Share

Mual

Author: Winda
last update Last Updated: 2021-06-01 18:03:41

"Ya, ibu senang melihat badan kamu sekarang, tidak begitu kurus seperti dulu, kamu sudah banyak berubah, Sil," ucap ibu. Namun, dari sorot matanya seperti menyimpan sejuta tanya untukku, yang tak bisa ia ungkapkan.

 "Aku kerja di kota Bu, sebagai asisten bos, masa tak ada perubahan sedikitpun, lagipula, Pak Devan menjamin semua kebutuhanku," ucapku memuji lelaki itu, padahal di dalam hati ini sungguh mengutuknya.

"Uhuk." Mas Alex tersedak tiba-tiba, seolah ia tak terima jika aku memuji Devan, karena ia sangat tahu, apa yang sudah Devan lakukan padaku.

"Kenapa, Nak Alex?" tanya ibu cemas.

Lelaki berjaket hitam itu  menggeleng seraya mengusap  bibirnya, "Gak Bu, cuma keselek," kilah Mas Alex melirik dengan ujung netranya tak suka.

"Minum, Mas!" seruku seraya menyodorkan botol minuman, ia mengangguk lalu menerimanya.

"Terima kasih, ya Sil,"

"Makanya Mas, pelan-pelan makan pisang gorengnya, masih banyak kok," ucapku dengan senyuman.

"Sebentar ya, ibu tinggal, mau balik ikan, masih di penggorengan," ucap  ibu beranjak dari ruang tamu.

"Iya, Bu," jawabku dengan Mas Alex serentak.

Sepeninggalnya ibu Mas Alex mendekatiku, ia mencondongkan badannya ke depan, "Sil, kamu apa-apaan sih, puji si Devan segala? Sudah jelas, lelaki itu bajingan, andai Mas tahu orangnya seperti apa, akan Mas buat dia menyesal,"

"Gak mungkin Mas, kamu gak akan bisa melawannya, dia kuat,"

"Sekuat apa sih dia?"

"Bukan orangnya yang kuat, tapi, ajudannya banyak,"

"Ouh." Mas Alex menarik nafas pelan, "Lalu, apa yang harus Mas lakukan?"

"Tak usah, Mas, kamu sudah terlalu banyak membantuku, aku tak mau merepotkanmu lebih banyak lagi," 

"Sil, demi cinta. Mas akan lakukan apa saja," 

"Tapi Mas, jika kita membalas perbuatannya, yang pasti Devan akan lebih mudah menemukan aku, maka aku pasti akan ia bawa kembali. Mengingat ada janin miliknya yang tumbuh di rahim ini,"

"Ya, maaf Mas tidak terpikirkan sampai kesitu,"

"Tak apa Mas, aku sungguh berterima kasih padamu, karena kamu, aku merasa menjadi wanita yang lebih baik, meskipun aku ini seorang perempuan hina,"

"Cukup, Sil! Jangan katakan kamu adalah perempuan hina, kamu begitu berharga bagi Mas,"

"Terima kasih Mas, kamu begitu baik padaku," ungkapku seraya menggenggam tangannya, derai air mata tak bisa kubendung karena terharu, masih ada lelaki yang begitu baik di dunia ini, dan mau menerima perempuan sepertiku.

"Jangan menangis! Mas tak suka itu," seru Mas Alex mengusap air mataku dengan punggung ruas jemarinya lembut.

"Iya Mas,"

"Ada ibu, tuh," ucap Mas Alex sedikit berbisik. Ku menoleh pada ibu yang memanggilku, lalu ia menghampiri dan duduk di kursi sampingku.

"Sil, kamu nangis ya?" tanya ibu dengan tatapan khawatir, ia memegang bahu dan satu tangannya diletakkan di pipiku, "Kamu kenapa Nak? Katakan pada ibu, kamu baik-baik saja, kan?" tanya ibu lagi membuatku gusar.

"Nak, Alex, Silvi kenapa?" Ibu beralih menatap Mas Alex. Ia hanya diam, mungkin bingung harus menjawab apa.

