Share

BAB 83 — MAAF

Penulis: Sinar Rembulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tahu ini tujuanmu sejak lama. Tetapi kau juga tidak boleh mengorbankan perasaan Gemintang dan Maura!" Manggala kembali menasihatinya. "Lagipula lusa agendamu terlalu padat."

"Reschedule saja," jawab lelaki itu dengan mudahnya mengundang dengkus kesal dari Manggala.

"Tidak bisa, Janu! Lusa kau sudah jadwalkan presentasi penting dengan dengan GreenLand group, kau jangan lupa ini kepercayaan terakhir mereka setelah kekacauan kemarin. Selain itu, ada rapat dengan dewan direksi terkait proyek ekspansi."

"Ck! Apa gunanya kau sebagai Vice CEO?"

"Meski aku menggantikan, jangan lupa bahwa ada acara amal yang sudah kita rencanakan sejak lama. Kau harus hadir di sana sebagai pembicara utama. Acara ini tidak bisa diubah atau diundur begitu saja. Jadi, kau tetap tidak bisa berangkat lusa."

Janu kembali mendesah lelah, pria itu mengeluarkan ponselnya dan turut memeriksa agenda. Dia mencari tanggal yang sekiranya pas. "Kalau begitu hari jumat saja!" katanya sebelum melempar kembali ponselnya k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 84 — AKU JUGA BISA MARAH!

    Sayangnya, tidur Gemintang terlalu nyenyak hingga tak mendengar permintaan maaf itu. Sementara Janu tampak seperti pria pengecut yang tak ingin berusaha lagi mengambil hati Gemintang, memilih untuk membiarkan suasana rumah tangga mereka tetap membeku, berharap semuanya akan membaik dengan sendirinya tanpa harus menghadapi percakapan yang sulit.Meskipun demikian, keduanya masih mampu menjaga sikap ketika di hadapan Maura. Hari Minggu pun tak jauh berbeda. Janu dan Gemintang tampak bahagia menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan, berperan seolah tak ada masalah, menyembunyikan luka dalam rumah tangga mereka dengan tawa dan senyum yang dipaksakan demi menjaga hati gadis kecil itu.Namun, ketika Maura tak ada, keheningan dan jarak yang menganga di antara mereka semakin terasa menyiksa. Entah sampai kapan Gemintang akan bertahan, dia hanya bisa mengusahakan yang terbaik demi Maura, buah hatinya.Hari ini, Gemintang kembali bekerja dan karena Maura tidak sekolah, maka ia menitipkannya

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 85 — SALAH PAHAM

    “Tunggu ... Lorena?” tanpa sadar, bibir Gemintang menggumamkan nama itu.Baskara yang sedang merapikan ponsel dan dompetnya, menoleh sambil mengangguk pelan. "Ya, dia sudah lama ingin bertemu denganmu. Ada hal yang ingin dibicarakan, jadi kurasa hari ini adalah waktu yang tepat. Kalian bisa berbincang sepuasnya."Gemintang mengerjap, mencoba mengingat nama itu. Lorena. Ia pernah membaca nama tersebut di ponsel Baskara beberapa waktu lalu dan juga melihatnya pada daftar tamu pesta NovaLuxe kemarin. Namun, ia tidak ingat jelas siapa Lorena dan jabatan apa yang dipegangnya.“Ada masalah, Gemintang?” tanya Baskara, yang masih menunggu jawaban darinya. Gemintang lalu menggeleng cepat.“Tidak, hanya saja, aku merasa tidak mengenalnya,” jawab Gemintang. Baskara tersenyum.“Tidak apa-apa, setelah ini kau bisa mengenalnya lebih baik,” ujarnya sembari mendekat dan mengajaknya keluar. "Ayo."***Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di sebuah restoran di pusat kota. Seorang wanita berambut

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 86 — WAKTUNYA MEMBALAS!

    Brakk!Gemintang meletakkan gelas yang baru saja ia ambil dengan cukup keras di meja. Tak peduli dengan beberapa pasang mata memandang, tetapi Gemintang tak bisa menahan rasa kesal yang tiba-tiba muncul dalam hatinya.Entahlah, beberapa hari ini emosinya tak terkendali.Suasana di meja makan mendadak hening. Lorena dan Baskara saling bertukar pandang, tak menyangka dengan reaksi Gemintang yang tiba-tiba. Gemintang sendiri memejaman kedua matanya, napasnya sedikit memburu.“Gemintang, kamu baik—” Lorena ingin berkomentar, tetapi Gemintang mengangkat satu tangannya, mengisyaratkan agar wanita itu tak bicara lagi.“Aku tidak tahu apa rencana kalian. Entah apa yang membuat kalian bekerjasama di belakangku, tetapi apa pun itu, aku tidak mau kalian membuat hal seperti ini hanya untuk membuat nama G’Lars menjadi terkenal di beberapa kalangan.” Gemintang lalu menggeser pandangan ke arah Baskara dan menatapnya dengan tajam. “Bas, apa kamu lupa permintaanku kemarin?”Seketika, nada bicara Ge

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 87 — BENDERA PERANG!

