Share

POV Gibran

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2022-09-23 13:22:25

POV Gibran

"Nanti kita lanjut lagi. Tenanglah, jangan banyak pikiran. Gibran itu setia. Aku berani menjaminnya," kekeh Rani. Lalu, merangkul istriku menuju meja makan. Mereka tidak sadar, aku mengamati tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Tampaknya benar kata Rani, ada seseorang yang ingin mengusik rumah tanggaku. Sama sekali tidak terpikirkan untukku berpoligami atau selingkuh.

Sikapku berubah, hanya karena sedang fokus mengumpulkan uang untuk program bayi tabung. Sengaja tak membicarakannya dengan Eva, agar istriku tidak kepikiran.

Jujur, memang sulit menerima keadaan. Sebagai pria, aku sangat mendambakan menjadi seorang ayah. Namun, mau bagaimana lagi. Semesta belum mengizinkan. Aku akan terus berusaha. Berdoa, dan menempuh jalur medis semaksimal mungkin. Bukan malah mencari perempuan lain. Itu bukan solusi, tapi jurang yang menjerumuskan pada kehancuran.

"Ayok dimakan," ujar Rani sangat antusias.

Sahabat sekaligus saudara jauhku selalu begitu. Sangat ramah kepada siapapun. It
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   POV Rani

    "Panjang kalau diceritain. Intinya kamu harus hati-hati sama anak itu. Aku malah takutnya, dia yang merencanakan kekacauan semalam.""Kamu serius, Ran? coba jelaskan sama aku. Apa Salwa masih nekat kaya dulu pas masih SMA?" tanya Gibran bingung.Aku juga bingung harus menjelaskannya seperti apa. Tak mau membongkar aib buruk adik sendiri. Namun, aku sangat khawatir kalau obsesi Salwa mendapatkan Gibran malah jadi bumerang untuk pernikahannya dengan Eva. Aku tak mau Salwa jadi pelakor seperti ibunya. Akan tetapi, aku bisa berbuat apa di tengah tekanan Salwa yang tingkah lakunya di luar nalar? "Kalian kenapa masih di sini? lebih baik kita ngobrol bareng di depan. Biar aku bawakan minum," ujar Salwa tiba-tiba kembali ke dapur. "Mbak Rani, suruh Mas Gibran ke depan," ujarnya dengan tatapan memaksa dan menunjukan bahwa kemauannya harus selalu dituruti. "Gibran, ayok kita ke depan. Kasian istrimu sendiri," ujar Mas Gilang beranjak dari duduk. Dua pria tersebut pergi ke ruangan depan. Seme

    Last Updated : 2022-09-24
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Salwa Nekat

    "Salwa, apa kamu sengaja mau mencelakai Gibran dan Eva?" bertanya saat bertemu Salwa di ruang Tamu. Bukannya menjawab, anak itu malah tersenyum mengerikan. "Iya. Aku sengaja melakukannya agar bisa ikut dengan mereka." "Hah? gila kamu." "Sudah-sudah kakakku tercinta. Kamu ikuti saja permainanku. Biarkan aku mengantar mereka pulang sekaligus ikut dengan mereka." "Salwa, kamu harus aku ajak ke rumah sakit jiwa. Biar isi kepalamu tidak penuh kejahatan. Heran, ibumu salah apa menyampaikan laporan segila ini." Prang! Gelas yang ada di meja dia banting sekuat tenaga. Hancur berkeping-keping di lantai. Salwa berdiri dengan raut emosi. Mukanya sangat seram. Bagaikan singa yang siap menerkam. "Ikuti kemauanku, dan beraktinglah dengan baik untuk mempermudah rencanaku," dia mengungkapkan secara tajam. Dia ambil serpihan kaca. Berjalan maju ke arahku. perlahan aku mundur. "Salwa hentikan. Kami akan mempermudah rencanamu. Asal jangan nekat," ujar Mas Gilang tiba-tiba datang dan langsung me

    Last Updated : 2022-09-25
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Peringatan