Ku Genggam tangan ibu dan kutatap matanya yang begitu terlihat khawatir, "Bu … aku menangis karena bercerita tentang kehidupan kita dulu, sewaktu ada ayah, aku menangis karena rindu pada ayah," ujarku bohong. Mas Alex hanya tersenyum samar mendengar sandiwaraku.

"Ayahmu, sudah tenang di alam sana, jadi, berdoalah untuk ayah, agar ayahmu dapat kehidupan yang tenang di sisinya,"

"Amiin," jawabku dengan Mas Alex.

"Jangan menangisi, ayahmu ya Nak! Ibu juga sangat merindukannya,"

Kutarik tubuh ibu kedalam pelukan, "Iya Bu, tapi aku bersyukur, masih punya ibu, dan adik-adik, yang sangat aku sayangi, aku sangat bahagia bisa berkumpul kembali bersama ibu, dan adik-adik. Kukira, aku akan terus bekerja dengan pak Devan, yang menyita waktuku, dan takkan pernah bisa kembali pada ibu di waktu yang cepat,"

"Hm, maafkan ibumu ini ya, Nak! Karena ibu, kamu jauh-jauh mencari rezeki ke kota besar, terpisah dengan adik-adikmu,"

"Gak apa-apa Bu, yang terpenting, sekarang kan kita sudah berkumpul kembali. Tapi, aku takkan lama-lama di sini, mungkin hanya bisa satu atau dua Minggu, dan aku akan kembali ke kota bersama Mas Alex, bekerja lagi untuk masa depan,"

"Untuk apa? Hidup kita sudah jauh lebih baik, semenjak kamu kerja dengan pak Devan. Sebaiknya kamu jangan pergi lagi ya, Nak! Ibu khawatir, jika kamu jauh dari jangkauan. Ibu takut," ucap ibu mengkhawatirkanku.

Mungkin ibu khawatir aku terjerumus pergaulan bebas di kota. Meskipun aku tak punya pergaulan di sana, tapi aku sudah bukan Silvi yang dulu, aku hanyalah manusia yang hina lebih dari sampah.

Mas Alex menegakkan badannya, seraya menarik napas, "Tenang, Bu! Ada saya yang akan menjaga Silvi, tapi setelah saya dapat restu dari ibu," timpal Mas Alex sembari menatapku.

"Tentu. Nak, tentu ibu akan merestui kalian," ucap ibu sambil melepas pelukan dan menatapku juga Mas Alex.

"Sil, dengarkan. Kata ibumu?" timpal Mas Alex, aku hanya tersipu malu.

"Oh, iya Mas. Di makan lagi pisang gorengnya," ucapku mengalihkan pembicaraan, seraya mengambil botol air minum, karena kerongkonganku mulai terasa mual.

"Iya Nak Alex, masa di anggurin, nanti makanannya nangis loh, kalau cuma di lihatin," gurau ibu ramah, sembari menyodorkan piring ke hadapan Mas Alex.

"Iya Mas, cobain deh! Pisang goreng bikinan ibu, enak banget loh," seru ku pada lelaki yang tengah duduk di kursi berseberangan denganku.

 Dia Pun mengangguk, seulas senyuman tipis ia tunjukkan dari bibirnya. Mas Alex begitu tampan dan masih muda, Namun, jika dibandingkan dengan Devan, ia lah yang unggul. Devan satu tingkat lebih tampan darinya.

"Sudah, Bu. Saya sudah cobain tadi, ternyata enak, ya," 

"Lagi Mas,"

Mas Alex mengangguk dan tersenyum, tangannya terulur meraih pisang goreng yang masih terlihat mengeluarkan asap.

Dari tampilannya begitu menggugah selera, liurku hampir menetes melihat makanan yang tersaji di meja, ingin sekali aku mencicipinya, namun ada rasa khawatir. Karena aku selalu memuntahkan apapun yang masuk ke dalam mulut.

Dengan hati ragu. Namun, rasa ingin yang tak tertahankan lagi, aku pun mengambil satu potong, untuk kumakan, kugigit sedikit demi sedikit hanya mencicipi, aku harus mengkondisikan perutku, yang seringkali mual dan tanpa bisa kutahan.

Kukunyah pisang goreng hangat itu, disusul dengan minuman dingin, agar mudah ditelan, untuk meminimalisir rasa mual. Kutarik nafas dalam-dalam,  menahan sebisa mungkin agar cairan di tenggorokanku tak keluar, aku tak mau ibu tahu tentang kehamilanku ini.