    “Membuatnya malu?” ulang Lorena dengan nada yang sama seriusnya. "Kau benar-benar sadar dengan keputusanmu, Gemintang?"Mata Lorena menatap sahabatnya yang duduk di sampingnya. Dia tahu persis siapa Rosaline, dan wanita itu bukanlah seseorang yang akan duduk diam jika ditantang. Terlebih, Rosaline sudah terlalu banyak memiliki kekuasaan untuk menghancurkan siapa saja yang berani menentangnya."Keputusanmu ini ... seperti kau mengibarkan bendera perang dengan Rosaline. Kau tahu, dia tidak pernah terima jika ada yang menolak keinginannya."Namun, bukannya merasa gentar, Gemintang justru mengulas senyum tipis di wajahnya. Senyum yang penuh dengan makna. "Sudah lama aku ingin berperang. Tapi aku tidak mau buang waktu untuk adu mulut dengannya. Aku lebih suka membalas dengan cara ini."Gemintang menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan. "Kalau dia terima, dan mencari koki lain, aku tidak kehilangan apa-apa. Tapi kalau dia ceroboh, dia sendiri yang akan mempermalukan dirinya. Dan ak

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 88 — KEBAKARAN JENGGOT!

    Di tempat lain, Rosaline duduk di ruang kerjanya yang mewah. Wanita itu serius meneliti tumpukan dokumen laporan di mejanya, sementara ibu mertuanya, Bu Dewi, duduk di sofa tamu dengan sebuah bendelan kertas di tangannya, sibuk menorehkan tanda tangan.“Bu Rosaline, saya sudah mencoba menghubungi manajer G’Lars seperti yang Ibu minta.” Sekretarisnya melapor dengan nada hati-hati, tak ingin menyulut emosi wanita itu. Beberapa waktu yang lalu, ia mendapatkan nomor tersebut dari Lorena dan Rosaline begitu semangat dan berekspektasi tinggi dengan hasilnya. Sayang, raut wajah sekretaris itu tak menunjukkan keberhasilan sama sekali.“Ya? Katakan jawabanya,” ujarnya tanpa mendongak dan mengubah ekspresinya..Sang sekretaris kembali menelan ludah, menggigit bibirnya sebelum menjawab. “Maaf, Bu .... Saya sudah menawarkan harga tinggi seperti yang ibu katakan, saya juga sudah meminta mereka untuk mempertimbangkan lagi jika menerima tawaran ibu, sayangnya, tawaran kita ditolak.”“Apa?” Tatapan

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 89 — BELUM MENYERAH!

    Sayangnya, sekretarisnya kembali membawa kabar bahwa negosiasi kedua juga menemui jalan buntu, hingga membuat Rosaline benar-benar naik pitam!Wanita itu bahkan melempar vas bunga sampai pecah untuk melampiaskan amarah. “Kurang ajar!” teriaknya, keras.“Orang ini benar-benar berani mencari masalah denganku!”Rosaline menarik napasnya dalam-dalam, menetralkan gelombang amarah yang meluap-lupa dalam dadanya. Dia membuang pandangan, kembali berpikir dan mencari cara.“Jika saja aku tidak membutuhkan namamu, aku pun tidak sudi merendahkan harga diri untuk memohon dua kali dan melipatkan harga agar kau setuju sialan!” Ya! Rosaline tak akan membiarkan harga dirinya diinjak-injak! Penolakan itu tidak membuatnya menyerah begitu saja, justru semakin menyulut ambisi Rosaline untuk berusaha lebih keras—bagaimanapun dan apapun caranya.“Baiklah! Aku akan menggunakan cara baik sekali lagi. Jika itu tetap saja tak membuatmu berubah pikiran, jangan salahkan jika aku menggunakan cara yang lebih ke

