(Flashback)Empat tahun yang lalu….Kala itu, Arya sedang dalam perjalanan pulang dari tempat kerja. Saat di jalanan sepi, mendadak saja pria yang menaiki sepeda motor itu menghentikan roda duanya, tatkala melihat sebuah mobil tak jauh di hadapannya yang sedang menjadi sasaran begal.Tanpa pikir panjang lagi, Arya langsung berlari dan menolong sang empunya mobil itu. Seorang pria paruh baya, usianya sekitar 50-an tahun.Ia tahu itu pasti berbahaya, tapi dengan nekat Arya menolong pria yang ternyata Dhanu Mahendra malam itu. Biar bagaimanapun, Arya pernah mempelajari seni bela diri dulu. Untuk jaga-jaga hal seperti ini terjadi. Ya, meskipun tidak begitu jago, setidaknya bisa untuk sekadar membela diri ketika dalam situasi seperti sekarang ini. Bugh!Arya langsung menyerang salah satu kawanan begal itu hingga tubuhnya terkapar ke aspal jalanan."Siapa lo!" teriak pria tanpa rambut itu tak terima ketika melihat kawannya terkapar oleh satu pukulan saja. "Nggak penting kalian tau saya
Segera setelah berkata seperti itu, Shanum mengirimkan pesan pada Zayn untuk mengakhiri hubungan. Di dalam kamarnya, Shanum menangis tersedu ketika harus mengabaikan pesan maupun panggilan dari kekasih hatinya ketika dirinya tiba-tiba memutuskan hubungan kasih yang sudah terjalin cukup lama, tanpa alasan yang jelas.Zayn heran bukan main, karena sebelumnya hubungannya dengan Shanum baik-baik saja. Nyaris tidak ada masalah. Dan kini, Shanum tiba-tiba saja membuat Zayn kelabakan dan berpikir tentang apa yang terjadi pada Shanum hingga tanpa tedeng aling-aling langsung mengatakan keinginannya untuk putus. "Sha, apa yang terjadi padamu sebenarnya?" gumam Zayn lirih. Ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah Shanum untuk mendengarkan secara langsung penjelasan dari wanita yang dicintainya itu.Zayn mempercepat laju mobilnya agar segera sampai ke rumah pujaan hatinya.Sesampainya di sana, Zayn harus menelan kekecewaan saat Shanum memilih enggan menemuinya dan menjelaskan segalanya. "Shanu
"Mas, aku hamil …," ucap Anara takut-takut suatu hari ketika Arya datang ke rumah sewaan yang sengaja disewanya agar bisa aman berhubungan dengan Anara. Meskipun begitu, hubungan Arya dan Anara sejak awal sudah diketahui dan didukung oleh Bu Desi. Sehingga, Arya semakin tidak peduli dengan efek yang akan ditimbulkan jika suatu saat nanti Shanum akan mengetahui semua pengkhianatannya."A–Apa?" Sontak saja, Arya terlonjak kaget begitu sampai di rumah kontrakannya. Pria itu sungguh tak menyangka kalau Anara akan secepat itu mengandung benihnya. "Aku hamil, Mas. Kamu harus tanggung jawab!" Anara mempertegas ucapannya dan mulai terisak. 'Ah, pening kepalaku!' gerutu Arya kesal, karena sejujurnya kabar kehamilan Anara sangatlah mendadak, hingga dia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Wajar saja jika Anara hamil, karena hubungan mereka sudah terlampau jauh selama ini. Entah sudah berapa kali mereka melakukan hubungan yang seharusnya hanya dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah. Arya
Srukk!Shanum menghempaskan kasar berkas yang sedari tadi ia teliti dengan seksama. Hari ini dia kembali ke kantor, dan kini dia berada di ruangan Arya, di mana sang empunya memang belum menampakkan batang hidungnya. "Keterlaluan!" desisnya kesal setelah memilah dan mencoba memahami berbagai laporan yang dipelajarinya sejak satu setengah jam yang lalu.Feri yang duduk dihadapan Shanum malah menautkan kedua alisnya. Mungkin heran dengan ekspresi bengisnya kini. Sekaligus tak menyangka jika sahabatnya yang lemah lembut bisa berubah garang seperti saat ini. Shanum tampak memijat pelipisnya pelan. Saat ini, dia memang sedang memeriksa beberapa laporan keuangan perusahaan. Sementara butik dan toko bunganya diurus oleh orang kepercayaannya lagi. "Kenapa sih? Galak amat, deh," celetuknya diiringi seringai jahil. "Dari laporan yang kubaca, aku baru tahu kalau selama ini Mas Arya menyelewengkan dana perusahaan ke rekening pribadinya, Fer," jawab Shanum seraya mengarahkan dagu pada tumpuk