Ibu bisa syok dan mengusirku, jika dia mengetahui soal kondisiku yang sebenarnya.

"Kenapa Sil? Gak enak ya?" tanya ibu menatapku heran, mungkin wajahku yang menegang sehingga ibu bertanya seperti itu.

Aku menggeleng, "Enak Bu, enak banget malah," jawabku cepat. Kulirik Mas Alex dengan sudut mata, dia terlihat gelisah menatapku, mungkin dia cemas karena aku memaksakan menelan makanan yang membuatku mual.

 Tatapanku beralih pada ibu. "Oh iya Bu, apa ibu masih jualan nasi uduk?" tanyaku ingin mengalihkan pembicaraan.

Related chapters

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Aku Telah Gagal

    "Ya, masih dong ... apalagi sekarang warung kita semakin banyak pelanggannya. Kalau nasi uduk itu kan, memang khas jualan ibu sedari dulu, semenjak Ayahmu sakit dan tak bisa mencari nafkah untuk kita. Niatnya ibu gak jualan nasi uduk lagi, cuma gorengan sama sayur mayur, tapi ya … tetangga pada nanyain. Ya, sudah, ibu jualan lagi, kasian pelanggan ibu mereka setiap pagi kesini cuma untuk cari sarapan," ucap ibu panjang lebar. "Tapi Bu, jangan dipaksakan, kalau ibu sudah capek dan gak sanggup, nanti ibu sakit," ujarku, sambil mengelus punggung tangan wanita berbalut daster batik dan kerudung bergo itu, kutatap wajahnya yang berbinar menyiratkan bahwa dia begitu gembira bicara tentang dagangannya padaku yang kian hari semakin laris. Mas Alex hanya menyimak percakapan kami, sambil menikma

    Last Updated : 2021-06-08
  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Menjaga Amanat

    "Ibu … ibu percaya kan sama aku! Kenapa ibu tanya itu lagi?" "Ibu hanya khawatir. Sil, kamu paham kan," "Tentu ibu, aku tahu perasaan seorang ibu seperti apa terhadap anak gadisnya. Tapi, aku tahu batasan dalam pergaulan. Bu," "Terima kasih ya. Nak, kamu sudah menjaga amanat ayah dan ibu, untuk menjadi gadis yang baik, meskipun kamu jauh dari pantauan ibu," ucap ibu menatapku, lalu menarik nafas panjang sebelum berucap kembali. Aku hanya diam mendengarkan dengan sungguh-sungguh. "Ibu percaya sama kamu, dan ibu yakin kamu tak mungkin melakukan hal serendah itu. Kadang ibu cemas, mendengar ucapan tetangga yang suka menjelek-jelekkan kamu, melihat perubahan hidup kita yang drastis, mereka mengatakan

    Last Updated : 2021-06-11
  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Janji

    "Silvi, ibu. saya ada urusan, mesti ke Bandung sekarang juga, besok sebelum kembali ke Jakarta saya akan mampir lagi kesini, melihat Silvi," ujar Mas Alex, sambil merapikan jaketnya. Namun, tatapannya tetap fokus padaku. "Tapi Mas." Aku bangkit lalu melangkah dan berdiri di samping Mas Alex. Pria ini menggenggam tanganku, menatap wajahku penuh kasih. "Mas pergi dulu, ya. Kan tadi waktu di perjalanan Mas sudah bicara sama kamu, bahwa Mas tak bisa lama-lama, setelah mengantarmu pulang ke rumah, dan memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Sesungguhnya Mas tak ingin meninggalkan kamu. Namun, ada urusan penting," ucapnya, tangan Mas Alex mengayun dan mengusap bahuku. Ibu berdiri dan menatap kami dengan wajah berbinar. "Ibu yakin kalian punya hubu

    Last Updated : 2021-06-11
  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Kesungguhan

