak? tanya dewi"katakan saja, kalo bisa saya bantu, ya saya bantu nanti" jawab pak Ardi"begini pak, apabila nanti diluar atau dimanapun bapak bertemu dengan ayah saya, saya minta tolong pak, untuk merahasiakan kepada ayah saya kalo saya kerja ditoko bapak" pinta dewi penuh harap"lho kenapa memangnya mesti dirahasiakan? tanya pak Ardi sedikit heran
Hari pertama masuk kerja dewi sangat antusias. Seperti kemarin selepas pulang sekolah, dewi langsung bergegas keluar kelas dan lagi-lagi tampak teman-temannya memperhatikan tingkah dewi yang kembali tampak terburu-buru. 10 menit berlalu dewi sudah sampai di toko, langsung menyapa beberapa karyawan lain sambil menemui mbak Fitri. "siang mbak.. saya belum terlambat kan?" tanya dewi "hehehe.. semangat sekali tampaknya" mbak dewi pun tertawa "ini malah lebih cepat 15 menit kamu tiba dari jadwal masuk kerja kamu" kata mbak Fitri "saya pikir sudah terlambat tadi mbak. hehehe" "saya ganti pakaian dulu ya mbak" dewi meminta izin sambil berlalu ke ruangan belakang mbak Fitri mengangguk selanjutnya dewi pun dengan semangat memperhatikan cara mbak Fitri maupun karyawan yang lain dalam melayani serta memberikan penjelasan produk kepada para pembeli. senyum tak pernah lepas dari wajah mereka, karena itu merupakan satu hal dasar yang sangat penting dalam berhadapan dengan konsumen. tak ter
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, cerita secara terperinci yang disampaikan oleh dewi tersebut sampai membuat pak Broto kembali meneteskan air mata, membayangkan betapa berat perjuangan yang dijalani dewi dalam beberapa bulan terakhir dan bahkan tanpa sepengetahuannya, hal ini disebabkan juga karena jadwal kerja pak Broto setiap hari dari senin sampai sabtu mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, itu pun juga kadang tidak langsung pulang kerumah. Saat pulang pun dewi sudah ada dirumah, sehingga sedikit pun tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan dewi ini selama ini. Sedangkan saat hari minggu, mereka sama-sama libur, jadi bila tidak ada kegiatan diluar, seperti undangan hajatan atau pun keperluan lain, mereka hanya menghabiskan waktu senggang dirumah saja. "kenapa ayah menangis?" tanya dewi saat melihat pak Broto mengusap air mata nya "gak apa-apa, ayah cuma sedih saja karena baru sekarang tau dan menyadari berat nya beban yang kamu pikul. Seandainya kamu dar
Siang harinya, pas pulang sekolah setelah selesai ujian hari pertama.. "eh dewi, kok kamu cepat banget ngisi jawaban tadi?" tanya Sri "iya, padahal dah ketinggalan hampir setengah jam" lanjut Intan "ya kebetulan aja sih soalnya gak terlalu sulit, jadinya bisa cepat jawabnya tadi, hehehe" ujar dewi sambil tertawa "gak sulit? gila... kita aja hampir pingsan liat soal kayak tadi" ujar Sri "ya beda lah,, otak kita jangan disamain dengan otaknya dewi, hahaha" jawab Yuli "kalian aja mungkin gak ngulangin belajar dirumah, padahal kan semua soal tadi sudah pernah kita pelajari sebelumnya" jawab dewi "sebanyak itu materinya gimana bisa masuk semua diotak pelajaran kemarin-kemarin" ujar Sri lagi "trus tadi bisa gak jawabnya?" tanya dewi "ada beberapa sih yang gak keisi, mau nyontek juga pengawasnya merhatiin terus, ampe gerak dikit aja susah, hahaha" jawab Sri sambil tertawa "besok ujian matematika lho, gak kebayang deh soalnya bakalan kayak gimana" ujar Yuli "nah iya, bisa-bisa gak