    POV Eva "Eva, simpan surat ini, dan baca saat kamu sudah sampai rumah. Ingat, baca di kamar, dan hanya Gibran yang boleh tahu isinya." "Surat apa?" Apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini. Mengapa penghuninya tampak aneh. seolah-olah ada hal besar yang ditutup. Sikap Rani tampak berubah-ubah. Apalagi saat ada Salwa di antara kami. "Aku mohon, simpan saja. Ikuti arahaku. Sulit untukku menjelaskannya." Aku turuti saja kemauan Rani. Beberapa menit kemudian, dia menghampiri suamiku. Lalu, aku lihat dia juga memasukan surat ke saku Mas Gibran. "Ada apa sebenarnya, Rani?" "Nanti kamu akan tahu. Bersikaplah biasa. Aku juga sudah memberi petunjuk kepada Girban. Tolong ... hanya kalian yang bisa membantu," bisik Rani. Keningku mengkerut. Ada apa sebenarnya? masalah tampak serius. Namun, aku harus sabar menunggu waktu yang tepat untuk membuka surat. Sesuai Arahan Rani. "Hei, mobil sudah siap. Ayok, Mbak Eva kita bersiap pulang," ujar Salwa dengan ceria. Saat kedatangan Salwa, lagi

    Last Updated : 2022-09-27
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Wanita Penggoda

    "Mas yakin Rani dan Gilang tidak berbohong. Biar Mas ceritakan kejadian beberapa tahun lalu."Mas Gibran mulai menceritakan masa lalunya. Dia pernah dijebak oleh Salwa. Perempuan itu menggunakan ponsel kakaknya. Sengaja mengirim pesan berisi minta tolong. Lalu, Mas Gibran diarahkan ke sebuah diskotik. Di sana, Mas Gibran malah dijebak, tiba-tiba di pukul dari belakang. Saat setengah sadar, Mas Gibran melihat Rani melabrak Salwa, dan mengajaknya untuk pulang."Kamu serius, Mas?""Iya, Sayang. Pas itu aku emang setengah sadar. Tapi, aku yakin banget Salwa membawaku di kamar hotel. Hanya berdua saja. Itulah alasan aku tak mau mengizinkan dia ikut bersama kita.""Maafkan aku, Mas. Aku gak tahu kalau kejadiannya seperti itu ""Tidak apa-apa, Sayang. Kita ikuti saja permainan dia. Jangan langsung melawan apalagi menghindarinya. Mas takut dia nekat. Bukan hanya keselamatan Rani yang terancam. Pasti kita juga dalam kondisi bahaya.""Iya, Mas. Kita sepemikiran."Aku tak menyangka, ternyata per

    Last Updated : 2022-10-03
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Sewa Rahim

    "Sudahlah, Mas. Bersikap biasa," lirihku. Aku sengaja menyuruh mereka pergi berdua. Agar dengan leluasa menghubungi Rani. Aku mau mengorek lebih jauh terkait Salwa. Sebagai langkah antisipasi sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. "Ya sudah, kali ini saja.""Demi untung kita, Mas."Mas Gibran hanya menunjukkan raut sungkan. Dia tampak tidak senang dengan ide-ide anehku. Mau bagaimana lagi, Salwa sudah ada di tengah-tengah kami. Kami juga harus memikirkan cara agar dia menjauh dari keluargaku. "Ayok, Mas. Aku sudah siap.""Sayang, Mas berangkat dulu.""Aku juga berangkat yah, Mbak.""Iya, hati-hati, yah."Mereka pergi menggunakan mobil menuju pabrik kami yang berjarak sekitar 30 menit dari rumah. Setelah mereka menghilang dari pandangan, aku bereskan dulu pekerjaan rumah. Lalu, membuka leptop, dan mengecek email Mas Gibran. Suami Rani bilang dalam surat, kalau dia akan menceritakan semuanya melalui email. "Nah, ini pasti email-nya."Aku baca paragraf demi paragraf dari email ya

    Last Updated : 2022-10-11
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Kebakaran