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 90 — MEMBUAT MASALAH

    Janu segera menghampiri Gemintang yang tampak mengerang kesakitan sambil memegangi jarinya. Darah mengucur deras pada telunjuknya. Janu pun segera mengakhiri panggilan.“Kenapa bisa terluka?” tanya Janu. Nadanya terdengar panik, tetapi ekspresinya terlihat tenang. Pria itu segera menarik tangan Gemintang ke wastafel dan menyiramnya menggunakan air bersih.Gemintang meringis menahan perih. “Ah—aku tidak sengaja, pisaunya licin dan dagingnya masih beku.”Setelah selesai dengan air bersih, Janu dengan cepat menyambar beberapa tisue dan mengeringkannya, tetapi cairan kental berwarna merah itu masih saja mengalir deras dari sana. “Duduklah,” ujar pria itu usai menggeser tubuh Gemintang mendekat pada kursi meja makan.“Ini cuma luka biasa, biar aku saja yang—” “Tunggu saja disitu! Jangan banyak bicara!”Janu menghiraukan protes Gemintang dan segera mengambil kotak P3K dari lemari dapur. Dengan cepat, ia membuka kotak tersebut dan mengeluarkan antiseptik serta plester luka berwarna cokelat

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 91 — LEBIH PANAS

    Gemintang hendak melihat detail lebih lanjut dari pesan itu, tetapi baru saja tangannya bergerak mengusap layar..."Apa yang kamu lakukan, Gemintang?"Suara berat itu terdengar sangat dekat, tepat di belakang tubuhnya. Gemintang membeku, menelan ludah dengan susah payah. Dia segera mengusap layar ponsel untuk menghilangkan notifikasi tersebut.Perlahan, dia menoleh dan mendapati Janu berdiri dengan kedua tangan sedang menggendong Maura di belakangnya. Sejak kapan pria itu di sana? Dan Maura ..., anak itu kenapa berkaca-kaca?“Sudah selesai pesan makanannya?” todong Janu lagi, nadanya tenang tetapi Gemintang terlalu gelagapan.Dia menggelengkan kepalanya cepat. “Belum ....”Sementara Janu masih menatapnya, menunggu penjelasan. “Lalu, apa yang kamu lakukan dari tadi?” Gemintang terdiam sejenak, lalu menunduk, memainkan jemarinya yang terasa dingin. “Aku ... masih melihat-lihat menu dan harga yang cocok,” jawabnya, berusaha menutupi kegugupannya.Janu mendekat, pandangannya tertuju pad

Bab terbaru

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 151 — TAMAT

    Beberapa bulan setelah itu, Baskara sedang menyimak berita yang sedang trending di media. Soal Janu dan Gemintang yang sedang naik bisnisnya. Juga hubungan mereka yang diperdebatkan banyak orang. Entah bagaimana ia harus merasa. Dia tak rela, tetapi itulah menjadi pilihan Gemintang. Aruna yang tahu perasaan lelaki itu menyandarkan tubuhnya di kursi sebelah Baskara yang sedang menatap layar ponselnya, memperhatikan berita tentang Janu dan Gemintang. Semburat senyum tipis terlihat di wajahnya, tetapi matanya menunjukkan kesedihan yang tak tersembunyikan.“Kenapa Bapak masih melihat berita mereka?” Aruna bertanya lembut, mengambil alih perhatian Baskara yang sepertinya larut dalam pikirannya sendiri.Baskara menghela napas, mengunci layar ponselnya dan meletakkannya di meja. “Entahlah, mungkin aku hanya ingin memastikan bahwa dia bahagia di sana.”Aruna tersenyum lembut, mencoba mengusir suasana muram di wajah Baskara. “Gemintang memang sudah memilih jalannya sendiri, Pak. Terkadang, m

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 150 — KATA YANG TAK PERNAH TERUCAP

    “Kalian memang manusia tidak tahu diuntung! Awas saja! Awas saja kalian!”Usai mengatakan demikian, Bu Dewi gegas pergi dari ruangan itu, meninggalkan Janu dan Rosaline yang kini berdiri pada posisinya masing-masing. “Bibirmu berdarah.” Janu menunjuk setitik darah yang tampak di sudut bibir Rosaline.Janu lalu menghubungi sekretaris untuk meminta kotak obat lewat sambungan pararel.“Duduklah, sekretaris akan datang bawakan obat.”Rosaline kemudian duduk di sofa, sementara Janu mengambilkan satu botol air mineral dan membukakan tutupnya untuk Rosaline, bersamaan dengan itu pula, sekretaris Rosaline mengantar obat. Saat sekretarisnya memberikan kotak obat, Rosaline menunduk sambil mengambilnya dari tangan sang sekretaris. "Terima kasih, tapi saya bisa obati sendiri," ucapnya pelan yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh sang sekretaris.Janu menyerahkan botol air mineral yang baru saja ia buka untuk Rosaline. “Ini, minumlah dulu,” ujarnya dengan nada lembut. Rosaline mengucapkan te