Beberapa jam sebelumnya, di pagi hari di pinggir jalan.. "kenapa yah ini motornya? kok tiba-tiba mati" tanya dewi kepada ayahnya "gak tau nih, padahal kemarin aman-aman saja" jawab pak Broto sambil beberapa kali menstarter motornya "bensin nya kali habis yah" ujar dewi sambil menerka-nerka "ah gak mungkin kalau itu, bensin sudah ayah isi penuh kok kemarin sore" jawab pak broto lagi "bisa terlambat nih dewi kalau gini, mana ujian hari pertama lagi" ujar dewi sedikit cemas "kayaknya sih begitu, mana belum ada bengkel yang buka juga di sekitar sini, kamu lanjut naik angkot aja ya" ujar pak Broto sambil membuka jok motor nya mengambil beberapa kunci pas "wah kalau naik angkot jalurnya mutar-mutar dulu yah, bisa tambah lama sampainya" jawab dewi tampak semakin bingung selang beberapa saat, sebuah sepeda motor berhenti di dekat mereka. tampak seorang pemuda yang diperkirakan berusia sekitar dua puluh tujuh tahun, berwajah ganteng dan juga dengan perawakan yang gagah. "kenapa pak m
Selang beberapa hari, di hari pertama ujian "Kok dewi belum datang ya?" tanya Intan kepada Sri yang lagi sibuk membolak-balik buku menghapal materi pelajaran yang akan diujikan hari ini "paling juga sebentar lagi" jawab Sri sambil melihat jam di tangannya yang menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit Sepuluh menit berlalu, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit, para siswa sudah duduk rapi di meja masing-masing sesuai nomor ujian saat dua orang guru pengawas memasuki ruang kelas. Namun dewi belum juga muncul. hal ini membuat Intan, Yuli dan Sri yang merupakan sahabat dekatnya tampak panik. "sudah masuk semua?" ujar salah seorang guru pengawas "maaf bu, dewi belum datang" ujar Intan sambil menunjuk kursi kosong di bagian depan sebelah kiri yang merupakan tempat duduk dewi "kemana dia?" tanya guru pengawas tersebut para siswa pun serentak menggeleng kepala karena tidak tau kabar dewi "baiklah kalau begitu kita langsung mulai saja, silahkan simpan buku-buku n
Selang beberapa saat, ternyata Edo tidak lanjut pulang. dari kejauhan dia melihat dewi yang keluar gerbang sekolah sendiri, berjalan berbeda arah terpisah dari Sri dan Intan. Edo tampak kecewa melihat itu, dalam hati ia bergumam 'kenapa dewi mesti berbohong kalau hari ini mau ada acara dirumah Intan, mungkinkah dewi tidak suka padanya dan berusaha menghindar' secara perlahan Edo pun mengikuti kemana arah dewi pergi, dan jalur yang dilewatinya ternyata menuju ketempat kerja dewi. dan memang benar, setelah sampai ditempat tujuan, dewi pun langsung masuk ke dalam toko. Edo pun lanjut pulang Di dalam toko, setelah berganti seragam kerja.. "Mbak Fitri, pak Ardi ada diruangan nya gak ya?" tanya dewi kepada mbak Fitri yang tampak sedang sibuk dengan pekerjaannya "kayaknya ada, tadi baru saja masuk habis dari makan siang di luar" jawab mbak Fitri "memang ada apa kok nyariin pak bos?" tanya mbak Fitri "hmm anu... mbak.. mau minta izin libur kerja, kan mulai senin depan, aku sudah mulai
Saat jam pulang sekolah.. "ehh pulang bareng yuk" ajak dewi kepada teman-temannya "tumben nih ngajakin bareng" jawab Sri "iya, biasa juga dah kabur duluan, emangnya kamu gak kerja hari ini?" ujar Intan "gak mau nih? yaudah aku duluan aja kalo gitu" jawab dewi sedikit ngambek "yahh gitu aja ngambek, bukan dewi yang biasa nya kalo ini, hehehe" ujar Intan lagi sambil tertawa "aku duluan ya, sori gak bisa bareng" ujar Yuli sambil merapikan tas sekolahnya "yuk Den" ajak Yuli kepada Deni yang duduk di bangku belakang "oke.." jawab Deni singkat sambil melangkah keluar kelas "mau kemana?" tanya Sri "ada deh, mau tau aja" jawab Yuli sepintas saat terjadi adu pandang antara Deni dengan dewi, dan mereka pun hanya saling berbalas senyum tanpa ada sepatah kata pun yang keluar "anterin aku ke tempat kerja ya" pinta dewi kepada dua sahabatnya itu "lho kenapa?" tanya Sri sedikit heran "aku gak enak nanti dilihat Edo" jawab dewi sedikit berbisik "maksudnya gimana nih?" tanya Sri lagi