    "Tidak. Aku tak mau melakukan rencana gila ini!" sentaknya emosi. "Tapi, Mas ... mau pakai cara apa lagi untuk mengusir Salwa. Kamu sudah baca email Gilang 'kan? Kasihan Rani dan Gilang. Kita juga harus membantu mereka.""Tidak usah, Sayang. Mereka lebih tahu apa yang harus dilakukan. Kita fokus saja dengan rumah tangga kita. Mas sudah merencanakan pertemuan dengan dokter hebat di Semarang. Kita bakal usaha buat bayi tabung lagi.""Soal Salwa gimana, Mas?""Biar Mas yang nyuruh dia pergi dari sini.""Ya, sudah kalau itu yang terbaik menurutmu.""Iya, Sayang. Kita fokus dengan kebahagiaan kita saja." Aku mengangguk ragu. Dari pengalamanku selama ini, biasanya orang seperti Salwa tak akan menyerah begitu saja. Dia punya seribu satu cara mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, jika suamiku mengatakan hal demikian, lebih baik aku ikuti saja kemauannya. *****"Salwa, duduk di sini, kami mau bicara," ucap Mas Gibran setelah sarapan. "Ada apa, Mas?""Kami sudah memutuskan, kalau kamu leb

    Last Updated : 2022-10-13
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Salwa Kembali

    "Kita lihat nanti. Mas tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Kacau. Hampir setengahnya pabrik kita hancur dimakan api." Mas Gibran mengacak rambut frustasi. "Sabar, Mas. Kita pasti bisa menghadapi cobaan ini." "Maafkan Mas, Eva. Mas tidak mengurus bisnis milikmu dengan baik. Mas malu," ucap Mas Gibran berkaca-kaca. Suamiku terduduk lesu sambil menyandar ke tembok. mata berkaca-kaca. Wajahnya tak karuan, dipenuhi hitam-hitam karena asap kebakaran. Keringat tampak membasahi permukaan kulitnya. "Jangan bicara begitu, Mas. Kita hadapi semuanya bersama. Masih ada tabungan. Kita pakai dulu buat perbaikan. Setelahnya, kita bisa menjalankan bisnis ini seperti semula. percayalah, dibalik kesusahan pasti ada kemudahan." Aku usap lembut pundaknya. Duduk di samping suamiku, sambil mengelap keringat dan debu yang menempel di area wajahnya. "Maaf." Hanya kata itu yang terucap dari bibir tipisnya. Tiba-tiba, Mas Gibran memelukku dengan erat. Napasnya naik turun menahan gejolak kekece

    Last Updated : 2022-10-14
  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Merayu Salwa

    POV Gibran "Kamu dekati Salwa, Mas. Ambil hatinya." "Tapi, kamu janji jangan curiga atau cemburu berlebihan. Ini semua hanya sandiwara," ucapku memastikan. "Siap, Sayang. Mungkin, Gusti Allah sedang menguji kekuatan cinta kita. Aku yakin, akan ada hadiah indah yang nantinya diberikan sang pencipta." "Aamiin. Semoga kita menemukan jalan terbaik untuk masalah ini." Terpaksa harus mengikuti ide istriku. Tampaknya Salwa memang belum berubah. Dia masih nekat. Sesuai janjinya dulu. Saat aku memutuskannya. Dia bilang, akan terus berusaha mengambil hatiku, dan membuatku jatuh ke pelukannya. Aku harus bisa menguasai perasaannya. Menyelamatkan Pak Hakim, ayahnya Rani. Agar dia tidak semakin nekat. Awalnya tak mau ikut campur. Hidupku sudah terlalu rumit memikirkan keturunan. Tak mau ditambah kacau karena terlibat dengan urusan Rani dengan adiknya. Namun, ternyata aku salah. Baru aku sadari, bahwa diriku juga menjadi penyebab tingkah gila Salwa. Maka, aku juga harus menghadapinya. **

