Maura tidak tanggung-tanggung, mencari barang-barang berharga milik Mila. Dia bahkan mencoba untuk mencari surat tanah atau properti yang kira-kira bisa menguntungkan dirinya. "Kayaknya bakal seru juga. Aku ingin tahu, dia akan mengemis ke siapa lagi? pPaling-paling menjual diri. Aku yakin, selama menjadi pelakor Mas Raka pasti memberikan banyak uang kepada Kak Mila. Jadi, aku ingin tahu kalau semua itu terulang lagi apa mungkin dia akan kembali mengemis kepada orang lain? Karena aku yakin, Mas Raka tidak akan mau kepada Kak Mila kalau dia sudah jatuh miskin," ungkap wanita itu dengan seringainya. Maura lalu benar-benar mencari barang-barang berharga milik Mila selain emas dan berlian, karena dia yakin pasti ada surat tanah atau properti yang tersimpan di rumah ini. Di mana lagi? Kecuali Mila menyewa tempat di sebuah bank, begitu pikir sang wanita. Hingga akhirnya dia terpaku pada satu kotak yang berada di bawah tempat tidur. Untung saja emas yang dipegangnya jatuh. Maura tidak se
Sebelumnya, Imel berusaha untuk mengusir ngantuknya dan jenuh dengan menscrol akun media sosial. Dia terkejut saat sebuah iklan tersebut, yakni pencarian Mila dengan imbalan uang. Ini benar-benar membuat wanita itu terkejut. Bahkan dalam sayembara itu akan memberikan uang 50 juta untuk siapa pun yang menemukan Mila, tapi dalam keadaan hidup-hidup.Anehnya di situ hanya tertera nomor telepon saja, tidak ada nomor WhatsApp atau nama si pembuat iklan. Ini benar-benar mengagetkan untuk Imel. Bahkan gadis itu beberapa kali membaca ulang iklan yang terlampir. "Ini benar kan Bu Mila yang dimaksud?" gumam gadis itu karena masih kebingungan. Dia tidak percaya saja kalau bosnya itu adalah orang yang sedang dicari. Tetapi rasa penasaran muncul kepada sang gadis. Kalau memang Mila dicari, masalah apa yang dihadapi oleh wanita hamil itu? Sampai ada orang yang memasang iklan seperti ini. Nominal Rp50 juta itu banyak dan bisa digunakan untuk memulai usaha. Rasanya sayang saja kalau dia menyia-nyi
Mila terperangah mendengar reaksi Imel yang begitu mengejutkan. Gadis ini sebelumnya terlihat pendiam dan juga penurut, tidak neko-neko. Tetapi saat disuruh untuk membeli nasi goreng ke bawah malah seperti orang yang hendak diterkam oleh hantu. Padahal sampai detik ini dia tidak mendapati apa-apa di rumah sakit. Cerita-cerita itu memang mungkin ada, tetapi harusnya Imel berpikir jernih. Kalau memang tidak mau diganggu, tidak perlu memikirkan hal-hal horor seperti itu. "Seriusan kamu takut turun ke bawah untuk membeli makanan?" "Iya, Bu. Saya ke kantin aja, ya. Kan di lantai 3 juga masih ada kantin. Makanan yang ada aja ya, Bu?" pinta Imel dengan memohon.Dia takut kalau terjebak di lift dan malah tidak bisa kembali lagi. Benar-benar paranoid kalau perihal dengan dunia mistis.Mila menepuk pelipisnya sembari menghela napas. Sebenarnya dia ingin marah-marah dengan kelakuan Imel, tetapi mengingat kalau kondisi fisiknya juga belum pulih, wanita hamil itu tidak punya pilihan lain. "Bai