Tak lama dewi masuk kelas, Intan dan Sri langsung mendekat ke meja tempat duduknya "aduuhhh romantisnya.." ledek Sri "mau juga donk diantar jemput tiap hari, hehehe" Intan pun tak mau kalah meledek dewi juga "apa yang kalian lihat tadi tak seperti yang kalian bayangkan ya" jawab dewi "aku sama Edo gak ada hubungan apa-apa" lanjut dewi lagi Selang beberapa saat, Yuli dan Deni masuk kelas berbarengan, mereka tampak heran dengan suasana kelas yang masih pagi tapi sudah heboh "ada apa nih rame-rame, masih pagi juga" ujar Yuli "ahh kamu sih telat datangnya, jadi ketinggalan info" celetuk Usman, salah seorang siswa dikelas itu juga "tuh, Usman yang lugu aja udah tau cerita, kalah update kamu sama dia, hahahaha" ujar Intan sambil terkekeh "emang ada kejadian apa?" tanya Yuli lagi, sambil memperhatikan dewi yang dari tadi diam saja "itu si dewi tadi diantar sama cowok" celetuk Usman lagi Mendengar itu, raut wajah Deni menjadi sedikit berubah, ada perasaan sedih dan sedikit kesal me
Keesokan harinya.."tiittt..tiiittt.." terdengar suara klakson di depan rumahnya, dewi yang sedang sarapan pagi bersama ayahnya, langsung keluar dan melihat sosok Edo yang sudah menunggu di depan."berangkat bareng yukk" ajak Edo kepada dewidewi pun tampak bingung karena sebelum-sebelumnya dia sama sekali tidak pernah dijemput teman, apalagi yang jemput adalah seorang cowok. 'waduhhh, bisa habis nanti aku diledekin teman-teman kalo ada yang lihat nanti' ujar dewi dalam hati"kok bengong.. ayokk siap-siap, nanti terlambat" Ujar Edo yang melihat dewi hanya diam mematung tanpa respon terhadap ajakannya tadi"kamu duluan aja Do, aku belum sarapan, nanti aku bareng sama ayahku aja" tolak dewi secara halus"yaudah gak apa-apa, gih sana sarapan dulu, aku tunggu disini ya" jawab Edo lagimelihat Edo yang tampak tak mudah menyerah, dewi pun hanya diam saja dan masuk ke dalam rumah melanjutkan sarapannya tadi"ada siapa dew?" tanya pak Broto"Edo yah.." jawab dewi singkat"tumben pagi-pagi ke
Di suatu sore, di rumah bu Mirna "Edo.. sini bentar" ujar bu Mirna memanggil anak sulungnya tersebut yang lagi asyik main gitar di teras depan rumah. "ya bu, ada apa" sahut Edo sembari mendekat kearah dapur "kamu mampir ke rumah pak Broto, tolong antarkan ini ya" ujar bu Mirna lagi sambil menyerahkan sebuah rantang empat tingkat "apa ini bu?" tanya Edo "owh itu ada lauk makan, tadi ibu masak kebanyakan, jadi ibu pikir dari pada nanti lama habisnya, mending ibu bagi-bagi aja sedikit ke tetangga" jawab bu Mirna "cuma buat pak Broto aja?" tanya Edo lagi "owh iya, tinggal pak buat Broto yang belum diantar, kalo buat pak Herman dan Bu Lilis sudah tadi ibu yang antar" jawab bu Mirna sambil tersenyum mendengar itu Edo sedikit berfikir, kenapa yang pak Broto gak sekalian aja tadi ibu nya yang antar. apa jangan-jangan ibu sengaja nyuruh aku, biar bisa sekalian ketemu sama dewi. ucap Edo dalam hati "iya bu, sini Edo antar ke rumah pak Broto" ujar Edo sambil meraih rantang makanan ters
Setelah menceritakan kejadian tersebut kepada teman-temannya, dewi kemudian menatap tajam kearah Yuli "emang apa aja yang kamu ceritain sama Deni tentang aku? tiba-tiba dewi bertanya kepada Yuli yang lagi asyik menyantap mi ayam pesanannya Yuli pun kaget, tetapi kemudian terkekeh "hehehe, maaf ya dew, aku ceritain ya apa adanya aja" jawab Yuli Intan dan Sri yang mendengar itu serentak menoleh ke arah Yuli "semuanya?" tanya dewi lagi "i..iyaa.. yang aku tau aja" jawab Yuli lagi "maksudnya gimana nih, kok aku gak ngerti ya" tiba-tiba Sri yang tampak bingung memotong obrolan mereka "ada hubungan apa sih antara kamu sama Deni?" tanya Intan melanjutkan "ceritain dari awal Yul" pinta dewi "hmm, jadi gini ya teman-teman ku yang baik hati dan tidak sombong, aku ceritain semua deh, dengerin ya.. hehehe" ujar Yuli sedikit dengan nada manja "aku sama Deni itu sebenarnya sudah berteman dari kecil, dari jaman SD dulu, karena Ibu nya Deni dengan Ibu ku itu teman dekat juga. Jadi ya kami