    "Gak apa-apa. Mas serius, ingin memuliakan kamu, sebagai istri Mas, kamu begitu berharga di hati Mas, Silvi. Meskipun banyak perempuan cantik, yang ibu jodohkan, dan ibu tawarkan untuk menjadi calon istri Mas. Tapi, tak ada satupun yang Mas suka, cuma kamu. Silvi," "Mas, seharusnya kamu menerima perempuan yang ibumu pilihkan, mereka pasti gadis terhormat, pilih salah satunya, bukan aku!" ucapku memalingkan wajah dari tatapannya. Mas Alex meraih tanganku kembali, "Hati tak bisa dipaksakan, apapun yang akan ibu lakukan. Mas tidak peduli. Hanya kamu yang Mas inginkan, dan Mas cintai," "Tapi, mas," "Jangan berpikir tentang ibu, lagi! Kita yang akan menjalani hidup, bukan orang lain. Percaya Silvi, pada cinta yang Mas miliki untuk, kamu!" "Terima kasih Mas, kamu begitu baik padaku, Terima kasih atas cinta yang telah kau berikan padaku, aku sangat beruntung sudah mengenal lelaki sepertimu," ucapku, dengan tangisan haru. Entah kenapa mata ini selalu

    Last Updated : 2021-06-22
  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Kepastian

    Kulakukan 10 "Tunggu Mas, ya! Lusa Mas pasti kembali, dengan janji dan membawa segenap cinta untukmu. Mas akan segera menikahimu," ujarnya yakin dan mantap. "Iya Mas, aku pasti akan menunggumu." Aku tersenyum menatap, wajahnya yang tampan. Mas Alex merogoh saku celananya, yang berada di belakang. "Oh, iya. Susu, masih ada kan?" tanyanya. Membuat ku mengernyit. "Ada, masih banyak, kan kemarin kita belanja segala kebutuhan untukku, sehari sebelum kita kesini, masa Mas sudah lupa, kamu sendiri yang mengantar aku, bahkan Mas yang pilih semua barang keperluanku. Memangnya kenapa, Mas?"

    Last Updated : 2021-06-28
  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Pertanyaan Ibu

    "Iya Mas, aku akan jaga anak ini demi kamu. Tapi, kenapa Mas, kamu begitu menginginkan anak yang ada di dalam kandunganku ini? Padahal kamu tahu ini bukan anakmu," tanyaku ingin tahu. Mas Alex menyunggingkan senyumnya. "Karena Mas mencintai kamu, Mas akan menerima dia sepenuh jiwa, sebagai anak Mas sendiri, tak ada alasan untuk tidak menerima kalian berdua," ungkap Mas Alex, tanpa sedikitpun ada keraguan, dari sikap dan semua ucapannya, membuatku semakin yakin pada kesungguhannya. "Terima kasih Mas, atas cinta yang telah kau berikan padaku, dan segala kebaikanmu." Aku merasa malu pada Mas Alex, dia sudah memberikan segalanya untukku, kasih sayang dan cintanya yang begitu besar. Dia juga selalu memberikan apapun yang aku butuhkan, memang, aku tak pantas untuknya, tapi, aku begitu mencintainya. Aku juga merasa malu padanya, karena aku tak bisa menjaga kehormatan, sebagai seorang wanita. Hanya penyesalan yang terus menggelayut

    Last Updated : 2021-06-30
  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Pertanyaan Ibu bagian. 2

    "Tapi Sil, ibu tuh agak khawatir sama kamu, ibu tak salah lihat kan, tadi Nak Alex mengelus perutmu, jujur sama ibu Nak! Ibu takkan marah, ibu tau, kamu takkan berbuat sehina itu?" ucapan ibu seakan memancing diriku untuk berkata jujur, kemudian ia menggenggam tanganku begitu erat, seraya menatapku dengan tatapan yang amat dalam. Kupalingkan wajahku dari tatapan ibu, menundukkan kepala sembari menggeleng pelan, dan sungguh, aku tak berani menatap mata wanita paruh baya yang duduk di sampingku ini, tatapannya begitu menusuk, membuatku sulit untuk berkilah. "Gak Bu, aku gak hamil, aku bersumpah demi ibu, aku mohon, ibu percaya sama aku! Aku tak mungkin melakukan hal seperti itu," ujarku tanpa menatapnya, tak mampu kupungkiri, hati ini benar-benar tak bisa tenang karena aku menyimpan sejuta kebohongan dalam dada ini. Terpaksa aku berbohong pada ibu, aku takut. Meskipun ibu mengatakan bahwa ia tak akan marah, tapi aku tahu, ia pasti akan sang