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Mila dengan suara bergetar. Wanita hamil itu tersadar saat orang di seberang sana berdecak. Dia benar-benar kaget karena ada orang yang tahu tentang video itu. Dipastikan ini adalah orang terdekatnya. "Siapa kamu sebenarnya? Apakah kamu orang yang selama ini berada di sekelilingku? Kalau iya, kenapa kamu lakukan itu?" tanya Mila dengan percaya diri, karena dia yakin yang berani melakukan ini pasti orang-orang di sekelilingnya. Siapa yang punya nomor ponsel Mila? Sementara selama ini dia berusaha untuk tidak mengupdate status apa pun di WhatsApp di Facebook ataupun di Instagram. Dia benar-benar menghindari media sosial itu dan menggunakan akun baru dengan nama bisnisnya, tapi kenapa ada orang yang tiba-tiba saja mengancamnya sampai meminta uang dengan jumlah yang banyak? Orang di seberang sana tertawa dan itu adalah seorang laki-laki, tapi sayangnya dia tidak mengenalinya siapa. "Aku bukan orang yang kamu kenal dan aku juga adalah orang yang berbeda
Dia mencoba menghubungi Raka, mungkin saja pria itu bisa menolongnya. Bukankah fungsi suami adalah melindungi istri dan anaknya? Jadi, Mila akan menuntut Raka untuk mencari tahu siapa yang meneleponnya saat ini. Karena di dalam video itu pun Raka pemeran utama juga, jadi dia tidak sendiri menghadapi semua ini. Sayangnya ponsel Raka masih belum bisa dihubungi. Dia tidak mengerti apakah Raka sampai segitunya untuk menghindari Mila hanya karena ingin menghabiskan waktu bersama ibunya dengan dalih menenangkan pikiran. Ini benar-benar membuat Mila kesal.Rasa curiga yang berusaha untuk ditahannya pun kembali bermunculan. Tak lama kemudian Imel pun datang membawa roti dan minuman. Selama perjalanan menuju kantin, untunglah tidak ada apa-apa. Walaupun memang sepi, tapi tak ada yang perlu dikhawatirkan oleh Imel karena tak perlu turun ke lantai dasar. Pemikirannya yang benar-benar paranoid dengan lift jika di malam hari, apalagi di rumah sakit membuat gadis itu tak berani mengikuti perintah
Di tempat Lusi, saat ini wanita itu sedang mempersiapkan untuk pekerjaannya besok. Dia kebagian shif siang, jadi harus siap-siap agar pagi-paginya bisa menghabiskan waktu bersama Alia. Setidaknya menunggu anaknya di sekolah meskipun Alia saat ini sudah cukup besar untuk pergi sendiri atau tanpa ditunggu, tetapi Lusi ingin menghabiskan momen ini agar dia bisa memperlihatkan kalau dirinya masih memperhatikan anak itu. "Kamu yakin mau menemani Alia? Nggak ditinggal aja, ya?" "Sebentar, kok. Sampai dia masuk aja. Nanti kalau misalkan dia udah masuk kelas, aku pulang. Entah kenapa rasanya deg-degan mau pertama kali kerja takutnya malah nggak sesuai ekspektasi."Walaupun Adiba merasa janggal dengan penerimaan Lusi. Tetapi dia tidak berani mengatakan apa-apa, yang penting saat ini temannya bisa memulai hidup baru dan berharap semua baik-baik saja. "Ya sudah, itu kan rezeki kamu. Masih untung ada yang nerima di usia yang cukup matang kayak kita," ujar Adiba membuat Lusi langsung melihat de
Baru juga Adiba memikirkan Arya, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Ada nomor yang di-private, diyakini itu adalah Arya. Sebenarnya Adiba tidak mau menerima panggilan itu, tetapi dia harus memberanikan diri agar Arya berhenti untuk terus-terusan menerornya. Karena bagaimanapun semua sudah terjadi, Adiba melakukan ini juga demi temannya. Karena dia tahu Lusi tidak punya siapa-siapa lagi. Mungkin terdengar naif Karena seharusnya Adiba mementingkan keselamatan diri sendiri dibandingkan Lusi yang tidak ada hubungan darah, tetapi pertemanan mereka yang sudah lama membuat Adiba merasa kalau Lusi itu lebih dari saudara. Sang gadis menghela napas berkali-kali, berusaha untuk tenang. Dia akan menghadapi masalah ini. Percuma terus-terusan menghindar, percuma juga dia mengganti nomor telepon. Karena gadis itu yakin, Arya tidak akan secepat itu menyerah untuk terus menghantui dirinya. Dia akan berusaha tenang dan mencari jalan keluar yang terbaik. Setelah itu Adiba pun menerima telepon, tapi