    Last Updated : 2022-10-15

Latest chapter

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   TAMAT

    "Ya Allah.""Tenang, Sayang. Kita cek saja ke kantor polisi."Kami mengangguk setuju atas usulan Gilang. Lalu, masuk ke mobil masing-masing. Awalnya Mas Gibran melarang. Takut aku mual dan merasakan gejala kehamilan lainnya. Namun, aku yakinkan dia, bahwa kondisi tubuh ini baik-baik saja. Apalagi jarak ke kantor polisi hanya satu jam. "Sayang, kamu gak ada yang dirasa?" tanya Mas Gibran di tengah perjalanan."Aku baik-baik saja, Sayang. Mas fokus nyetir, yah.""Siap, sayang. Kalau pusing, atau mual, atau lapar, bilang aja yah.""Siap suamiku."Mas Gibran mencium tangan. Sementara matanya fokus menyetir mobil. Sepanjang jalan, suamiku sangat memperhatikanku. Dia memang sedikit berlebihan. Maklum, sudah lama kami menunggu kehadiran sang buah hati. Wajar, kalau suamiku begitu menjaganya. Ditambah lagi, dia sangat mencintaiku. "Mas, kasihan sekali Salwa.""Iya, Sayang. Ko, bisa dia malah masuk rumah sakit jiwa.""Mungkin, obsesi dia terlalu tinggi. Sampai meracuni pikiran. Ya, jadi gitu

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Hamil

    "Garis dua. Ini benar-benar garis dua. Tapi garisnya tidak terlalu keliatan."Mataku melebar. Deru jantung tak karuan. Angin segar seakan berhembus kencang. Antara percaya dan tidak. Aku ngin ambruk. Badanku terduduk di kasur. Air mata berjatuhan. Bibir tersenyum. "Assalamualaikum.""Eva!"Teriakseseorang dari pintu depan, membuatku sadar. Aku hapus air mataku. Bergegas menuju pintu depan."Rani, kamu ada di sini?""Iya, Eva. Maaf aku gak ngabarin. Sekalian ada urusan bisnisnya Mas Gilang di daerah sini. Jadi, aku sengaja mampir ke sini.""Gilangnya mana?""Aduh, maaf, Va, kerjaan dia numpuk banget. Katanya nanti nyusul. Aku saja sampe dicuekin. Jadi, sengaja ke sini deh, biar gak gabut di hotel.""Owalah, ya sudah, ayok masuk."Rani aku suruh duduk di sofa. Sementara aku membawakan satu cangkir teh hangat. Udara di sini terasa dingin, meski sudah mau beranjak siang hari. Badanku sedikit lemas. Masih terbayang-bayang dua garis merah tadi. Namun, aku harus bersikap biasa di depan Ra

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Rani Siuman

    "Tidak, Di. Kamu beruntung sekali sudah punya bayi kecil yang lucu," jawab Mas Gibran dengan senyum sendu. Sambil menepuk pundak Mas Adi. "Sabar, Ran. Kamu orang baik. Pasti, banyak jalan biar kalian bisa dihadirkan apa yang kalian inginkan.""Aamiin."Aku menggandeng Mas Gibran dengan erat. Kami saling bertatapan. Kata-kata Mas Adi memberi semangat tersendiri untuk kami.Percaya, bahwa banyak jalan menemukan kebahagiaan. Masih banyak pejuang garis dua yang sudah berjuang hampir puluhan tahun. Maka, bagi kami yang belum lama berjuang, tak ada alasan untuk mencoba, apalagi menyerah.Semuanya butuh proses. Asal terus berusaha dan berdoa. Insyallah, hasil tidak akan menghianati. Pasrahkan diri, dan terus memohon. Semesta pasti memberi jalan."Kalian hebat, bisa bangkit lagi secepat ini."“Alhamdulilah, Mas. Semoga bisnis ini bisa terus berjalan lancar. Biar bisa terus membuka peluang usaha untuk orang lain.”"Aamiin. Tentu, dong. Termasuk membuka peluang usaha buatku. Aku yakin, dalam b