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 149 — SETITIK DARAH

    “Kau yakin aku ingin membahas hal itu?” Rosaline memelankan suaranya. Dia sedikit terkejut dengan permintaan Janu. “Lakukan saja, pancing hingga dia mengatakan semuanya.”Rosaline mengangguk.Janu lantas beringsut mundur, mencari tempat strategis, tak lupa membawa pena perekam yang diberikan oleh Rosaline dan memastikan dirinya tak meninggalkan jejak apapun. “Rosaline!”Seruan Bu Dewi semakin jelas dan keras, hampir memekakan telinganya. Rosaline lalu membawa dirinya duduk di kursi direktur, membuka laptopnya dan bersikap seolah ia sedang bekerja. Hingga akhirnya ….Brakk! Pitu ruangannya dibuka dengan kasar, Rosaline menghentikan gerakan jarinya di atas papan ketik. Dia mendongak menatap Bu Dewi yang memberikan ekpsresi marahnya. “Bisa-bisanya meminta sekretarismu untuk berbohong dan mengatakan kau sedang menemui tamu, padahal kau sedang tidak bertemu dengan siapa-siapa?” Wanita paruh baya itu berjalan mendekat ke arah Rosaline dengan wajah penuh amarah, kedua tangan juga mengep

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 148 — WELLCOME BACK!

    Pagi-pagi sekali, Janu segera pergi ke kantor Ferinco.Empat tahun tidak pernah mengunjunginya, gedung pencakar langit itu masih sama, tidak banyak hal yang berubah, hanya mengalami renovasi di beberapa titik denah. Janu mengikuti arah langkah Manggala yang berjalan lebih dulu di depannya, mengantarnya menuju tempat tujuan. Setelah beberapa saat menyusuri lorong, dan menaiki lift, mereka bedua akhirnya tiba di depan ruang milik Rosaline.Sementara Manggala menghela napas panjang sebelum menepuk pundak Janu. Pria yang berusia lebih muda darinya itu merentangkan tangan. “Akhirnya, kau kembali. Welcome back to work!”“Thanks, Brother! Kau harus menemaniku memulai semuanya dari awal,” ucap Janu membalas pelukan Manggala. “Itu pasti! Oh iya, Kau langsung masuk saja, biasanya Rosaline akan datang sebentar lagi.” Manggala melepas peluknya, lalu melirik arloji perak pada tangan kirinya. Pria berjas itu lalu mengambil sebuah kartu dari dalam saku jasnya.“ID card milikmu, mulai hari ini kau

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 147 — BERITA BAIK

    Selepas bertemu dengan Manggala di kafe, menjelang makan siang Janu kembali ke rumah. Kedatangan pria itu disambut oleh si kembar yang berlari ke arahnya seraya memanggil, “Ayah!”“Yeeeay! Ayah pulang!”Janu pun menggendong mereka berdua. “Kamu sudah selesai, Mas?” tanya Gemintang ketika melihat Janu menggendong putra dan putrinya. Dia melihat sekilas ke arah Janu, sebelum mengembalikan pandangan pada untaian daun bawang di hadapannya.“Sudah,” jawab Janu ketika menurunkan Keenan dan Kinara di ruang tengah. Kedua bocah itu segera menghampiri mainan mereka lagi. Sementara Janu mendekat ke arah Gemintang yang sedang sibuk di dapur. “Apa yang kalian bahas? Sepertinya kamu ceria sekali setelah bertemu dengan mantan istri?” mendengar itu Janu terkekeh. Selanjutnya melingkarkan lengannya di tubuh Gemintang. Dagunya bersandar di pundak kanan wanita itu. “Kamu cemburu, hm?”“Tidak. Hanya penasaran, apa yang dibahas suamiku ketika bertemu mantan sehingga ketika pulang wajahnya bisa sumring