Tangan Adiba bergetar, tapi dia tidak gentar. Gadis itu langsung menyetel rekaman saat menelepon. Dia akan berusaha mengumpulkan bukti dan mencari di mana keberadaan Arya. Pria itu harus benar-benar ditangkap atau bila perlu dipenjara di tempat yang menakutkan, agar dia punya efek jera dibandingkan dipenjara di tempat biasa. Adiba yakin, Arya tidak mungkin menyesal begitu saja. "Jadi, saat ini kamu buronan?" tanya Adiba, jantungnya berdetak dengan sangat kencang. Dia masih berusaha untuk tetap tenang, memancing kejujuran pria itu agar tahu apa yang sebenarnya terjadi kepada Arya sampai sang pria tiba-tiba saja menerornya dengan nomor yang berbeda-beda. "Menurutmu? Semua karena kamu, Adiba. Kalau saja kamu tidak mengadukan hal ini kepada Lusi, maka wanita itu tidak akan berbicara kepada Devan. Aku juga tidak akan ada dalam masalah," ungkap Arya. Dia menuangkan kekesalannya karena sudah dari lama terus memendam pikiran kacau, sebab tak ada tempat untuk berlindung. Di sini pun dia m
Raka kaget mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Winda. Bahkan pria itu sampai tidak berkedip, seolah apa yang dikatakan oleh Winda barusan itu sebuah bom yang hampir meledak. "Maksudnya hamil?""Ya, Mas. Aku mau tanya, kalau misalkan aku hamil kamu akan gimana?""Gimana apanya, Winda? Aku tidak paham dengan maksudmu." "Aku tahu kamu menikahi Mila karena dia sedang mengandung anakmu, kan? Tetapi kalau misalkan aku juga mengandung anakmu, bagaimana, Mas? Atau Seandainya Mila tidak mengandung anakmu, apakah kamu juga akan tetap bersamanya?" tanya Winda. Sebenarnya dia butuh validasi dari Raka. Apakah benar yang dikatakan Bu Sinta dan Maura tentang hubungan Mila dan Raka yang diikat hanya karena ada anak di antara mereka. Raka menatap Winda dalam, tapi wanita itu tidak bisa mengartikan semuanya. Lalu sang pria menoleh lurus ke depan. Ada sesuatu yang mengganjal di hati dan pikiran. Apakah dia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Winda atau memilih untuk diam? Rasanya sudah se
Tempat pukul 12.00 siang akhirnya Maura istirahat. Ternyata di sana tidak disediakan makan siang dan membeli sendiri. Kalau tahu begini, harusnya wanita itu membawa saja makanan di rumah Mila. Tetapi sayangnya semua sudah terlambat. Dia pun akhirnya memilih untuk makan apa saja yang tersedia di sekitar supermarket, yang penting bisa mengenyangkan.Namun, lagi-lagi ada suasana yang tidak mengenakan sang wanita. Di mana para pegawai yang begitu antipati dan menjauh kepada Maura. Awalnya dia merasa kesal, tetapi lama-lama tidak mempermasalahkan. Lagipula dia sudah kenal dengan Winda. Kalau memang ada yang macam-macam, tinggal lapor saja kepada wanita itu.Maura memilih untuk membeli siomay saja, lebih murah tapi mengenyangkan. Dia pun duduk agak jauh dari teman-temannya, karena memang di sini yang baru hanya Maura saja, jadi dia tidak punya teman yang satu angkatan dan memilih untuk diam. Tidak ada inisiatif sama sekali untuk berbaur atau memperkenalkan diri.Lagi pula di sini niatnya u
