Share

Tamat season 1

Penulis: Sriayu23
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-03 08:58:51
"Gibran."

terlihat, ternyata bukan hanya ada Gibran. Di belakangnya juga datang Mas Adi, dan Lik Sumi.

"Eva. Selamat datang di kafe 'dunia penikmat kopi' aku sudah menepati ucapanku sama kamu."

"Gibran. Kenapa kamu gak pernah menemuiku? kenapa sekarang kamu baru seperti ini?"

"Maaf Eva. Aku tidak berani bertemu denganmu. Sebelum aku sukses membuktikan bahwa aku bisa menepati janji."

Aku hanya menggeleng. Rasa kesal membuncah. Perasaanku campur aduk. Antara bahagia tapi kecewa. Gibran telah membuktikan kebenaran tentangnya. Selama ini, dia sering ke sini, tapi tidak mau menemuiku. Mas Adi juga berbohong. Kemarin, dia berlagak pura-pura tak tahu. Mengapa mereka sekongkol membohongiku? apa ruginya, jika jujur ​​dari awal?

"Eva, mohon bantuannya dulu penjelasanku. Jangan berpikir buruk. Aku akan menjelaskan semuanya."

Gibran melangkah maju ke panggung, yang sudah di dekor untuk acara hari ini. Dia berbicara pada seseorang, yang aku taksir sebagai pembawa acara.

Betul saja, Master o
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nezz
Thor kenapa 2 bab trakhir ini kalimatnya berantakan?udh ada yg ngmg 2 tahun lalu pun msh belom dibenerin. kan kasian yg udh beli koin unt baca, disuruh mikir maksud kalimatnya
goodnovel comment avatar
Lanny Kittyy
byk kata"nya yg menurutku berantakan. kadang harus mencerna kata" yg di tulis.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Tujuh Tahun Kemudian

    POV Eva Tujuh Tahun Kemudian "Hallo, Sayang," ujar Mas Gibran melalui sambungan telepon. "Iya, Mas. Kenapa? kamu kapan pulang? udah jam segini." "Mas kayanya pulang malem, Sayang. Jadi, kamu tidur duluan yah." "Pulang malam lagi? aku sudah siapin kamu makan malam, Mas." "Iya, Sayang. Maafin, Mas. Ada banyak yang harus diurus untuk pengiriman produk kopi terbaru kita. Ditambah lagi, Mas harus mengecek keuangan beberapa kafe kita." "Hmmm, ya sudah." "Maaf, Sayang. Jangan marah yah." "Iya." Sambungan telepon segera aku matikan. Aku memijat pelipis karena sedikit pusing. Terlalu lama menunggu Mas Gibran pulang. Sudah pukul 22.00 WIB Mas Gibran belum pulang juga. Entah ke mana sebenarnya dia. Semenjak usaha kafe dan pabrik kopi kami semakin maju, suamiku itu semakin sibuk. Bahkan, jarang makan bersama. Ada apa dengan suamiku? rasa kesal dan was-was bercampur jadi satu. Takut masa lalu terulang lagi. Dulu Mas Adi sering bersikap tak acuh seperti ini. Akhirnya, dia ketauan selin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-03
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Pesta Pernikahan

    Apa benar ini surat undangan suamiku? tak mungkin. Jika dia benar-benar selingkuh, kenapa bertindak bodoh mengirim surat undangan ini? aku harus segera ke alamat pesat pernikahan dalam undangan ini. Besok acaranya dimulai. Aku harus memastikan kenyataan yang sebenarnya. "Lik ... Lik Janah!" teriakku seketika panik. Berlari masuk ke beberapa ruangan rumah, mencari Lik Janah. Nyeri dan sesak di dada berusaha aku tahan. Air mata diusap kasar. Tak boleh lemah. Aku harus kuat menghadapi apapun. Tak akan aku biarkan ada yang menghancurkan hatiku lagi. "Cah Ayu, kamu kenapa, toh? kaya dikejar-kejar maling." "Lik, hari ini juga, temani Eva ke Jakarta. Ada hal yang harus diselidiki." "Maksudnya, gimana, Nok?" "Nanti Eva jelaskan, Bu. Tolong panggil Pak Udin. Eva mau dia yang menyupiri mobil." "Ya sudah, Nok. Lilik bilang Pak Udin dulu." Lik Janah bergegas menuju salah satu tetangga desa. Dia yang biasa diajak orang untuk jadi supir. Aku memang tak punya supir pribadi, karena jarang per