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 146 — RENCANA JANU

    Janu memandangi surat itu dalam diam. Hatinya berkecamuk antara kaget dan heran. Satu sisi, ia merasa diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Namun di sisi lain, ada keraguan yang masih muncul dalam hatinya. Apakah ini semua bisa dipercaya? Atau hanya akal-akalan Rosaline saja?"Aku mengerti keraguanmu. Awalnya, aku tidak ingin percaya dengan Rosaline, tetapi, jika dipikirkan ulang, untuk apa dia rela untuk melepas ini semua, kalau bukan karena dia memang ingin berubah?"Janu masih membisu, mencoba mempertimbangkan kata-kata sang sepupu. Hingga akhirnya, pria itu membuka suara. “Jika aku menerima kembali ini semua, lantas bagaimana dengan Rosaline?”“Dia sudah punya tujuannya sendiri. Kau tidak perlu cemaskan itu, yang penting sekarang dia sudah berada di pihakku, dia juga sudah bersedia bersaksi atas semua kesalahan Bu Dewi.”“Dia bersedia?” ulang Janu, tak percaya. “Iya, yang aku tahu hubungannya dengan Bu Dewi memburuk. Anak buahku melapor jika Rosaline tinggal di aparteme

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 145 — APAPUN ALASANNYA

    “Aku tidak tahu, tetapi Manggala bilang Rosaline ingin bertemu denganku.”Janu memperhatikan wajah istrinya yang berubah. Begitu nama Rosaline disebut, senyum di wajah Gemintang pudar perlahan. Janu paham, hati wanita itu begitu sensitif, terlebih jika mendengar nama mantan atau orang yang pernah menjadi masa lalu pasangannya.Dia bahkan tahu, Rosaline adalah sumber masalah mereka selama ini. Seharusnya nama itu tak pernah ia sebutkan.“Rosaline?” ulang Gemintang, “Kamu… masih berhubungan dengan dia?”Janu cepat-cepat menggeleng. “Tidak. Jangan salah paham dulu. Aku sudah lama putus kontak dengannya. Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh tanya ke Manggala. Aku juga tidak tahu apa yang akan Rosaline bicarakan; tiba-tiba saja dia meminta bertemu.”Gemintang tetap diam, membuat Janu khawatir dia akan marah.“Begini saja, kita pergi bersama, supaya kamu tahu apa yang akan Rosaline bicarakan,” tawar Janu, berharap bisa menenangkan hati istrinya.Namun, jawaban Gemintang tak sesuai harapannya

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 144 — ANAK KE EMPAT?

    “Mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Janu.”Manggala menatap map berwarna biru yang baru saja disodorkan Rosaline. Sepasang matanya menyipit kala melihat barisan tinta yang tertulis di atas kertas itu. Apakah semudah itu Rosaline menyerahkan kembali semua aset yang telah dia dapatkan ini?“Kalau kau berpikir aku punya rencana buruk, kau salah. Aku serius, Manggala. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku bersedia menjadi saksi. Bahkan jika aku dinyatakan bersalah, aku siap menerima konsekuensinya.” Rosaline mengatakan kalimat itu dengan suara yang agak parau. Sebenarnya Manggala iba dengan wanita itu, tetapi mengingat semua perbuatannya di masa lalu, ia tetap harus waspada, bukan? Bisa saja ini hanya permainan liciknya?“Apa yang membuatmu berubah pikiran seperti ini, Rosaline? Apa yang akan terjadi ketika kau mengembalikan semua ini pada Janu?” Manggala bertanya setelah menyeruput kopinya. Helaan napas panjang meluncur dari bibir Rosaline. “Sudah kukatakan sebelumnya karena

  • Kukira Satu-Satunya, Ternyata Aku Istri Kedua   BAB 143 — MENGEMBALIKAN HAK MILIK

    “Maksudmu… Janu?” Manggala mengulang, keningnya berkerut, mencoba mencerna maksud ucapan Rosaline. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba membicarakan pria itu.Mengingat sudah bertahun-tahun lamanya wanita itu tak mengungkit nama Janu. Hingga sekarang ketika Janu sudah bersama lagi dengan Gemintang, mengapa tiba-tiba dia membahas soal pria itu?Apa dia sudah tahu tentang mereka?[“Ya, aku tidak bisa menjelaskan di sini. Aku ingin bertemu denganmu sekarang. Akan aku jelaskan semuanya.”] Rosaline menjawab dari seberang sana. Suaranya terdengar parau. Entah apa yang terjadj dengan wanita itu tetapi Manggala hanya bisa menebak-nebak. Manggala menghela napas panjang, bergulat dengan keengganan, tetapi rasa penasaran yang begitu besar memaksanya setuju. “Oke, sebaiknya kita bertemu di luar kantor saja. Takutnya ada banyak orang yang mendengar,” usulnya yang kemudian disetujui oleh Rosaline. Setelah sepakat, mereka meluncur ke sebuah kafe di pusat kota. Meski ramai, mereka menemukan s

DMCA.com Protection Status