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Cinta Penuh Haru

    "Panggil Dokter, cepat!" perintah Pak Hakim.Gilang bergegas keluar ruangan. Sementara Mas Gibran malah memeluk pinggangku. Kami bagaikan penonton yang sedang menyaksikan adegan penuh haru. Saksi cinta seorang ayah kepada anaknya yang mampu memberi kekuatan tersendiri. Sehingga, Rani bisa berjuang keras melawan kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. "Sayang, bertahanlah. Ayah mohon."Suasana makin tidak karuan. Harapan dan kecemasan jadi satu. Apalagi saat melihat dokter tampak tegang memeriksa Rani, karena mendadak dia kejang. "Rani, bangunlah. Ayah menunggumu, Nak.""Dokter bagaimana kondisi istri saya?""Iya, Dok. Bagaimana kondisi anak saya. Kenapa dia tidak bangun, padahal tadi tangannya bergerak.""Maaf, Pak. Saya belum bisa memastikan secara pasti kapan Ibu Rani akan siuman. Namun, gerakannya tadi bisa menjadi pertanda baik. Dia merespon perkataan kalian. Maka, kita harus terus berdoa. Semoga secepatnya Ibu Rani bisa siuman.""Ya Allah, Rani. Bangun, Nak.""Sabar, Pak.

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Bertemu Ayah

    "Aku izin menghubungi Mas Adi dulu, Mas.""Iya sayang. Semoga Pak Hakim bisa ke sini.""Aamiin. Semoga kehadiran Pak Hakim bisa membuat Rani cepat sembuh."Aku bergegas menelepon Mas Adi. Sengaja menggunakan fitur pengeras suara, agar Mas Gibran ikut mendengar percakapan di antara kami. "Halo, Mas.""Iya, Eva. Bagaimana kondisi di sana.""Tidak baik-baik saja, Mas." Aku ceritakan kondisi yang terjadi di sini. Mas Adi ikut perihatin. Dia juga merasa was-was dengan keadaan kami di sini."Mas, tolong bilang pada Dokter Pak Hakim, beliau diajak ke sini. Agar bisa bertemu dengan anaknya.""Baiklah, Eva. Aku akan menanyakannya dulu. Kamu dan Gibran tenanglah di sana. Mas akan berusaha membantu kalian semaksimal mungkin.""Terima kasih, Di.""Sama-sama, Gibran. Kalian harus waspada. Takutnya perempuan gila itu melarikan diri.""Iya, Mas. Semoga saja tidak.""Ya sudah, aku langsung ke rumah sakit lagi. Semoga diizinkan. Aku yakin bisa, karena kondisi Pak Hakim tampak lebih baik.""Aamiin.

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Akad Nikah Gagal

    “Mbak Rani, Mas Gilang?” Salwa kaget dengan kehadiran kakaknya. Tentu semua ini di luar perkiraannya. Aku sudah memasang kamera tersembunyi di kamarnya. Agar bisa mengambil langkah lebih dulu dibandingkan Salwa.Mas Adi juga sudah berhasil mengamankan keberadaan Pak Hakim. Pria paruh baya itu sedang dirawat di rumah sakit dekat rumah Mas Adi. Sementara Rani dan gilang, aku perintahkan hadir ke sini, untum menjadi saksi di kantor polisi. Sekaligus membongkar kejahatan-kejahatan adiknya."Ke-kenapa ada Mbak Rani dan Mas Gilang. Aku sudah bilang, jangan mengundang mereka," ucap Salwa naik pitam.Wajahnya berubah seram. dia mulai menyadari kejahatannya akan terbongkar. Aku sudah siap siaga. Sebenarnya tamu yang hadir merupakan para polisi yang sedang menyamar. Area rumah ini juga sudah dijaga beberapa karyawan pria Mas Gibran. Agar bisa mengantisipasi kalau Salwa berani kabur."Ini hadiah dariku Salwa. Aku ingin dihari bahagi ini, disaksikan kakamu tercinta.""Tidak. Kamu sudah melanggar