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-05
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Salah paham

    "Eva, tenanglah. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan." "Betul, Mbak. Kamu salah paham," ujar perempuan tak tahu malu itu. "Halah, pintar ngeles kalian. Sudah tertangkap basah, masih saja mengelak," ujarku sinis. Jujur, dada sesak. Kaki gemetar. Aku terus berusaha beristigfar. Memohon kekuatan atas apa yang terjadi. Meskipun pernah merasakan dikhianati, tetap saja kali ini sangat menyakitkan hati. Seseorang pria yang tahu latar belakang masa laluku. Dia yang datang untuk menyembuhkan lukaku. Malah dia juga yang menghancurkanku. "Eva, ayok kita turun dari sini. Biar Mas jelaskan semuanya." "Tidak. Semuanya sudah jelas. Tega kamu, Mas. Menghancurkan kepercayaanku demi perempuan murahan ini." "Eva jaga bicaramu. Jangan menjelekkan Rani seperti itu. Dia perempuan baik-baik. Dia sahabat sekaligus saudaraku." Plak! Plak! Aku tampar Mas Gibran, bergiliran dengan Rani. Mereka tercengang sambil memegangi pipi yang kemerahan. Sementara para tamu riuh bergunjing. "Eva. Kamu keterlalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-12
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   POV Gibran

    POV Gibran "Nanti kita lanjut lagi. Tenanglah, jangan banyak pikiran. Gibran itu setia. Aku berani menjaminnya," kekeh Rani. Lalu, merangkul istriku menuju meja makan. Mereka tidak sadar, aku mengamati tak jauh dari tempat mereka berdiri. Tampaknya benar kata Rani, ada seseorang yang ingin mengusik rumah tanggaku. Sama sekali tidak terpikirkan untukku berpoligami atau selingkuh.Sikapku berubah, hanya karena sedang fokus mengumpulkan uang untuk program bayi tabung. Sengaja tak membicarakannya dengan Eva, agar istriku tidak kepikiran.Jujur, memang sulit menerima keadaan. Sebagai pria, aku sangat mendambakan menjadi seorang ayah. Namun, mau bagaimana lagi. Semesta belum mengizinkan. Aku akan terus berusaha. Berdoa, dan menempuh jalur medis semaksimal mungkin. Bukan malah mencari perempuan lain. Itu bukan solusi, tapi jurang yang menjerumuskan pada kehancuran. "Ayok dimakan," ujar Rani sangat antusias. Sahabat sekaligus saudara jauhku selalu begitu. Sangat ramah kepada siapapun. It

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   POV Rani

    "Panjang kalau diceritain. Intinya kamu harus hati-hati sama anak itu. Aku malah takutnya, dia yang merencanakan kekacauan semalam.""Kamu serius, Ran? coba jelaskan sama aku. Apa Salwa masih nekat kaya dulu pas masih SMA?" tanya Gibran bingung.Aku juga bingung harus menjelaskannya seperti apa. Tak mau membongkar aib buruk adik sendiri. Namun, aku sangat khawatir kalau obsesi Salwa mendapatkan Gibran malah jadi bumerang untuk pernikahannya dengan Eva. Aku tak mau Salwa jadi pelakor seperti ibunya. Akan tetapi, aku bisa berbuat apa di tengah tekanan Salwa yang tingkah lakunya di luar nalar? "Kalian kenapa masih di sini? lebih baik kita ngobrol bareng di depan. Biar aku bawakan minum," ujar Salwa tiba-tiba kembali ke dapur. "Mbak Rani, suruh Mas Gibran ke depan," ujarnya dengan tatapan memaksa dan menunjukan bahwa kemauannya harus selalu dituruti. "Gibran, ayok kita ke depan. Kasian istrimu sendiri," ujar Mas Gilang beranjak dari duduk. Dua pria tersebut pergi ke ruangan depan. Seme