    Last Updated : 2021-07-14
  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Tamu Tak Diundang

    "Mas Alex, bagaimana ini? Aku takut, menghadapi Devan, jika tamu itu benar adalah dia?" gumamku sambil duduk di depan cermin merapikan rambut yang agak basah, lalu ku ikat simpul, tak lupa memoles wajah dengan bedak natural white dan lipstik warna alami, agar wajah dan mataku tak terlalu kentara karena aku habis menangis. Kutarik nafas dalam-dalam mempersiapkan diri untuk menemui tamu yang dikatakan oleh ibu. Entah siapakah dia? Aku hanya berharap, semoga saja bukan bajingan itu yang datang menemuiku. Batinku terus saja memohon dengan perasaan yang tak tenang. Dengan hati gundah, kubuka pintu kamar lalu menyibak gorden berwarna merah maroon penutup pintu. Dengan langkah pelan aku berjalan menuju ruang tamu. "Tak ada tamu, mana tamunya?" gumamku sambil mengedarkan pandangan. Apa tamunya tidak diajak masuk oleh ibu? Tapi, itu tidak mungkin, ibu orangnya sangat ramah tamah pada siapapun. Ah, mungkin saja orang itu lebih memilih menungguku di luar menikma

    Last Updated : 2021-09-09

Latest chapter

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Terjebak Tantangan

    Tak ingin menanggapi ucapan Devan, yang selalu mengarah kedalam hubungan intim, aku menarik tangan dari genggamannya, berlalu meninggalkan dia yang masih berdiri di balkon, menuruni anak tangga menuju ruang makan karena perut mulai berbunyi minta diisi. "Selamat malam, Non." Bi Rika menyambutku, menggeser kursi untukku duduk, dia menyiapkan piring dan mengisi makan, semuanya nampak enak dan bergizi. Tentunya, Devan ingin yang terbaik untukku dan calon bayinya, seperti Mas Alex, dulu sewaktu aku tinggal bersamanya, dia selalu memberikan asupan makanan yang bergizi setiap hari, dia sering berkata sambil mengelus perutku. "Baby, kamu jangan nakal, ya! Mama jangan dibuat mual lagi, kasihan." Mas Alex memperhatikan perut buncitku sambil terus mengusapnya naik turun, "Semalam, baru saja mamamu bisa makan enak sudah di keluarkan lagi. Baby, kamu sedang apa, sayang? Pasti sedang bobo," ucapnya kala itu, wajahnya nampak bahagia seperti seorang ayah yang mencintai calon buah hatinya. "Papa

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Jangan Sentuh

    POV Silvi.Rasa bahagia menggelenyar dalam lubuk hatiku. Ya, awalnya, diri ini tak sama sekali menginginkan anak yang ada dalam kandunganku. Namun, setelah melihatnya tadi saat pemeriksaan ultrasonografi aku merasa terharu. Dulu, berbagai cara aku lakukan, untuk melenyapkan makhluk kecil yang bersemayam dalam rahimku, tapi usahaku selalu gagal. Dan, beberapa bulan lagi dia akan segera lahir ke dunia ini, aku akan menjadi seorang ibu."Nak, maafkan mama ya, mama pernah menginginkan kau tiada. Mama begitu kejam padamu." Kutatap perutku yang agak membuncit, ada pergerakan di dalam sana seolah anak itu tahu apa yang sedang aku katakan."Mama janji, mama akan mencintaimu. Memberikan seluruh kasih sayang untukmu, Nak."Air mataku meleleh. Andai semua ini bukan perbuatan Devan dan aku memiliki keluarga kecil, betapa bahagianya aku.Setelah pulang dari rumah sakit, seharian aku berada di dalam kamar benar-benar merasa bosan tinggal di kamar sendirian. Bukannya aku sombong dan tak ingin berbau