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Sha?" tanya Feri heran yang melihat kalau Shanum sejak tadi selalu senyum. Entah apa yang sedang dibaca di ponselnya itu. Shanum menggelengkan kepalanya samar, sambil menatap wajah sahabatnya. "Nggak ada, hanya saja aku sedang menertawakan sesuatu hal yang lucu saja," ucapnya sambil mengulas senyum misterius, yang kembali membuat Feri bertanya-tanya akan isi pikiran Shanum saat ini.Entah mengapa, pria itu yakin sekali kalau Shanum saat ini sedang tidak baik-baik saja. Namun dengan lihainya, perempuan itu menutupi semua masalahnya seperti tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya padahal Feri mengerti dari sorot mata sendunya. Apalagi, mengingat kemarin Feri memergoki Arya datang bersama wanita yang tidak diketahuinya, dan apa hubungannya dengan Arya pun masih menjadi tanda tanya besar bagi Feri. 'Apa jangan-jangan, si Arya selingkuh sama wanita yang dibawanya kemarin itu?' gumam Feri bertanya-tanya dalam hatinya. Pikiran itu terlintas begitu saja, dan
"Jadi gimana, Pak, Bu? Apakah Anda bisa membayarnya atau dibatalkan saja?" tanya seorang kasir yang kebetulan melayani keempat orang itu. Arya meneguk ludahnya susah payah. Ia merasa malu, karena sudah mengambil beberapa item di toko itu namun malah gagal membayarnya. Bahkan, mereka juga kini menjadi tontonan oleh pengunjung toko lainnya. Pun, mereka menatap mereka dengan tatapan menghakimi dan bikin risih, seolah tengah mencemooh mereka."Maaf, Mbak. Sepertinya lain kali saja saya belanjanya. Ayo, kita pulang saja," ajak Arya pada ketiga wanita itu yang tengah berlomba menampilkan wajah masam mereka."Maaf, Bu. Kemarikan tasnya, mau saya simpan lagi," ucap seorang pegawai pada Bu Desi yang masih seperti tidak rela dirinya gagal memiliki tas itu. Begitupun dengan Anara juga Lila.Tas, sepatu, juga baju yang mereka ingin beli gagal dimiliki. Dengan berat hati mereka pun menyerah karena tak dapat membayarnya, juga harus menanggung rasa malu ketika pelanggan lain berbisik dan membicara
Shanum memarkirkan roda empatnya di garasi rumah. Sudah pukul 5 sore saat wanita cantik itu sampai di rumah mewahnya. Ia melangkahkan kaki jenjangnya, dan berjalan dengan langkah pasti. Dalam benaknya sudah terbayangkan bagaimana raut kemarahan yang akan dia dapatkan dari para penghuni rumah yang gagal berfoya-foya hari ini.'Aku sangat siap menghadapi mereka,' batin Shanum bulat akan tekadnya untuk segera mengambil keputusan ini. Kriett….Pintu utama dia buka perlahan, dan sesuai dugaannya sebelumnya, langsung saja Shanum mendapati ketiga pasang mata yang memandang sinis ke arahnya. Mereka tengah duduk berjejer di sofa dengan wajah yang muram dan tampak lesu. Ya, meskipun kurang satu orang sih, melihat ketidak hadiran adik iparnya yang tidak bersama mereka sore ini. Shanum tak peduli akan keberadaan adik iparnya yang mungkin akan sama marahnya dengan ketiga orang yang berada di ruangan yang sama dengannya itu. Shanum paham sekali apa yang membuat mereka berlaku demikian, tentu saj
"Kenapa, Mas? Apa kamu khawatir semua kekayaan ini akan lenyap jika kita bercerai?" Shanum bertanya menantang Arya. "Bukan, Sha. Bukan itu. Tapi, aku sangat mencintaimu, dan aku sungguh nggak mau pisah darimu." Arya mencoba membujuk Shanum agar menarik kembali ucapannya tadi yang menginginkan perceraian itu. "Cih, bullshit! Cinta, katamu? Kalau kamu sungguh mencintaiku, aku yakin kamu nggak akan pernah menduakan bahkan menghadirkan dia dalam rumah tangga kita," tunjuk Shanum ke arah Anara, yang entah mengapa wajahnya terlihat lebih pucat daripada tadi. Shanum juga melihat bagaimana pelipis Anara berkeringat, dan bergeming di tempatnya bahkan terlihat seperti tengah melamun tentang sesuatu. "Aku nggak mau berbagi, Mas. Silakan, aku menceraikanmu agar kamu bisa hidup bahagia dengan istri baru dan calon bayimu itu, Mas, " ucap Shanum datar, nyaris tidak ada ekspresi meskipun di dalam dadanya tengah berdesir perih, ketika mengingat lagi bagaimana Arya berkhianat hingga menghadirkan An