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Salwa Nekat

    "Salwa, apa kamu sengaja mau mencelakai Gibran dan Eva?" bertanya saat bertemu Salwa di ruang Tamu. Bukannya menjawab, anak itu malah tersenyum mengerikan. "Iya. Aku sengaja melakukannya agar bisa ikut dengan mereka." "Hah? gila kamu." "Sudah-sudah kakakku tercinta. Kamu ikuti saja permainanku. Biarkan aku mengantar mereka pulang sekaligus ikut dengan mereka." "Salwa, kamu harus aku ajak ke rumah sakit jiwa. Biar isi kepalamu tidak penuh kejahatan. Heran, ibumu salah apa menyampaikan laporan segila ini." Prang! Gelas yang ada di meja dia banting sekuat tenaga. Hancur berkeping-keping di lantai. Salwa berdiri dengan raut emosi. Mukanya sangat seram. Bagaikan singa yang siap menerkam. "Ikuti kemauanku, dan beraktinglah dengan baik untuk mempermudah rencanaku," dia mengungkapkan secara tajam. Dia ambil serpihan kaca. Berjalan maju ke arahku. perlahan aku mundur. "Salwa hentikan. Kami akan mempermudah rencanamu. Asal jangan nekat," ujar Mas Gilang tiba-tiba datang dan langsung me

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-25
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Peringatan

    POV Eva "Eva, simpan surat ini, dan baca saat kamu sudah sampai rumah. Ingat, baca di kamar, dan hanya Gibran yang boleh tahu isinya." "Surat apa?" Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini. Mengapa penghuninya tampak aneh. seolah-olah ada hal besar yang ditutup. Sikap Rani tampak berubah-ubah. Apalagi saat ada Salwa di antara kami. "Aku mohon, simpan saja. Ikuti arahaku. Sulit untukku menjelaskannya." Aku turuti saja kemauan Rani. Beberapa menit kemudian, dia menghampiri suamiku. Lalu, aku lihat dia juga memasukan surat ke saku Mas Gibran. "Ada apa sebenarnya, Rani?" "Nanti kamu akan tahu. Bersikaplah biasa. Aku juga sudah memberi petunjuk kepada Girban. Tolong ... hanya kalian yang bisa membantu," bisik Rani. Keningku mengkerut. Ada apa sebenarnya? masalah tampak serius. Namun, aku harus sabar menunggu waktu yang tepat untuk membuka surat. Sesuai Arahan Rani. "Hei, mobil sudah siap. Ayok, Mbak Eva kita bersiap pulang," ujar Salwa dengan ceria. Saat kedatangan Salwa, lagi

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Wanita Penggoda

    "Mas yakin Rani dan Gilang tidak berbohong. Biar Mas ceritakan kejadian beberapa tahun lalu."Mas Gibran mulai menceritakan masa lalunya. Dia pernah dijebak oleh Salwa. Perempuan itu menggunakan ponsel kakaknya. Sengaja mengirim pesan berisi minta tolong. Lalu, Mas Gibran diarahkan ke sebuah diskotik. Di sana, Mas Gibran malah dijebak, tiba-tiba di pukul dari belakang. Saat setengah sadar, Mas Gibran melihat Rani melabrak Salwa, dan mengajaknya untuk pulang."Kamu serius, Mas?""Iya, Sayang. Pas itu aku emang setengah sadar. Tapi, aku yakin banget Salwa membawaku di kamar hotel. Hanya berdua saja. Itulah alasan aku tak mau mengizinkan dia ikut bersama kita.""Maafkan aku, Mas. Aku gak tahu kalau kejadiannya seperti itu ""Tidak apa-apa, Sayang. Kita ikuti saja permainan dia. Jangan langsung melawan apalagi menghindarinya. Mas takut dia nekat. Bukan hanya keselamatan Rani yang terancam. Pasti kita juga dalam kondisi bahaya.""Iya, Mas. Kita sepemikiran."Aku tak menyangka, ternyata per