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Kekacauan Di Acara Pernikahan

    "Apa?""Maaf, Bos. Tiba-tiba semua orang di rumah ini pingsan, lalu saat kami memeriksa kamar bapak, kamarnya kosong.""Bodoh. Kenapa kalian sangat ceroboh!" sentakku emosi. Sialan. Siapa yang sudah menculik ayah. Berani-beraninya bermain-main denganku. Aku bingung harus bagaimana. Tak mungkin pulang. Besok acara akad nikah. Namun, jika tidak bisa ditemukan, Mas Gibran bisa curiga. "Tangkap Rani, dan Gilang. Kalau ini semua ulah mereka, sakiti saja mereka. Kalau tidak, cepat cari di mana pun keberadaan ayah. Kalau tidak, kamu tahu akibat.""Ba-baiklah, Bos."Sambungan telepon aku matikan dengan emosi membuncah. Aku banting ponsel ke kasur. Tidak jadi istirahat. Aku harus memikirkan cara untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Sampai jam menunjukan waktu dini hari, aku belum bisa tidur. Masih menunggu kabar tentang ayah. Para anak buah tak bisa diandalkan. Hanya menangkap Rani dan Mas Gilang saja butuh waktu berjam-jam. Tak mau terus dihantui rasa kesal, dan

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Persiapan Pernikahan

    POV Salwa"Mas, aku mau gaun pernikahan yang cantik, dan bunga melati asli," ujarku sangat bahagia saat ada di dalam mobil. Semakin hari, sikap Mas Gibran semakin manis saja. Dia mengajakku mencari keperluan untuk pernikahan. Sering-sering saja Mas Gibran dan Mbak Eva ribut. Agar aku punya kesempatan mendapatkan hati Mas Gibran sepenuhnya. "Iya, kamu pilih saja yang kamu mau.""Aku juga pengen kita tetap mengundang warga sekitar. Biar aku tetap diakui sebagai istrimu.""Soal itu tentu, Sal. Aku pasti mengundang warga sekitar sebagai saksi.""Bagus, Mas."Bibirku merekah bagai bunga mawar. Tak menyangka bisa ada di posisi ini. Aku pikir, dekat lagi dengan Mas Gibran hanya mimpi. Nyatanya, dia akan menjadi suamiku. Kami akan hidup bahagia. Memiliki anak-anak yang lucu. Lalu, Mbak Eva tinggal didepak sesuka hati.“Mas, aku mau makan di restoran terenak di daerah sini.”“Baiklah.”Setelah berkeliling mencari kebaya dan MUA yang bagus, aku ajak Mas Gibra. Ternyata cukup melelahkan juga m

  • Kukacaukan Acara Keluarga Suamiku   Eva Beraksi

    POV Eva "Aduh, kenapa perempuan itu sadar keberadaan cctv yang baru aku pasang kemarin?" tanya pada diri sendiri. Tadi, sekilas aku mendengar pembicaraan Mas Gibran dengan Salwa. Semua yang terjadi, merupakan hasil rekayasa antara aku dan Mas Gibran. Aku sengaja menyuruhnya pergi ke kota. Agar aku bisa memasang cctv dengan leluasa di rumah ini. Terutama di kamar Salwa, dan depan pintu kamarku. Video-video itu akan menjadi bukti akal bulus perempuan kegatelan itu. Semalam, aku pura-pura ribut dengan Mas Gibran. Sengaja, agar mempermudah mencari alasan untuk mempercepat acara pernikahan pura-pura antara Mas Gibran dan Salwa. "Aku mengajak Salwa keluar dulu, Sayang. Agar dia tidak curiga soal cctv di rumah ini.""Iya, Mas. Hati-hati. Buat dia terlena dengan rayanmu. Agar aku bisa dengan bebas menemukan banyak bukti untuk membongkar kejahatannya.""Siap, Sayang.""Oh, iya, barang bukti yang kamu temukan di pabrik, apa sudah diperiksa polisi?""Dalam proses penyelidikan Mas. Jepitan d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status