Mila menyantap makanan yang dibeli lewat online. Imel pun sama, tetapi gadis itu tampak sekali berbeda dari biasanya. Seperti ada yang dipikirkan dan semua gerak-gerik dari Imel membuat Mila merasa tidak nyaman. Wanita hamil itu pun menghentikan makannya dan berusaha berbicara baik-baik kepada Imel. "Kamu kenapa sih, Mel? Kok diam saja?" tanya Mila tiba-tiba, membuat Imel terkesiap. Dia sedikit bingung, tapi ada juga rasa takut. Namun demikian sang gadis tetap menjawab pertanyaan dari majikannya, takut malah salah paham. "Enggak kok, Bu. Saya cuma berpikir aja, bisa nggak ya melaksanakan tugas dari Ibu? Mengatur semuanya," ungkap gadis itu sebab sebelumnya setelah Imel selesai membereskan isi kamar dia dan Mila sama-sama menyusun jobdesk apa saja yang akan Imel laksanakan di rumah ini, termasuk menyiapkan makanan untuk Mila. Itulah yang paling berat dilakukan oleh sang gadis. Bagaimana kalau Ibu hamil ini rewel dan dia harus mencari makanan susah? Bukankah itu adalah tugasnya seo
Di tempat lain, saat ini Raka dan Winda sedang bersiap-siap untuk pulang. Tetapi hanya packing saja, karena kepulangannya nanti malam Raka akan langsung pulang ke rumah Mila. Sementara Winda ke rumahnya sendiri. "Mas, hari ini kita mau ke mana dulu?" tanya Winda, memastikan karena dia ingin menghabiskan waktu yang sebentar ini. Sebab setelah 7 hari baru dia bisa bertemu dengan Raka lagi."Apa kamu sudah menemukan jejak Alia?" tanya Raka tiba-tiba saja membuat harapan Winda langsung putus. Dia lagi-lagi harus bisa sadar kalau dirinya hanya dimanfaatkan untuk mencari Alia. Tetapi wanita itu akan tetap bersabar dan menjalani semua ini dengan ikhlas. Sesuatu yang dijalani dengan tulus pasti akan berbuah manis. "Belum, Mas. Aku sudah coba tanya sama temen-temen di berbagai kota yang memang ada penyetok barang-barang di supermarket aku, katanya sih belum pernah lihat. Tapi kita coba aja lihat ya, Mas. Moga-moga saja minggu depan atau mungkin besok lusa ada kabar baik," ungkap Winda. Dia
Sesudah zuhur berkumandang, Lusi pun segera bersiap. David memang dari tadi sedang menunggu wanita itu, mencoba untuk mengikutinya. Dia akan mengajak Lusi untuk sama-sama berangkat kerja. Sementara itu Adiba saat ini bekerja di rumah. Dia bisa mengerjakan projectnya dan tidak perlu ke kantor. Jadi, gadis itu bisa menjaga Alia. Lusi sudah semangat untuk pergi bekerja. Ini hari pertama dan harus menjadi momen yang paling berharga. David yang melihat wanita itu keluar pun berusaha untuk mengejarnya. "Hai, mau berangkat kerja, ya?" tanya David, tiba-tiba saja membuat Lusi terkesiap. Dia langsung menoleh kepada pria itu."Oh, hai. Kamu juga mau berangkat kerja?""Iya." "Shif siang?" tanya Lusi, memastikan."Iya," jawab David sembari tersenyum. Lusi hanya tersenyum kikuk, merasa perkataan Adiba tempo hari ada benarnya. Mungkin saja pria ini punya maksud buruk, karena semuanya itu serba mendadak. Tetapi melihat bagaimana pria ini tidak melakukan hal yang di luar batas membuat Lusi mas
Di kamar yang sudah disediakan oleh Mila, Imel hanya termenung menatap lurus. Dia sama sekali tidak merasa antusias untuk melihat kamar yang akan ditempatinya. Meskipun ukurannya sama seperti kontrakan yang sebelumnya dia tinggali, tetapi kali ini pikirannya benar-benar kacau. Apa yang harus dia lakukan mendengar berita-berita itu? Apakah Imel harus menelepon orang yang memasang iklan memberitahukan alamat Mila yang sebenarnya? Gadis itu akan mendapatkan uang yang banyak, bisa membuka usaha atau membeli kios untuknya. Terlepas dari status sebagai buruh. Tetapi, bagaimana kalau Mila tahu dan malah balas dendam kepadanya? Gadis itu tidak tahu bagaimana sifat Mila yang sebenarnya, jadi harus hati-hati dengan segala perlakuan Mila. Ini benar-benar membingungkan juga syok. Dia tidak tahu harus melakukan apa sekarang.Tiba-tiba saja suara Mila terdengar menyerukan nama Imel. Gadis itu langsung terkesiap dan memilih untuk menghampiri bosnya."Iya, Bu. Bagaimana?""Kamu sudah beres-beresnya