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03

Bab terbaru

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   TAMAT

    "Ya Allah.""Tenang, Sayang. Kita cek saja ke kantor polisi."Kami mengangguk setuju atas usulan Gilang. Lalu, masuk ke mobil masing-masing. Awalnya Mas Gibran melarang. Takut aku mual dan merasakan gejala kehamilan lainnya. Namun, aku yakinkan dia, bahwa kondisi tubuh ini baik-baik saja. Apalagi jarak ke kantor polisi hanya satu jam. "Sayang, kamu gak ada yang dirasa?" tanya Mas Gibran di tengah perjalanan."Aku baik-baik saja, Sayang. Mas fokus nyetir, yah.""Siap, sayang. Kalau pusing, atau mual, atau lapar, bilang aja yah.""Siap suamiku."Mas Gibran mencium tangan. Sementara matanya fokus menyetir mobil. Sepanjang jalan, suamiku sangat memperhatikanku. Dia memang sedikit berlebihan. Maklum, sudah lama kami menunggu kehadiran sang buah hati. Wajar, kalau suamiku begitu menjaganya. Ditambah lagi, dia sangat mencintaiku. "Mas, kasihan sekali Salwa.""Iya, Sayang. Ko, bisa dia malah masuk rumah sakit jiwa.""Mungkin, obsesi dia terlalu tinggi. Sampai meracuni pikiran. Ya, jadi gitu

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Hamil

    "Garis dua. Ini benar-benar garis dua. Tapi garisnya tidak terlalu keliatan."Mataku melebar. Deru jantung tak karuan. Angin segar seakan berhembus kencang. Antara percaya dan tidak. Aku ngin ambruk. Badanku terduduk di kasur. Air mata berjatuhan. Bibir tersenyum. "Assalamualaikum.""Eva!"Teriakseseorang dari pintu depan, membuatku sadar. Aku hapus air mataku. Bergegas menuju pintu depan."Rani, kamu ada di sini?""Iya, Eva. Maaf aku gak ngabarin. Sekalian ada urusan bisnisnya Mas Gilang di daerah sini. Jadi, aku sengaja mampir ke sini.""Gilangnya mana?""Aduh, maaf, Va, kerjaan dia numpuk banget. Katanya nanti nyusul. Aku saja sampe dicuekin. Jadi, sengaja ke sini deh, biar gak gabut di hotel.""Owalah, ya sudah, ayok masuk."Rani aku suruh duduk di sofa. Sementara aku membawakan satu cangkir teh hangat. Udara di sini terasa dingin, meski sudah mau beranjak siang hari. Badanku sedikit lemas. Masih terbayang-bayang dua garis merah tadi. Namun, aku harus bersikap biasa di depan Ra

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Rani Siuman

    "Tidak, Di. Kamu beruntung sekali sudah punya bayi kecil yang lucu," jawab Mas Gibran dengan senyum sendu. Sambil menepuk pundak Mas Adi. "Sabar, Ran. Kamu orang baik. Pasti, banyak jalan biar kalian bisa dihadirkan apa yang kalian inginkan.""Aamiin."Aku menggandeng Mas Gibran dengan erat. Kami saling bertatapan. Kata-kata Mas Adi memberi semangat tersendiri untuk kami.Percaya, bahwa banyak jalan menemukan kebahagiaan. Masih banyak pejuang garis dua yang sudah berjuang hampir puluhan tahun. Maka, bagi kami yang belum lama berjuang, tak ada alasan untuk mencoba, apalagi menyerah.Semuanya butuh proses. Asal terus berusaha dan berdoa. Insyallah, hasil tidak akan menghianati. Pasrahkan diri, dan terus memohon. Semesta pasti memberi jalan."Kalian hebat, bisa bangkit lagi secepat ini."“Alhamdulilah, Mas. Semoga bisnis ini bisa terus berjalan lancar. Biar bisa terus membuka peluang usaha untuk orang lain.”"Aamiin. Tentu, dong. Termasuk membuka peluang usaha buatku. Aku yakin, dalam b