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Tak Tahan

    POV Devan.Harapan untuk membina rumah tangga dan membesarkan anakku bersama Silvi wanita yang begitu aku cintai, meskipun ia tak mencintaiku sama sekali. Namun, aku tak peduli dengan rasa ia terhadapku, semoga saja tak ada hambatan untuk dua hari kedepan sampai hari pernikahan kami tiba.__Siang ini kami ada janji dengan dokter kandungan untuk memeriksakan kehamilan Silvi. Tak sabar ingin melihat calon buah hati kami, ya, bisa dikatakan buah hatiku, karena Silvi tak begitu menginginkannya."Bayinya sehat, pergerakannya juga mulai aktif. Denyut jantungnya juga normal, berat dan ukuran sesuai dengan usia janinnya," kata sang dokter menjelaskan sambil terus menggerakkan alat transducer di atas permukaan perut Silvi yang sedikit membuncit. Mataku nggan tuk berkedip menatap takjub ke layar monitor berwarna hitam dan putih yang bergerak-gerak."Anakku," kata Silvi lirih. Namun, masih bisa kudengar tatapan terfokus pada layar tersebut memperlihatkan pergerakan bayi yang kini masih bersemay

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Jalan Sore

    POV Silvi. Perhatian Devan begitu lembut dan hangat. Namun, tak sedikitpun membuat hatiku iba dan mau menerima dia begitu saja. "Silvi, kau jangan bicara seperti itu! Kau tahu, aku tak mau kehilanganmu, karena aku sangat mencintai dan menginginkanmu. Dua hari lagi hari pernikahan kita akan dilaksanakan, kuharap kau bersiap menerima segala kekurangan dan memaafkan segala dosa yang pernah kubuat. Aku akan mengikat janji suci didepan penghulu, kau akan menjadi permaisuri dalam hidupku untuk selamanya," ucap Devan sungguh-sungguh, tak ada kebohongan dari sorot matanya bahwa yang diucapkannya itu benar, kalau dia memang mencintaiku. "Kalau soal itu, aku pasti menepatinya. Aku akan menikah denganmu, demi anak ini. Tapi, aku tak bisa janji untuk menerimamu didalam hatiku." Aku menengadah seraya mengusap air mata yang tak kuminta untuk keluar. Ingatanku terpusat pada Mas Alex yang begitu baik. Hatiku sungguh pedih dengan kenyataan ini. Bagaimana hati ini tidak merasa pedih dan sakit? Yan

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Tak Usah Takut!

    POV Devan.Aku tersenyum melihat ekspresi muka Silvi yang begitu ketakutan. Ia beringsut mundur, kedua tangannya mencengkram erat kerah bajunya menutup rapat dada hingga leher. "Mau apa, kau?" Silvi menatap waspada. Aku menggeleng dan tersenyum tipis, "Aku hanya mau mengajakmu, untuk …." Sengaja aku tak melanjutkan kalimat. Dengan tenang aku melipat lengan baju sampai bawah siku. Ku longgarkan dasi dan melepasnya kemudian membuka kancing baju paling atas. Silvi menatapku tajam dengan napas memburu penuh ketakutan. "Jangan mendekat!" bentak Silvi menunjuk jari telunjuknya ke arah wajahku. "Jangan marah-marah dulu! Aku takkan pernah menyakitimu, Silvi. Aku hanya ingin mengajakmu sejenak menghilangkan penat."Sengaja aku menggoda dia."Maksudmu apa?""Tak ada maksud apapun,""Katakan jangan membuatku takut, dan tambah membencimu!""Silvi, kamu pasti bosan terkurung di rumah ini. Makanya aku mau ajak kamu untuk jalan sore. Kamu pasti penat berada seharian di dalam kamar, jangan berbur

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Doaku Untukmu

    POV Silvi.Selepas makan siang dan minum susu, aku minum vitamin dari dokter yang sudah disediakan Devan diatas piring kecil. Pikiranku saat ini terfokus pada Mas Alex, entah mengapa hati ini begitu khawatir takut terjadi sesuatu padanya. Tuhan tolong lindungilah dia, lindungi dari orang-orang jahat dan jauhkanlah dia dari marabahaya. Hanya doa yang bisa kupanjatkan, semoga Mas Alex dalam keadaan baik-baik saja. Air mataku menetes kala teringat masa-masa indah bersamanya, walaupun kami tak saling mengungkapkan kata cinta, tapi rasa itu tumbuh begitu kuat dalam hati. Sebelum berpisah aku dan Mas Alex dulu bertemu di sebuah cafe ungkapan cintanya belum sempat kujawab hingga akhirnya kami dipertemukan kembali di tempat yang tak disangka-sangka.Mas Alex begitu mencintaiku, aku pun sama mencintainya. Ketulusan dan perhatiannya amat besar, membuatku luluh dan hanya dia yang ada dalam hatiku. Ia juga mau memberikan status untuk anakku nanti, dan rela bertanggung jawab meski bukan dia yang