Setelah membereskan barang-barang di kontrakan yang dahulu, Imel berpamitan dan langsung pergi menggunakan angkot. Sebelumnya dia memang ingin menggunakan taksi, tetapi tarifnya pasti mahal. Tidak masalah kalau menggunakan angkot. Lagi pula barang bawaannya hanya sedikit.Saat di dalam angkutan umum, dia mendengar pembicaraan kalau ada iklan yang memberikan hadiah besar bagi yang bisa menemukan dan memberi informasi tentang Mila. "Oh, aku tahu! Ini yang dulu sempat viral kan gara-gara dia selingkuh dan digrebek sama istrinya? Benar-benar enggak tahu diri, ya!" "Kayaknya ini orang juga membuat masalah sampai dicari sama yang pasang iklan," timpal seseorang membuat Imel langsung menoleh. Dia kaget sebab yang disebutkan oleh penumpang angkot lainnya itu Mila. Imel terperanjat sebab dikatakan kalau Mila ini adalah orang yang dulu sempat digerebek karena perselingkuhan, ini sama persis yang seperti yang dikatakan oleh Maura tempo hari, saat mereka masih ada di rumah sakit.Kalau benar b
Entah sudah berapa lama Mila berada di kamar. Dia sampai ketiduran, mungkin karena kelelahan dan juga efek obat yang sebelumnya sempat diminum sebelum pulang dari rumah sakit.Wanita itu terbangun dan melihat sudah pukul 10.00, tapi tidak ada tanda-tanda Imel dan Maura pun sepertinya tidak ada. Karena rumah ini begitu hening. Sang wanita merasa tak enak hati. Dia memilih untuk keluar dari kamar dan mencari siapa yang sudah datang terlebih dahulu, antara Maura dan Imel. Entah kenapa dia merasa tidak mau sendirian mungkin karena dia sedang mengandung dan banyak kekhawatiran yang mungkin saja tiba-tiba muncul di pikiran itu, akan membuatnya semakin stres jika terus sendirian. Mila butuh seseorang untuk menemani. Wanita itu sampai memanggil-manggil nama Maura dan Imel, tetapi tidak ada sahutan. Rasa cemas tiba-tiba saja datang. Dia memilih untuk menelepon Imel, karena rasa gengsi kalau harus menghubungi Maura. Yang ada adiknya malah besar kepala dan mungkin akan meminta hal yang lebih b
Sementara itu, saat ini Lusi sedang mengantar Alia. Dia benar-benar bisa meluangkan waktu untuk anaknya. Sebenarnya Alia sudah menolak dan mengatakan kalau dia bisa berangkat sendiri, lagi pula sudah hafal jalan sekolah, tapi Lusi beralasan kalau dia ingin menghabiskan waktu bersama Alia sebelum berangkat kerja.Setelah Alia masuk, barulah Lusi kembali pulang. David yang sedari tadi uring-uringan karena tidak menemukan keberadaan Lusi di sekitar rumah Adiba pun mulai bingung. Harusnya dia meminta nomor ponsel wanita itu, tetapi karena kemarin terlalu senang dan waktunya buru-buru membuat mereka sampai tidak saling bertukar nomor ponsel. Saat melihat Lusi yang berjalan melewati rumahnya, senyuman di bibir David pun merekah. Dia akhirnya bisa melihat wanitanya itu. David akan pergi ke kantor bertepatan dengan Lusi pergi, sementara berkas-berkas penting yang harus dia tanda tangani dikirimkan secara online. Sekarang zaman sudah serba mudah, jadi tidak perlu direpotkan dengan semua itu.