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Cinta Penuh Haru

    "Panggil Dokter, cepat!" perintah Pak Hakim.Gilang bergegas keluar ruangan. Sementara Mas Gibran malah memeluk pinggangku. Kami bagaikan penonton yang sedang menyaksikan adegan penuh haru. Saksi cinta seorang ayah kepada anaknya yang mampu memberi kekuatan tersendiri. Sehingga, Rani bisa berjuang keras melawan kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. "Sayang, bertahanlah. Ayah mohon."Suasana makin tidak karuan. Harapan dan kecemasan jadi satu. Apalagi saat melihat dokter tampak tegang memeriksa Rani, karena mendadak dia kejang. "Rani, bangunlah. Ayah menunggumu, Nak.""Dokter bagaimana kondisi istri saya?""Iya, Dok. Bagaimana kondisi anak saya. Kenapa dia tidak bangun, padahal tadi tangannya bergerak.""Maaf, Pak. Saya belum bisa memastikan secara pasti kapan Ibu Rani akan siuman. Namun, gerakannya tadi bisa menjadi pertanda baik. Dia merespon perkataan kalian. Maka, kita harus terus berdoa. Semoga secepatnya Ibu Rani bisa siuman.""Ya Allah, Rani. Bangun, Nak.""Sabar, Pak.

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Bertemu Ayah

    "Aku izin menghubungi Mas Adi dulu, Mas.""Iya sayang. Semoga Pak Hakim bisa ke sini.""Aamiin. Semoga kehadiran Pak Hakim bisa membuat Rani cepat sembuh."Aku bergegas menelepon Mas Adi. Sengaja menggunakan fitur pengeras suara, agar Mas Gibran ikut mendengar percakapan di antara kami. "Halo, Mas.""Iya, Eva. Bagaimana kondisi di sana.""Tidak baik-baik saja, Mas." Aku ceritakan kondisi yang terjadi di sini. Mas Adi ikut perihatin. Dia juga merasa was-was dengan keadaan kami di sini."Mas, tolong bilang pada Dokter Pak Hakim, beliau diajak ke sini. Agar bisa bertemu dengan anaknya.""Baiklah, Eva. Aku akan menanyakannya dulu. Kamu dan Gibran tenanglah di sana. Mas akan berusaha membantu kalian semaksimal mungkin.""Terima kasih, Di.""Sama-sama, Gibran. Kalian harus waspada. Takutnya perempuan gila itu melarikan diri.""Iya, Mas. Semoga saja tidak.""Ya sudah, aku langsung ke rumah sakit lagi. Semoga diizinkan. Aku yakin bisa, karena kondisi Pak Hakim tampak lebih baik.""Aamiin.

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Akad Nikah Gagal

    “Mbak Rani, Mas Gilang?” Salwa kaget dengan kehadiran kakaknya. Tentu semua ini di luar perkiraannya. Aku sudah memasang kamera tersembunyi di kamarnya. Agar bisa mengambil langkah lebih dulu dibandingkan Salwa.Mas Adi juga sudah berhasil mengamankan keberadaan Pak Hakim. Pria paruh baya itu sedang dirawat di rumah sakit dekat rumah Mas Adi. Sementara Rani dan gilang, aku perintahkan hadir ke sini, untum menjadi saksi di kantor polisi. Sekaligus membongkar kejahatan-kejahatan adiknya."Ke-kenapa ada Mbak Rani dan Mas Gilang. Aku sudah bilang, jangan mengundang mereka," ucap Salwa naik pitam.Wajahnya berubah seram. dia mulai menyadari kejahatannya akan terbongkar. Aku sudah siap siaga. Sebenarnya tamu yang hadir merupakan para polisi yang sedang menyamar. Area rumah ini juga sudah dijaga beberapa karyawan pria Mas Gibran. Agar bisa mengantisipasi kalau Salwa berani kabur."Ini hadiah dariku Salwa. Aku ingin dihari bahagi ini, disaksikan kakamu tercinta.""Tidak. Kamu sudah melanggar