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Menunggumu

    POV Devan.Segala rasa rinduku padamu, dan rasa cintaku untukmu, akan kusimpan dalam hati. Biarlah waktu yang akan menjawab meski seribu tahun lamanya aku akan tetap menunggumu, menunggu kau membuka hatimu untukku.Kuberharap Silvi percaya dengan apa yang aku ucapkan, bahwa aku sungguh-sungguh akan berubah demi dia. Terutama demi anak yang dikandungnya."Besok, aku ingin mengajakmu ke rumah sakit."Silvi menatapku tak suka, "Untuk apa?" tanyanya datar."Aku hanya ingin memeriksakan kandunganmu saja,""Kan, tadi sudah diperiksa oleh dokter. Untuk apalagi?""Aku ingin tahu perkembangan janinnya, dan ingin melihat bayi di perutmu,""Aku tak ingin pergi ke mana-mana," tolak Silvi memalingkan wajahnya dari tatapanku."Sebentar saja. Sekalian kita jalan-jalan agar kau tidak merasa jenuh!""Aku lelah, dan ingin di kamar saja."Bibir ini kuusahakan untuk selalu tersen

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Perhatian Devan

    POV Silvi.Andai aku bisa memenjarakan Devan, aku ingin memberi dia pelajaran, tapi apalah daya aku tak bisa. Dan hanya bisa menyerah dengan keadaan.Setengah hari tinggal di rumah Devan terasa satu tahun lamanya berada disini, aku ingin pulang bertemu ibu kembali. Menyesal tak mendengar perkataan ibu yang mengajakku pergi bersama-sama dari kampung itu."Silvi, aku masuk ya." Devan membuka pintu separuh tubuhnya melongok ke dalam. Aku mengangguk mempersilakan, tak ada alasan bagiku untuk melarangnya selama ia tak melakukan hal yang tidak aku inginkan."Ini sudah waktunya makan siang, aku lupa bahwa kamu belum makan apapun. Maaf aku terlalu memaksa dirimu, sehingga aku lupa dengan kondisimu." Devan meletakkan nampan berisi nasi dan sup jamur, ayam goreng juga segelas susu di atas nakas. Kemudian ia duduk di tepi ranjang."Setelah makan minum susunya, ya! Ini susu murni, aku belum sempat membeli susu hamil untukmu, nanti

  • Kulakukan Demi Keluarga Season 2   Maafkan Aku

    POV Devan.Aku mengerti dengan perasaan Silvi, aku begitu paham kenapa dia terus menolak itikad baikku untuk menikahinya. Kuakui aku memang lelaki bodoh dan kasar, mengedepankan hawa nafsu hingga mengabaikan kewarasanku. Wajar Silvi begitu membenciku dan jijik terhadapku, tapi aku berjanji mulai saat ini aku akan berubah."Besok aku akan meminta pak Reno ke rumahmu! Untuk mengambil berkas-berkas yang kita butuhkan,""Apa saya boleh ikut?" tanya Silvi ragu-ragu."Tak usah! Hanya pak Reno sendiri yang akan ke sana. Aku pun tak ikut," jawabku seadanya."Kenapa kau melarangku, sekedar untuk menemui ibu?""Bukannya kau sudah diusir oleh warga di kampungmu? Kenapa kau ingin kembali ke sana?""Itu karena perbuatanmu, sehingga saya diusir dari kampung halaman sendiri. Dipermalukan didepan semua orang, ibu dihina habis-habisan hingga dia begitu terpukul." Silvi menyeka air matanya dengan cepat, menarik napas dalam-dalam

DMCA.com Protection Status