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Kekacauan Di Acara Pernikahan

    "Apa?""Maaf, Bos. Tiba-tiba semua orang di rumah ini pingsan, lalu saat kami memeriksa kamar bapak, kamarnya kosong.""Bodoh. Kenapa kalian sangat ceroboh!" sentakku emosi. Sialan. Siapa yang sudah menculik ayah. Berani-beraninya bermain-main denganku. Aku bingung harus bagaimana. Tak mungkin pulang. Besok acara akad nikah. Namun, jika tidak bisa ditemukan, Mas Gibran bisa curiga. "Tangkap Rani, dan Gilang. Kalau ini semua ulah mereka, sakiti saja mereka. Kalau tidak, cepat cari di mana pun keberadaan ayah. Kalau tidak, kamu tahu akibat.""Ba-baiklah, Bos."Sambungan telepon aku matikan dengan emosi membuncah. Aku banting ponsel ke kasur. Tidak jadi istirahat. Aku harus memikirkan cara untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sampai jam menunjukan waktu dini hari, aku belum bisa tidur. Masih menunggu kabar tentang ayah. Para anak buah tak bisa diandalkan. Hanya menangkap Rani dan Mas Gilang saja butuh waktu berjam-jam. Tak mau terus dihantui rasa kesal, dan

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Persiapan Pernikahan

    POV Salwa"Mas, aku mau gaun pernikahan yang cantik, dan bunga melati asli," ujarku sangat bahagia saat ada di dalam mobil. Semakin hari, sikap Mas Gibran semakin manis saja. Dia mengajakku mencari keperluan untuk pernikahan. Sering-sering saja Mas Gibran dan Mbak Eva ribut. Agar aku punya kesempatan mendapatkan hati Mas Gibran sepenuhnya. "Iya, kamu pilih saja yang kamu mau.""Aku juga pengen kita tetap mengundang warga sekitar. Biar aku tetap diakui sebagai istrimu.""Soal itu tentu, Sal. Aku pasti mengundang warga sekitar sebagai saksi.""Bagus, Mas."Bibirku merekah bagai bunga mawar. Tak menyangka bisa ada di posisi ini. Aku pikir, dekat lagi dengan Mas Gibran hanya mimpi. Nyatanya, dia akan menjadi suamiku. Kami akan hidup bahagia. Memiliki anak-anak yang lucu. Lalu, Mbak Eva tinggal didepak sesuka hati.“Mas, aku mau makan di restoran terenak di daerah sini.”“Baiklah.”Setelah berkeliling mencari kebaya dan MUA yang bagus, aku ajak Mas Gibra. Ternyata cukup melelahkan juga m

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Eva Beraksi

    POV Eva "Aduh, kenapa perempuan itu sadar keberadaan cctv yang baru aku pasang kemarin?" tanya pada diri sendiri. Tadi, sekilas aku mendengar pembicaraan Mas Gibran dengan Salwa. Semua yang terjadi, merupakan hasil rekayasa antara aku dan Mas Gibran. Aku sengaja menyuruhnya pergi ke kota. Agar aku bisa memasang cctv dengan leluasa di rumah ini. Terutama di kamar Salwa, dan depan pintu kamarku. Video-video itu akan menjadi bukti akal bulus perempuan kegatelan itu. Semalam, aku pura-pura ribut dengan Mas Gibran. Sengaja, agar mempermudah mencari alasan untuk mempercepat acara pernikahan pura-pura antara Mas Gibran dan Salwa. "Aku mengajak Salwa keluar dulu, Sayang. Agar dia tidak curiga soal cctv di rumah ini.""Iya, Mas. Hati-hati. Buat dia terlena dengan rayanmu. Agar aku bisa dengan bebas menemukan banyak bukti untuk membongkar kejahatannya.""Siap, Sayang.""Oh, iya, barang bukti yang kamu temukan di pabrik, apa sudah diperiksa polisi?""Dalam proses penyelidikan Mas. Jepitan d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status